Mohon tunggu...
Elvidayanty Darkasih
Elvidayanty Darkasih Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja lepas

Email : elvi.jambi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Manfaatkan Program Samber Kompasiana untuk Latihan Menulis

15 April 2021   14:59 Diperbarui: 15 April 2021   14:59 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar event Samber THR 2021 Kompasiana. 

"Vi, bantu sumbang artikel untuk majalah, dong." Pinta seorang teman saat saya masih bekerja di sebuah lembaga swadaya masyarakat. 

"Duh...kamu tahulah, aku tuh biasa bikin tulisan untuk radio, untuk didengar, bukan untuk dibaca." Jawab saya ketika itu.

Saya lalu memberikan tulisan yang saya buat untuk format audio. Teman saya mengajukan beberapa pertanyaan dan mencatat jawaban saya. Dalam sekejap, tulisan saya yang panjangnya hanya 1,5 halaman untuk durasi 5 menit-an di radio, berubah menjadi 4 halaman untuk sebuah artikel. Saya kagum membaca tulisannya, tidak ada salah pengertian atau pemahaman ketika cerita saya dalam format audio dia ubah menjadi sebuah artikel untuk dibaca.

Itu bukan kasus pertama yang saya alami. Sebelumnya, editor salah satu majalah mainstream menelpon saya, menawarkan saya menulis artikel tentang Suku Orang Rimba untuk majalahnya. Beliau tertarik setelah mendengar laporan saya dalam bentuk audio yang naik siar di salah satu radio di Jakarta. 

Jawaban saya sama, karena terbiasa menulis untuk format audio, saya kesulitan menulis panjang untuk sebuah artikel. Ketika itu, untuk sebuah artikel, saya diminta menulis 7 halaman dengan standar huruf 12 dan satu spasi. Sang editor terus membujuk dan meyakinkan saya bahwa saya pasti bisa melakukannya. 

Dengan tertatih-tatih memindahkan bahasa audio ke bahasa tulisan, saya berhasil menulis 5 halaman, dan tentu saja masih kurang dari standar yang ditetapkan editor majalah tersebut. 

Saya hampir menyerah dengan kemampuan menulis 5 halaman tersebut. Beruntung ketika itu saya diberi waktu agak panjang untuk menyelesaikan satu artikel. 

Hampir setiap hari editor majalah tersebut membimbing dan mengarahkan saya hingga tulisan tersebut layak dimuat di majalah. Bahkan, saya dikontak kembali oleh editor untuk menulis feature khusus. Kesulitannya masih sama, dan penuh drama dengan kesulitan saya menulis panjang untuk sebuah artikel. 

Kompasiana menjadi tempat buat saya belajar menulis artikel, tulisan untuk dibaca, bukan untuk didengar seperti yang biasa saya lakukan. Di Kompasiana, saya bisa menulis apa saja, tanpa standar yang rumit seperti jumlah halaman. 

Jika lolos, alhamdulillah bisa diberi label pilihan oleh admin. Tidak ada admin Kompasiana yang memaksa saya untuk menulis minimal 7 halaman, ha ha. Yang penting tulisan tidak mengundang kebencian atau menyakiti penganut agama,  suku atau ras tertentu.

Di Kompasiana saya bisa belajar dari banyaknya artikel yang ditulis para Kompasianers dan admin Kompasiana. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun