Â
Surat ini ditulis oleh seorang sahabatku untuk adik  Perempuan Kesayanganya.
Untuk Adikku Tersayang.
Hari ini, aku menulis bukan sebagai kakak yang ingin menggurui, tapi sebagai seseorang yang begitu mencintaimu dan peduli pada hidupmu. Aku tahu dunia sedang berubah cepat untukmu. Dulu kau masih gadis kecil yang duduk di pangkuan Mama, kini kau sudah menjadi seorang istri  bahkan sebentar lagi seorang ibu. Dan semua itu terjadi begitu cepat. Terlalu cepat!!  Mungkin kau merasa tidak punya banyak pilihan waktu itu. Mungkin kau bingung, takut, malu. Tapi satu hal yang harus kau tahu bahwa  kamu tetap adik perempuanku, darah dagingku, dan aku tidak akan pernah berhenti mencintaimu. Tapi cinta yang tulus juga harus berani bicara jujur meskipun menyakitkan. Adiku  kehidupan yang kamu pilih sekarang bukan lagi tentang mimpi remaja. Ini bukan soal bajumu, fotomu, atau berapa banyak like di sosial mediamu. Ini tentang hidup!! Bahakan Tentang tanggung jawab. Tentang malam-malam panjang saat anakmu menangis dan suamimu kelelahan, atau mungkin marah karena tekanan hidup. Ini tentang hari-hari tanpa uang yang cukup, tanpa waktu untuk istirahat, tanpa teman-teman yang dulu bersamamu tertawa di sekolah.Â
  Adik, pernikahan di usia muda bukan akhir dari dunia tapi awal dari perjuangan yang sungguh berat. Kau tidak lagi ditanggung oleh orangtuamu. Tidak bisa lagi pulang lalu minta dibelikan sabun atau uang jajan. Kau sekarang adalah penanggung hidupmu sendiri. Dan hidup orang lain  anakmu. Dan suamimuyang  sama mudanya sama bingungnya. Jangan berharap dia akan selalu mengerti kamu. Dia pun sedang bertumbuh  sedang belajar jadi laki-laki sejati, bukan cuma suami di mata hukum. Kau harus siap menjadi dewasa sebelum waktunya, bukan dengan make-up,  tapi dengan hati yang tahan perih. Adikku  hidup ini keras. Sangat keras. Tapi bukan berarti kamu harus kalah kamu boleh menangis, kamu boleh lelah, tapi jangan pernah menyerah. Didik hatimu untuk kuat. Bangun dirimu pelan-pelan belajar apa pun yang bisa membuatmu mandiri, kuat secara pikiran dan jiwa. Ingat satu hal  anakmu tidak minta dilahirkan. Tapi dia akan tumbuh dan melihatmu sebagai dunia pertamanya. Jadilah dunia yang tangguh, meskipun penuh luka. Karena anakmu akan belajar arti kekuatan dari caramu bertahan. Kalau suatu hari kamu merasa dunia terlalu berat, telepon aku. Bukan untuk menyesal, tapi untuk bicara, untuk berbagi beban. Karena walaupun aku tidak bisa hidupkan rumahmu, aku akan selalu jadi kakak yang berdoa untuk langkahmu. Tapi ingat juga, aku tidak bisa selalu menyelamatkanmu. Kamu harus belajar menyelamatkan dirimu sendiri. Jangan biarkan dirimu hilang dalam badai yang kau ciptakan. Bangunlah kapalmu. Dan belajarlah mengemudi meski tanganmu gemetar. Karena kamu bukan lagi anak-anak. Kamu sekarang adalah perempuan yang harus bertahan demi hidup orang lain.
Aku percaya kamu bisa. Tapi hanya kalau kamu juga percaya pada dirimu sendiri. Dengan air mata yang jatuh dalam diam.
Salam Rindu yang Tertitip Untuk Adik Tersayangku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI