Mohon tunggu...
Ema Damayanti
Ema Damayanti Mohon Tunggu... Guru - Noroweco

Seorang pengajar SMP dan Ibu satu putra.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Guru Mengambil Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

24 April 2022   10:59 Diperbarui: 24 April 2022   12:45 3065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu akan selalu dihadapkan pada situasi untuk memutuskan sesuatu. Mungkin memilih pasangan, memilih pekerjaan, atau hal sederhana di pagi hari memutuskan untuk pergi melakukan sesuatu di luar atau hanya rebahan saja di rumah. Semua itu butuh keputusan terbaik. 

Begituhalnya bagi seorang guru atau juga pemimpin pembelajaran tentu dalam menjalankan tugas-tugas kita selalu dihadapkan pada keputusan. Misalnya memutuskan murid naik kelas atau tidak, memutuskan mengambil amanah pekerjaan atau tidak dll. 

Filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara

Pengambilan keputusan terbaik tentu harus mempertimbangkan banyak hal. Sebagai pemimpin pembelajaran, di dalam mengambil keputusan guru tentu akan mempertimbangkan hal yang paling berdampak bagi murid di atas kepentingan lainnya. Hal tersebut seperti yang diajarkan Ki Hajar Dewantara tentang filosofi Pratap Triloka, yaitu Ing ngarso sung tuladha (di depan memberi contoh), ing madya mangun karsa (di tengah memberikan motivasi), dan Tut wuri handayani (di belakang memberikan dorongan) 

Berdasarkan filosofi Pratap Triloka Ki Hajar Dewantara tersebut berarti segala keputusan guru akan mempertimbangkan beberapa pertanyaan seperti berikut. Seberapa besar pengaruh tindakan yang saya ambil bagi murid? Apakah mereka akan mencontoh tindakan saya? seberapa besar keputusan yang saya ambil membuat murid saya semangat belajar? apakah hal yang saya putuskan akan membuat mereka malah makin tidak mau belajar? 

Apakah keputusan yang saya ambil membuat murid lebih percaya diri atau sebaliknya? Apakah putusan yang saya ambil membuat murid makin berkembang potensinya atau malah sebaliknya?  

Pengaruh Nilai Kebajikan Diri dalam Pengambilan Keputusan

Nilai-nilai kebajikan yang kita pegang atau kita anut akan sangat berpengaruh di dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penting bagi seorang pemimpin pembelajaran untuk menentukan secara jelas nilai kebajikan universal apa yang kita pegang. 

Misalnya, seorang guru yang memegang nilai kejujuran di atas segalanya akan berbeda keputusan dengan orang yang memegang prinsip nilai kebersamaan di atas segalanya. 

Guru yang menganut prinsip kejujuran segala keputusan yang diambil akan berpegang pada nilai berbasis peraturan. Sebaliknya, orang yang berprinsip kebersamaan lebih penting, guru tersebut akan mengambil putusan yang terbaik untuk semua orang, berprinsip pada nilai akhir.

Nah, jika nilai kebajikan yang kita pegang berada pada situasi yang bertentangan. Saat itulah kita dihadapkan pada sebuah dilema etika. Dua nilai tersebut sama benarnya, tapi seorang pemimpin pembelajaran harus memutuskannya. Akan tetapi, tidak hanya dalam menghadapi dilema etika. 

Seringkali kita pun berhadapan pada situasi bujukan moral, kebenaran jelas dihadapkan pada kesalahan. Situasi ini tidak menuntut kita mengambil pertimbangan apa pun. 

Jelas harus memilih kebenaran. Akan tetapi, pada praktiknya kadang kita dihadapkan pada bujukan moral yang jelas salahnya tetap memilih salah karena semua orang atau sistem melakukannya. Ini tentu tantangan yang lebih besar lagi yang harus dihadapi seorang pemimpin pembelajaran.

Namun, sudah menjadi kewajiban kita sebagai pemimpin pembelajaran untuk terus mengupayakan pengambilan keputusan yang terbaik. Salah satunya dengan mendasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang kita anut sebagai pendidik. 

Ada banyak nilai kebajikan yang kita anut. Tapi ada baiknya merumuskan tiga nilai yang menjadi pedoman kita sebagai guru dalam mengambil keputusan. Misalnya, Kejujuran, Integritas, dan Kebijaksanaan.

Peran Coaching dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan memang bukan hal yang mudah. Seringkali kita sudah membuat sebuah keputusan, kemudian menyesalinya. Bisa juga kita sudah membuat keputusan, kemudian mendengar pendapat teman terdekat, keputusan yang diambil pun menjadi berubah. 

Sebenarnya tidak masalah mengubah keputusan selama jangka waktu masih cukup untuk mengubahnya dan tidak berdampak lebih buruk bagi orang banyak. 

Di dalam situasi seperti itu, kita memang butuh teknik coaching, berupa bantuan orang lain untuk menguraikan hal yang kita pikirkan dan rasakan, sehingga kita dapat menemukan solusi yang datang dari diri kita sendiri dan kita pun bisa lebih percaya diri dalam mengambil keputusan.

Bisa jadi, juga keputusan yang kita mabil berdasarkan hasil coaching kita kepada coache, misalnya murid kita. Dengan bantuan Coaching, kita akan lebih memahami situasi dan kondisi yang dialami murid. 

Hal tersebut tentu akan lebih membantu proses pengambilan keputusan dengan tepat. Pilihan-pilihan yang kita ambil di dalam pengujian pengambilan keputusan akan lebih akurat dan memberikan manfaat yang lebih besar.

Pengaruh Sosial Emosional di dalam Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan juga pastinya akan dipengaruhi oleh kondisi sosial emosional kita. Ada pepatah yang mengatakan, jangan ambil keputusan saat kita sedang emosi. Keputusan yang kita ambil saat sedang mengalami emosi negatif pastinya akan lebih banyak disesali. Oleh karena itu, penting mengelola emosi kita sebelum mengambil sebuah keputusan. Keputusan harus diambil saat pikiran kita jenih, perasaan kita sedang baik-baik saja.

Namun, sekali lagi situasi seringkali tidak sesuai harapan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran, tentu lebih baik berhenti sejenak ketika sedang emosi. Diam dan jangan mengambil keputusan. Guru bisa melakukan teknik STOP (Mengambil nafas dan merasakan nafas sendiri beberapa menit secara berulang) untuk mengatas emosi kita yang tidak stabil, kemudian melakukan pertimbangan melalui beberapa langkah pengambilan keputusan. 

Pengambilan Keputusan yang Berdampak Pada Murid

Pengambilan keputusan yang tepat, tentunya akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Pengambilan keputusan merupakan langkah awal bagi seorang pemimpin pembelajaran dalam melakukan sebuah perubahan atau menjadikan sekolah lebih berkualitas. Di awal sudah dijelaskan, bahwa pengambilan keputusan yang tepat harus keputusan yang berdampak bagi murid.

Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan di dalam mengambil sebuah keputusan yang tepat. Diantaranya didasarkan pada empat paradigma pengambilan keputusan: Individu lawan masyarakat, kebenaran lawan loyalitas, Keadilan lawan rasa kasihan. 

Keputusan juga bisa diambil berdasarkan tuga Prinsip pengambilan keputusan: Prinsip Berbasis Hasil Akhir (kepentingan orang banyak), Prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli (empati). Selanjutnya ada sembilan langkah pengujian agar putusan yang kita ambil benar-benar teruji. 

Pengambilan keputusan berdasarkan hal tersebut pada praktiknya juga mengalami beberapa kendala. Apalagi jika putusan yang harus diambil menyangkut dilema etika pertentangan nilai yang melibatkan antara individu melawan sistem di sekolah misalnya dan tidak semua warga sekolah memahami tentang materi cara pengambilan keputusan. 

Jika dihadapkan pada situasi seperti ini, seorang pemimpin pembelajaran harus pandai mengomunikasikan tentang langkah-langkah dan dasar pengambilan keputusan. Hal yang harus dikomunikasikan diantaranya, memahamkan tujuan pengambilan keputusan yang kita ambil harus yang menyangkut masa depan dan kebaikan murid, sejalan dengan visi sekolah, dan didasarkan pada nilai-nilai kebajikan yang kita anut. 

Dengan langkah seperti itu, seorang pemimpin pembelajaran akan lebih percaya diri dalam mengemukakan putusannya. Sebuah keputusan yang tepat akan terlihat sejalan dengan konsep pendidikan yang memerdekan murid. 

Murid akan belajar secara merdeka jika mereka yakin bahwa diri  mereka memiliki potensi yang sedang berkembang, mereka juga merasakan situasi pembelajaran yang menyenangkan dan membuat mereka senang belajar bukan takut belajar, proses critikal thinking mereka berkembang, dan mereka belajar menjadi seorang problem solver dalam proses belajar. Pada akhirnya, keputusan yang diambil seorang pemimpin pembelajaran akan mengarah ke arah hal tersebut.

Kesimpulan

Seorang pemimpin pembelajaran yang harus siap dalam mengambil keputusan terbaik yang berdampak bagi murid, adalah seorang yang memiliki landasan berpikir keberpihakan pada murid di dalam pembelajaran, seperti yang diajarkan Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara. 

Seorang yang memiliki visi memajukan murid, memiliki nilai-nilai kebajikan universal yang dijadikan pegangan, memiliki sosial emosional yang baik, melakukan praktik pembelajaran yang sesuai kebutuhan murid, dan memilki keterampilan di dalam membantu siswa menemukan potensi dirinya, dan terakhir tentu tahu bagaimana cara mengambil keputusan yang berpihak pada murid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun