Giriharjo, Ngrambe Ngawi (8/20)
Kondisi pandemi covid-19 ini melahirkan sistem baru dalam pelaksanaan KKN, yaitu dilakukan pada tempat tinggal masing-masing mahasiswa. Jika biasanya KKN identik dilakukan berkelompok dan ditempatkan pada desa yang telah ditentukan. Dengan adanya Pandemi Covid-19 yang mengharuskan adanya Physical / Social Distancing berdampak pada upaya yang harus dilakukan dengan melakukan perubahan model KKN yang akan dijalankan.
Salah satu perubahannya adalah KKN yang biasanya dilakukan secara kelompok maka pada KKN saat ini dilakukan dengan secara mandiri (individu), KKN yang biasanya dilakukan di lokasi yang ditentukan oleh LP2M (berbasis desa binaan) maka saat ini ditentukan sendiri mahasiswa berdasarkan lokasi domisili (kampung halaman) atau dapat memilih lokasi diluar domisili dengan alasan tertentu misal tidak ada mobilisasi atau pergerakan lokasi yang keluar dari kaidah protokoler di masa Pandemi Covid-19. Perubahan model KKN ini tentunya tidak lepas dari kebijakan pemerintah terkait pembatasan sosial yang meminimalisir adanya aktifitas yang melibatkan banyak orang serta dengan adanya pergerakan mahasiswa dari tempat (domisilinya) saat ini.
 KKN ini harapannya tidak menghilangkan nilai kebermanfaatan mahasiswa dalam pemberdayaan masyarakat oleh karena itu meskipun dilakukan mandiri (individu) serta ada sekian pembatasan namun kegiatan mahasiswa hendaknya masih dalam kerangka bermanfaat bagi masyarakat terutama dalam masa Pandemi Covid-19 saat ini.
Dengan adanya kondisi pandemi Covid-19 saat ini menjadi hambatan pada sektor ekonomi salah satu nya pada UMKM jahit. Kegiatan ini guna untuk memberikan inovasi baru di saat pandemi seperti ini.
Disamping sepinya Orderan baju jahit saat pandemi, maka dalam kegiatan ini diharapkan pelaku UMKM lebih bisa memanfaatkan peluang yang ada dan memanfaatkan limbah kain agar bisa mendapatkan nilai ekonomis yang tinggi. Salah satu nya pembuatan masker dari kain perca. Alasan memilih kain perca karena mudah didapatkan dari limbah jahit, baju yang sudah tidak terpakai, dan lain - lain.Â
Meski begitu pemilihan kain perlu dipertimbangkan dengan memperhatikan bahan, kenyamanan bahan pada saat digunakan. Bahan - bahan yang mudah diperoleh ini memudahkan untuk membuatnya sendiri sekalipun tidak harus menggunakan mesin jahit.
Dengan Mengumpulkas sisa kain yang ada, kain perca limbah jahitan ini disulap menjadi masker siap pakai sehari - hari selanjutnya hasil masker ini juga dibagikan kepada masyarakat sekitar Desa Giriharjo.
Program kerja Pelatihan dan Pendampingan Pembuatan Masker dari kain perca dan memanfaatkan kain perca menjadi masker siap pakai ini diharapkan lebih bisa memaksimalkan pemanfaatan kain perca menjadi masker siap pakai.Â
Diharapkan penggunaannya mampu mencegah dan melindungi diri dan lingkungan sekitar dari penyebaran virus Covid-19 ditambah dengan selalu rajin mencuci tangan, mematuhi aturan jaga jarak atau physical distancing, dan melakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Penulis: Elynda Olyvia Septiani