Selain cara-cara memanen hujan, penulis memberikan konsep drainase TRAP (Tampung, Resapkan, Alirkan dan Pelihara). Sepertinya masyarakat Indonesia juga belum familiar dengan konsep drainase, dan menggunakan selokan untuk membuang grey water atau bahkan black water.
Padahal drainase berperan penting dalam proses mengalirkan air buangan hujan. Drainase ramah lingkungan juga harus dikembangkan, yaitu drainase yang mengelola kelebihan air dengan cara ditampung untuk dipakai sebagai sumber air bersih, ditampung kemudian diresapkan ke dalam tanah.
Konsep drainase ini berbeda dengan drainase konvensional, yaitu dengan adanya pemberdayaan kelompok masyarakat dan prinsip mengembalikan air ke dalam tanah sesuai siklus hidrologi.Â
Lalu bagaimana dengan kualitas air yang diolah dari panen air hujan? Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memiliki stasiun pemantauan kualitas air hujan yang meliputi pemantauan pH, daya hantar listrik, Mg, Ca, Amonium, Natrium, Kalium, Sulphat, Nitrat dan Klorida.
Untuk konsumsi air hujan sebagai air minum tentunya diperlukan pengolahan lanjutan, misalnya untuk menghilangkan bau air hujan secara tradisional bisa dengan arang aktif dan penambahan desinfektan.Â
Secara umum ide yang disampaikan buku ini sangat menarik. Dengan beragam contoh yang disajikan, ide-ide yang disampaikan juga begitu membumi.Â
Memanen hujan pada jangka panjang dapat menjadi satu langkah meminimalisir banjir dan mengurangi kekeringan, dan yang pasti dapat menghemat pengeluaran rumah tangga!
Identitas buku: Memanen Air Hujan (Rainwater Harvesting); Penulis Dr. Ing. Ir. Agus Maryono; Penerbit: Gadjah Mada University Press; Tahun: 2015; Tebal: 132 halaman; ISBN: 978-602-386-089-0
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI