Mohon tunggu...
Emanuel Hayon
Emanuel Hayon Mohon Tunggu... Editor - •Menulis adalah tanda berpikir

Kritis adalah cara kreatif untuk melatih keseimbangan otak kiri dan kanan•

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Akurasi dan Kegagalan Tim Komunikasi Jokowi

11 Mei 2021   15:13 Diperbarui: 11 Mei 2021   15:29 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari Wikipedia tentang ilustrasi akurasi.

Saat menikmati masa-masa indah menjadi jurnalis ekonomi, ada satu kata yang menjadi mantra dan selalu diulang-ulang di newsroom, ataupun setiap pesan daring buat reporter dalam setiap peliputan yakni "akurasi". 

Kata ini [baca: akurasi], bukan sekedar penghias. Dia adalah mantra sekaligus roh yang mendorong seorang jurnalis menghidupkan tulisan agar berimbang dan benar sesuai kaidah jurnalistik dan tata Bahasa Indonesia yang baik serta benar. 

Akurasi memberikan kesan ketepatan dalam penulisan dan keberimbangan dalam informasi. Singkat cerita, akurasi adalah hal yang patut dimiliki seorang jurnalis, bahkan seorang tokoh politik  ataupun pemimpin sekelas Presiden sekalipun.

Entah mengapa, di sepanjang waktu yang hampir disebut panjang dalam sebuah ukuran masa kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi) hingga 7 tahun, akurasi yang begitu penting dalam sebuah komunikasi selalu diabaikan. Akibatnya, banyak kecolongan yang muncul dari Presiden dalam setiap pernyataannya. 

Ada kesan kuat yang kemudian muncul dan terus menjadi pertanyaan banyak orang, bagaimana dengan sikap akuratif dalam tugas tim komunikasi Jokowi? Atas dasar itu, saya membangun tiga pertanyaan yang patut kita uji selanjutnya.

Pertama, apakah sejauh ini tim komunikasi Jokowi bukanlah orang profesional dalam bidang komunikasi? Kedua, jika "ya" mengapa Jokowi begitu berani menyimpan tokoh-tokoh tersebut di sekitarnya? Apakah karena bentuk balas jasa menjadi pendukung saat pilpres? Ketiga, jika tim komunikasi Pak Jokowi adalah orang yang bukan kompeten dalam bidang komunikasi dan notabene adalah tim pendukung saat Pilpres, mengapa begitu berani mengambil langkah tersebut? Padahal komunikasi adalah hal paling penting sebagai jembatan pesan seorang pemimpin kepada rakyatnya?

Akurasi Adalah Kunci

Akurasi dalam sebuah komunikasi lisan maupun tulisan terdiri dari ketepatan penyampaian informasi atau tulisan, ketelitian dalam pesan yang disampaikan, termasuk proses check and balancing sebelum pesan disampaikan baik dalam bentuk tulisan maupun informasi langsung.

Sudah hampir tujuh tahun berjalan Pemerintah Jokowi. Dari ragam masalah yang terus diributkan di ranah publik ada satu hal yang selalu berulang dan terus berulang, yakni komunikasi publik, baik itu dari tim komunikasi/juru bicara istana hingga kesalahan ucapan Presiden yang ujungnya membuat gaduh publik.

Satu hal yang perlu diketahui bahwa sikap kritis masyarakat terhadap kekacauan komunikasi tersebut bukanlah sebuah sikap kebencian terhadap tim komunikasi istana, tapi lebih dari itu adalah sikap dan tanggung jawab masyarakat atas proses keberlangsungan pemerintahan. 

Berangkat dari kesadaran itu, perlu ada evaluasi yang menyeluruh tentang hal krusial ini. Tidak ada salahnya dan sah-sah saja Joko Widodo mengangkat tim komunikasi yang merupakan pendukung fanatiknya di Pilpres, tapi persoalannya bukan di situ. Diskursus ini menjadi sangat urgen, ada ketika orang yang dipilih menjadi tim komunikasi tersebut tidak menunjukkan kompetensi sebagai seorang tim komunikasi yang handal.

Hal yang perlu diketahui oleh Presiden Jokowi terhadap tim komunikasinya adalah mereka cenderung tidak menjawab substansi masalah dan lebih berkesan "menjilat". Pak Jokowi sebaiknya mengevaluasi masalah krusial ini. 

Saya memperhatikan, semenjak Pak Jokowi menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga saat ini terpilih dua kali menjadi Presiden RI, tim komunikasi lebih banyak menginformasikan hal yang baik-baik saja ketimbang persoalan dan substansi masalah. Celakanya, jika itu tidak dilakukan dengan uji kebenaran oleh Presiden sendiri maka kesalahan itu diulang terus dan dianggap benar. Padahal, masyarakat Indonesia semakin kritis.

Keluar dari zona nyaman

Saya kira ini adalah periode terakhir Pak Jokowi menurut konstitusi yang berlaku di negara ini. Akan lebih baik Pak Jokowi keluar dari zona nyaman dan bayang-bayang pembisik tim kokunikasi yang berazaskan "asal bapak Presiden senang".

Di tengah masyarakat Indonesia yang semakin kritis, tim komunikasi yang bermental ABS ini harus dihentikan. Pak Jokowi, sebaiknya kembali kepada dirinya dahulu. Cross and check di lapangan atau yang lazim disebut media dengan "blusukan". Sebaiknya, jangan terlalu terbuai dengan pesan manis dari mulut tim komunikasi seputaran Pak Jokowi. Itupun, jika ingin dilakukan dengan tegas dan intens.

Lalu mengapa itu penting ? Bagaimana hubungannya dengan akurasi ? Pertama, dengan keluar dari zona nyaman pembisik tersebut Pak Jokowi akan lebih akurat melihat masalah. Terkadang bagi saya, kritik oposisi atau masyarakat yang kritis terhadap kekuasaan adalah hal yang paling akurat, selain bisikan manis dari orang sekitar Pak Jokowi. Kesan saya, dengan menarik Pak Prabowo dan Sandiaga Uno, Pak Jokowi berpikir polarisasi dan oposisi sudah tiada. Justru itu salah. Jikapun benar, mereka yang kritis dan muncul mengkritik Pak Jokowi diranah publik adalah masyarakat kritis yang mencintai bangsanya--- bukan musuh.

Kedua, turun dan melakukan cek berulang kali di masyarakat juga akan membuat pesan yang disampaikan juga kontekstual. Disitu, Pak Jokowi terlihat sangat akuratif dalam pemetaan masalah. Ada kecenderungan, Pak Jokowi lebih suka menghimpun informasi dari pembantu sekitarnya dan tim komunikasinya. Padahal, tidak semua informasi tersebut benar. Ini letak persoalannya.

Sudah sewajarnya Pak Jokowi sendiri menghentikan kegaduhan demi kegaduhan akibat tim komunikasi yang ada di sekitar Pak Jokowi. Mungkin juga ini menjadi refleksi di hari Ramadhan ini bahwa informasi yang manis sekalipun tidak membuat sebuah pesan yang disampaikan tepat sasar. Bahkan, bisa jadi masyarakat menilai informasi tersebut hanya datang dari sekumpulan penjilat yang merusak reputasi Pak Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun