Saya berpendapat arogansi bukanlah sikap monopoli penyandang status sosial tertentu. Banyak juga dari kalangan pejabat atau orang kaya yang baik, dan banyak pula dari kalangan non-pejabat atau dari kalangan rakyat biasa yang tidak baik. Kita tidak bisa memukul rata terhadap satu kelompok sosial tertentu saja hanya karena perbuatan segelintir orang. Karena perbuatan satu orang bukan berarti itu menjadi sebuah representasi sekelompok orang tersebut.
Arogansi adalah masalah sikap mental. Bukan masalah sebagai apa atau sebagai anak siapa? Dan tentu saja ini kembali pada asupan pendidikan yang baik terhadap setiap orang. Menjadi anak pejabat ataupun anak orang kaya jika mendapatkan orang tua yang baik dalam mendidik, maka anak tersebut akan memiliki sikap yang juga baik. sebaliknya, menjadi orang yang berasal dari kalangan biasa tetapi mendapatkan asupan pendidikan sikap, moral dan kebaikan-kebaikan lainnya yang tidak baik, Â maka akan menimbulkan sikap atau perilaku mental yang juga tidak baik.
Hal yang paling baik yang bisa dilakukan adalah masing-masing bisa menahan emosi dan ego untuk tidak bersikap arogan. Menyadari keadaan masing-masing bisa menjadi solusi awal untuk masalah sikap yang tidak baik ini. Karena dengan menyadari keadaan masing-masing, maka akan ada rasa malu untuk bersikap arogan.
Si pejabat atau orang kaya jika sadar dengan posisinya, maka dia akan malu untuk berbuat arogan, karena dia adalah publik figur yang harus memberikan contoh baik. Begitu pula dengan dari mereka yang berasal dari kalangan biasa, harus menyadari dengan posisinya karena ketika melakukan sikap arogan, itu akan merugikan korban maupun dirinya sendiri dan juga akan menimbulkan respon sosial tidak baik dari publik.
Semoga tak lagi harus ada korban dari sikap-sikap para pelaku arogansi. Entah itu pelaku arogan dari kalangan orang kaya ataupun pejabat, dan juga pelaku arogan dari kalangan rakyat biasa.
(Artikel ini pernah tayang di web cangkemandotnet