Mohon tunggu...
Elmi Safridati
Elmi Safridati Mohon Tunggu... Guru - Guru
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis dan menorehkan sesuatu di medsos menjadi salah satu kesibukan saat ini, walaupun masih dalam tahap belajar. Semoga semuanya bermanfaat. Terima kasih untuk Omjay dan semua guru yang telah mengajarkan ku, semoga ilmu yang sudah diajarkan, berbalas pahala. aamiin...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerber Kisah Hidup Pelangi Senja (Bagian 1)

15 Juni 2022   10:28 Diperbarui: 15 Juni 2022   10:50 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

KISAH HIDUP PELANGI SENJA

Pelangi senja lahir pada tahun 1977 dari satu keluarga yang sangat amat sederhana. Keluarganya tinggal disebuah desa yang ada di Sumatera barat, sebut saja desa Keramat. Mereka tinggal dirumah tua yang hampir reot, peninggalan dari almarhum kakeknya. Walaupun demikian mereka tetap bersyukur, apalagi desa itu sangat nyaman, asri dan indah. Udaranya sejuk dan penduduknya ramah-ramah. Sebahagian besar penduduk nya bekerja sebagai petani.

Pelangi senja bukanlah anak yang manja, walaupun dia hanya terlahir dari dua orang bersaudara. Dia adalah anak yang paling kecil. Kelurganya terdiri dari 4 orang anggota yakni ayah, ibu, dan dua orang anak. 

Boleh dibilang kelurga kecil yang sangat sederhana bahkan tergolong kurang mampu. Ibunya pelangi bernama Sariah berumur 30 Th, ayahnya bernama Dalimi berumur 40 Th, sedangkan abangnya bernama Yunis berumur 12 Th, Pelangi sendiri berumur 5 tahun. Keluarga Pelangi dikenal sebagai keluarga yang agamis. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya anak-anak desa yang belajar membaca Alqur'an kepada ayahnya.

Anak-anak usia sekolah dasar yang ada dikampung itu, hampir semuanya belajar membaca Alqur'an dengan ayahnya. Mereka belajar mengaji di surau ( istilah pada waktu itu ) yang dilakukan pada malam hari yakni selepas sholat Maghrib sampai masuk waktu Isya, kadang disambung lagi hingga jam 21.00 malam. 

Mengajar Al-Qur'an dilakukan oleh ayahnya Pelangi tanpa bayaran, dia mengajar anak-anak desa itu dengan ikhlas, dan hanya pahala dari Yang Maha Kuasa yang diharapkannya. 

Waktu itu anak murid ayahnya lumayan banyak, sekitar lebih kurang 20 orang termasuk Pelangi. Sementara Pelangi pada waktu itu baru berusia 5 tahun, tetapi karena ayahnya guru ngaji, ditambah lagi sifat ayahnya yang disiplin dan lumayan galak, maka Pelangi pun diajak ayahnya terus untuk ikut mengaji di Surau.

Pelangi terpaksa harus mengikuti aturan ayahnya, karena dia takut kena marah kalau seandainya ia menolak. Akhirnya karena kedisiplinan ayahnya mendidik Pelangi dalam membaca Alqur'an, maka sebelum masuk sekolah dasar Pelangi sudah pintar membaca Al-Qur'an. Begitu juga dengan bacaan sholatnya. 

Pelangi kecil sudah pintar sholat dan sudah hafal bacaannya sebelum ia masuk sekolah dasar, serta sudah terbiasa untuk melakukan sholat berjamaah bersama ayahnya di mesjid/surau. Ayahnya Pelangi juga adalah seorang imam sholat berjamaah di masjid dan juga seorang khatib pada hari Jum'at.

Ayahnya Pelangi bukanlah seorang tamatan sekolah tinggi, akan tetapi dia hanya lulusan Sekolah Rakyat ( SR ), namun dia ahli dalam segala bidang terutama bidang agama. Karena ayahnya Pelangi adalah orang yang rajin dan hoby membaca. 

Jika dia tidak bekerja, atau waktu turun hujan dan dia sedang berada di rumah, maka disempatkannya untuk membaca, baik membaca buku-buku biasa maupun membaca kitab-kitab lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun