"Kerja jangan sambil melamun. Pikirkan apa yang akan kamu kerjakan setelah pekerjaan ini selesai." Nasehat mama suatu hari, nasehat yang sepertinya membekas seumur hidup saya dan saudara-saudara saya.Â
Sejak kecil, saya dan saudara-saudara terlatih untuk berbagi tugas di rumah tangga. Tidak ada alasan bagi saya dan saudara-saudara saya untuk tidak bisa memasak, membersihkan rumah atau mencuci pakaian.Â
Semua berlaku untuk anak perempuan dan laki-laki. Kebiasaan yang kemudian memudahkan saya untuk segera adaptif dengan situasi dan lingkungan baru.Â
Mama juga yang melatih saya dan saudara-saudara saya terbiasa melakukan beberapa pekerjaan dalam satu waktu. Memasak dan mencuci piring bisa dilakukan bersamaan tanpa harus mengorbankan salah satunya. Masakan selesai dan bisa dinikmati, berbarengan dengan peralatan masak yang juga sudah selesai dicuci.Â
Mama yang memiliki usaha toko roti, melatih saya dengan sabar saat berhadapan dengan kompor. Roti kukus, roti panggang dan roti goreng dimasak bersamaan. Manajemen waktu dan konsentrasi yang baik menjamin semua roti tersebut masak dengan sempurna.Â
Saya teringat ketika bekerja di sebuah stasiun radio. Ketika itu, masih menggunakan kaset pita dan tapedeck untuk  kegiatan on air. Penyiar harus merangkap operator, dituntut konsentrasi yang tinggi agar siaran berjalan mulus. Bagian yang paling rumit dan repot adalah saat siaran request lagu.Â
Saat itu penyiar harus mencatat dengan pena siapa penelpon yang memesan lagu, lagu dikirim untuk siapa, kata-kata pesanan dari pengirim lagu, dan tentu saja lagu apa yang diminta pengirim lagu.Â
Masa-masa dimana telepon genggam masih menjadi barang mewah dan hanya segelintir orang yang punya. Saya bisa segera beradaptasi dan menikmati pekerjaan tersebut.Â
Tidak ada waktu untuk melamun, konsentrasi terbagi antara mencari kaset lagu pesanan, menjawab telepon dan mencatat pesanan pengirim lagu, dan membacakan pesanan pengirim lagu ketika naik modulasi suara.Â