Mohon tunggu...
Elvrida Lady Angel Purba
Elvrida Lady Angel Purba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mengalir dan Kritis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

It won’t always be easy, but always try to do what’s right.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kasus Gofar Hilman dan Lemahnya Dukungan Kita kepada Korban Pelecehan Seksual

10 Juni 2021   20:08 Diperbarui: 10 Juni 2021   20:28 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh : Elvirida Lady Angel Purba

Sebuah utas menggegerkan jagat Twitter pada Selasa (08/06) malam. Utas itu berasal dari seorang perempuan, sebut saja A, yang mengaku telah dilecehkan secara seksual oleh Youtuber, Gofar Hilman. Menurut keterangannya, peristiwa itu terjadi di sebuah acara musik di Malang yang mendatangkan Gofar sebagai bintang tamu pada Agustus 2018. A maju ke depan karena ingin bikin instastory dengan Gofar.

Tak disangka, hal yang tak diinginkan terjadi pada A. Gofar tiba-tiba merangkulnya. Ia lalu menyentuh bagian yang tak seharusnya disentuh. A kaget dan membeku. Ironisnya, orang-orang yang menyaksikan perlakuan Gofar justru menganggap itu sebagai lelucon. Untungnya, ada seseorang yang berani menghentikan Gofar. Ia maju dan menyelamatkan A yang pikirannya sudah kosong. A mengakhiri utas itu dengan harapan Gofar menyadari perbuatan tercela itu. Juga sebagai refleksi kepada orang-orang yang seharusnya bisa membantunya, bukan menertawakannya. A sebenarnya sudah beberapa kali berusaha menyuarakan kejadian pilu itu.

Namun, respons teman-teman yang justru menyudutkan dirinya membuat A mengurungkan niat tersebut. Tidak apa-apa A, sekarang kamu sudah sangat berani dengan membuat utas itu. Kamu sangat kuat! Ada yang menganggap A-lah yang menjadi penyebab Gofar melakukan itu kepada dirinya. "Bukannya dia punya alasan sampai bisa ngelakuin itu?" tulis A mengingat-ingat respons temannya. Ada pula yang bilang kalau A terlalu seksi. Memangnya, apa salah A kalau dirinya terlalu seksi? Jadi, kalian membenarkan perbuatan tercela pelaku karena keadaan korban?

Sadar tidak, respons orang ketika mendengar kasus pelecehan seksual cenderung menyalahkan korban. Reaksi-reaksi semacam ini juga masih bertebaran di Twitter saat berkomentar atas kasus A. Bahkan, ada yang curiga kalau A hanya ingin pansos. Enggak ada yang menguntungkan dari 'terkenal' karena kasus pelecehan seksual, bro! Lagian, buka suara tentang kejadian traumatis itu enggak gampang. Apalagi harus menahan dampak psikologis dari kejadian itu selama bertahun-tahun. Belum lagi harus berhadapan dengan figur publik berduit dan punya basis penggemar yang tidak kecil.

Tidak lama setelah utas itu muncul dan ramai dibahas warganet, Gofar muncul dengan klarifikasinya. Ia meminta maaf karena tak meminta izin untuk merangkul. Atas pelecehan yang dilakukannya, ia malah menampiknya keras-keras. Akun @fisipmanis di Twitter mengatakan utas Gofar sama persis dengan taktik DARVO: deny, attack, reverse victim, dan offender. Itu biasanya dilakukan oleh orang-orang yang dituduh melakukan kekerasan seksual.

Di utasnya, Gofar sangat yakin dia tidak melakukan itu. Ia malah melibatkan dua orang saksi, yang notabene masih orang di lingkarannya, yaitu 1 orang panitia dan 1 orang asistennya. Dari saksi saja sudah bisa. Di sini, Gofar telah menyangkal (deny) dan meragukan realitas korban. Gofar juga berusaha menyerang (attack) kebenaran korban buat mencari validasi. Ya, dengan menghadirkan dua orang saksi itu.

Omong-omong, utas A pertama kali muncul pukul 10.00 WIB. Tiga jam setelahnya, ia sudah bisa menghadirkan saksi atas tuduhan itu. Kok bisa secepat itu menghubungi saksi? Hebat juga masih ingat dengan jelas kejadian tiga tahun lalu itu. Lalu, Gofar berdalih seakan dirinya lah yang menjadi korban. Pelibatan namanya dianggap sebagai fitnah. Di sini, Gofar telah melakukan reverse victim. Dan terakhir, di tahap offender, pelaku meminta korban membuktikan tuduhannya. Gofar sendiri mau membawa kasus ini ke jalur hukum.

Tapi, seperti yang kita tahu, penanganan kekerasan seksual di Indonesia belum bisa memberi keadilan kepada korban. Memihak korban kekerasan seksual sangatlah penting. Bersuara bagi mereka berarti ikut mengurangi beban stigma negatif dan respons-respons blaming the victim lainnya. Akun B di Twitter juga telah menyuarakan kejadian yang mirip dengan A. Bukti-bukti juga sudah bertebaran di Twitter. Heran saja kalau kamu sudah membaca sejauh ini, tapi masih membenarkan kelakuan pelaku hanya karena dia lucu..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun