Mohon tunggu...
Elyshia Alodia Binarto
Elyshia Alodia Binarto Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA Karangturi

Siswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Xenotransplantasi: Pengobatan Menggunakan Sel Punca Hewan

6 September 2022   19:35 Diperbarui: 6 September 2022   19:41 1652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Sel Punca (Sumber: Thinkstock/Dr_Microbe)

Permintaan stem cell jauh lebih tinggi daripada donor yang ada. Sebuah data dari Amerika Serikat mencatat bahwa sampai 10 pasien meninggal setiap hari ketika berada dalam daftar tunggu transplantasi organ. Maka dari itu, dibutuhkan solusi dengan melakukan transplantasi sel punca dari hewan yang disebut sebagai xenogeneic stem cell transplantation atau bisa disebut sebagai xenotransplasi. 

Menurut Food and Drug Administration, xenotransplantasi merupakan prosedur medis di mana terjadi implantasi dan infus ke pasien manusia yang berupa sel hidup, jaringan, serta organ dari hewan. 

Di tahun 2021, NYU Langone berhasil melakukan simulasi xenotransplantasi dari ginjal babi ke donor yang baru saja meninggal dengan dipertahankan oleh ventilator. Namun, percobaan pada manusia belum diizinkan, bahkan dilarang oleh beberapa negara karena tidak sesuai dengan etika dan melanggar hukum penganiayaan hewan. 

Di satu sisi, xenotransplantasi dapat menjadi solusi bagi masalah kekurangan donor organ, tapi kita harus tetap waspada dan melakukan riset lebih lanjut mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan.

Gambar 3. Ginjal babi (Sumber: NYU Langone Health/AFP/Joe Carrotta)
Gambar 3. Ginjal babi (Sumber: NYU Langone Health/AFP/Joe Carrotta)

Dalam melakukan xenotransplantasi terdapat risiko bagi pasien, seperti penolakan organ. Prosedur xenotransplantasi dapat menyebabkan penolakan dalam beberapa tahap, yaitu hyperacute rejection, acute vascular, cellular rejection, dan chronic rejection. Untuk hyperacute rejection dan acute vascular, media yang digunakan adalah antibodi terhadap determinan oligosakarida pada endothelium vascular babi. 

Dengan perkembangan medis saat ini, hyperacute rejection sudah dapat diatasi dengan menggunakan babi transgenik yang mampu menghasilkan protein pengatur komplemen manusia sehingga menghambat dampak buruk dari aktivasi komplemen hasil mediasi antibodi pada organ babi. 

Pada salah satu perusahaan bioteknologi, telah dilakukan transplantasi transgenik organ babi dengan tingkat hyperacute rejection kurang dari 2%. Penolakan lainnya adalah acute vascular yang masih kurang dipahami oleh para ilmuwan. 

Hal ini menyebabkan belum ditemukannya solusi untuk mengatasi penolokan tersebut. Selain itu, cellular rejection dan chronic rejection bisa lebih kuat daripada antisipasi para ilmuwan. Maka dari itu, dibutuhkan konsentrasi obat imunosupresid yang berkelanjutan dalam pengembangan toleransi imun manusia terhadap organ babi. Dalam meminimalisir risiko xenotransplantasi, masih dibutuhkan penelitian dan pengembangan lebih lanjut agar prosedur ini bisa digunakan oleh manusia secara aman.    

Penelitian ekstensif diperlukan untuk menentukan apakah organ hewan dapat menggantikan fungsi dari organ manusia. Pada sebuah laporan dari Food and Drug Administration, disebutkan bahwa transplantasi ginjal babi ke primata hanya dapat berfungsi pada tingkatan tertentu karena tidak memenuhi fungsi eritropoietin. 

Selanjutnya, terdapat risiko terjadinya penyakit menular yang berisiko bagi masyarakat luas. Terdapat suatu kontroversi mengenai xenotransplantasi karena prosedur ini dapat menimbulkan epidemi penyakit menular baru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun