"Romansa Gen Z dalam Sorotan Psikologi"
Generasi Z yaitu mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 tumbuh di tengah kemajuan teknologi digital kemudahan akses informasi dan perubahan nilai sosial. Kondisi ini membentuk cara mereka menjalani berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan romantis. Salah satu pendekatan psikologis yang relevan untuk memahami dinamika ini adalah konsep gaya keterikatan (attachment style). Apa sih Attachment style itu?!
Attachment style adalah pola hubungan emosional yang terbentuk sejak masa kanak-kanak dan memengaruhi cara individu menjalin kedekatan, menghadapi konflik dan merespons keintiman saat dewasa. Di Artikel ini akan mengulas bagaimana gaya keterikatan berkembang dalam hubungan romantis anak Gen Z serta kaitannya dengan perkembangan psikologis dan sosial masa kini.
Mengenal Attachment Style
Attachment style berakar dari Teori Keterikatan yang pertama kali dikemukakan oleh John Bowlby dan dikembangkan oleh Mary Ainsworth. Teori ini menyoroti bahwa hubungan awal dengan pengasuh utama sangat memengaruhi pola relasi seseorang di masa dewasa. Ada empat tipe gaya keterikatan yang utama:
- Keterikatan Aman (Secure Attachment)
Individu merasa nyaman dengan kedekatan emosional dan mampu menjalin hubungan tanpa kehilangan kemandirian. - Keterikatan Cemas (Anxious Attachment)
Cenderung merasa tidak yakin dalam hubungan, sangat butuh validasi dan takut ditinggalkan. - Keterikatan Menghindar (Avoidant Attachment)
Menjaga jarak emosional, merasa tidak nyaman dengan keintiman, dan enggan menunjukkan ketergantungan. - Keterikatan Tidak Terorganisir (Disorganized Attachment)
Menampilkan perilaku campur aduk, menginginkan kedekatan namun juga merasa takut akan kondisi itu. Hal ini sering muncul akibat pengalaman traumatis.
Ciri Attachment Style dalam Hubungan Romantis Gen Z
1. Pola Pengasuhan dan Trauma Lintas Generasi
Sebagian besar Gen Z dibesarkan oleh orang tua dari generasi X atau milenial yang menghadapi tekanan ekonomi, perceraian, dan perubahan peran gender dalam rumah tangga. Hal ini menciptakan pengalaman pengasuhan yang beragam mulai dari terlalu mengontrol hingga cenderung abai secara emosional.
Akibatnya:
- Banyak yang mengembangkan attachment cemas akibat tidak adanya kepastian emosional.
- Ada juga yang membentuk attachment menghindar sebagai bentuk perlindungan terhadap pengalaman masa lalu yang mengecewakan.
2. Peran Media Sosial dan Budaya "FOMO"
Kehadiran media sosial dan aplikasi kencan digital membuat hubungan terasa cepat berubah dan bosan hal ini menciptakan tekanan untuk selalu "terlihat" bahagia dan membandingkan diri dengan orang lain, yang berdampak pada:
- Meningkatnya kecemasan dalam hubungan.
- Ketergantungan pada validasi digital.
- Minimnya kedekatan emosional yang autentik.