Mohon tunggu...
Mabate Wae
Mabate Wae Mohon Tunggu... profesional -

senior citizen

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jajanan Waktu SD

15 Februari 2014   13:11 Diperbarui: 10 Juli 2015   14:58 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak anak ketika masih di Sekolah Dasar di tahun 60 – 70 an tentu masih ingat jajanan yang dijual saat jam bel istirahat. Jam istirahat adalah waktu yang sangat dinantikan untuk saling berkejar kejaran, main bola sepak dengan bola kasti, atau bahkan menggoda kumplan anak perempuan yang sedang bermain bekeln, dlsbnya.

Menanti bel jam istirahat adalah yang paling didambakan siswa siswi SD saat itu, karena sasaran pertama bubar kelas adalah pedagang jajanan yang berjualan di sekitar halaman sekolah. Nah, salah satu dambaanku saat itu adalah membeli buah jamblang atau duwet, saat ini sudah mulai langka kedapatannya di Bandung atau di daerah Jawa Barat.

Jamblang, buahnya berbentuk lonjong hampir membulat telur agak menekuk dalam ukuran sekitar 1- 5 cm, kulitnya tipis mengkilap seperti selaput lilin atau buah anggur, berwarna merah tua jika masak ungu tua hingga kehitaman. Daging buahnya putih, kuning kelabu merah ungu, hampir tak memiliki bau. Rasanya sepat asam sampai asam manis. Kadang tak berbiji namun ada yang berbiji hingga beberapa biji.

Dasar anak anak, walaupun rasanya asam, biasanya dimakan dicocol garam atau ditabur gula pasir dengan rakusnya, Hmmm, nikmatnya asam manis, nyem nyem, nyem. Menurut para cerdik pandai dan ahli kesehatan buah ini kaya akan vitamin A dan C. Di negeri lain bahkan di fermentasikan dan dibuat wine. Buah dan biji menurut pencinta herbalis dipercaya dapat mengobati penyakit limpa, penurun tekanan darah dan diabaetes. Padahal waktu itu kanak kanak belum punya record penyakit, saat ini ketika kita sudah di buntuti segala jenis penyakit regresif buahnya sudah langka dan tak ada pedagang jajanan buah jamblang lagi di halamannya.

 

Selain buah jamblang, buah lanka lainnya yang juga di jual pedagang makanan pada waktu itu adalah buah Kupa atau buah gowok. Buah nya bulat agak gepeng dengan ukuran sekitar 2-3 cm sebesar buah duku atau kelereng besar. Warnanya ketika masih muda hijau tua tetapi sesudah masak menjadi merah ungu kehitaman.

Rasanya seperti jamblang juga asam manis segar, bijina gepeng didalam daging buahnya. Segar karena banyak kandungan air. Daging buah berwarna putih atau kadangkala berwarna ungu kemerahan. Selain dimakan langsung buahnya juga sering dirujak.

Pencinta herbalis, memanfaatkan buah kupa atau gowok sebagai obat merncret, atau digunakan sebagai bahan penyamak kulit. Sebagai obat mencret biasanya kulit buah direbus dalam segelas air, disaring lalu diminum. Mungkin ini karena buahnya keset, jadi bisa bikin mampet.

Favorit jajanan selanjutnya adalah, Gulali. Yaitu karamel gula merah yang di b8ulatkan di ujung sebatang potongan bamboo, dipipihkan seukuran lingkaran 4-5 cm, kemudian ditaburi dengan remah remah kacang tanah. Hmmm rasanya membuat terbang ke langit ketujuh. Variasi lainnya adalah gulali caramel gula putih, sama juga seperti gulali gula merah, dibuat seperti loly zaman sekarang hanya biasanya dibentuk beragam bentuk, ayam, burung, peluit, dlsbnya. Nah gula untuk anak anak tentunya diperlukan untuk energi bermain berlari bahkan berantam. Sayang semuanya sudah menjadi langka. Diganti Hamburger, Sosis, Sate baso, cireng, cilok dlsbnya dengan ukuran yang menciut tahun demi tahun mengikut inflasi, dan survey OECD menggemparkan dunia antah berantah nampaknya ada dampak dengan menciutnya ukuran phisik dan rangking anak anak Indonesia di persaingan mondial.

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun