Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Meredam Terorisme, Seandainya Semua Politikus Dunia Seperti Jacinda Ardern

20 Maret 2019   12:35 Diperbarui: 20 Maret 2019   19:39 827
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: newstalkzb.co.nz

Saya terperangah menyaksikan video Jacinda Ardern sedang mengunjungi keluarga korban teror penembakan Masjid di Christchurch Selandia Baru beberapa hari yang lalu. Melihat takkala ia datang dengan kehangatan seorang ibu dan penuh  penyesalan memeluk keluarga korban. 

Jacinda Ardern, Perdana Menteri Selandia Baru, tempat kejadian teror yang kita saksikan bersama beberapa hari yang lalu. Katanya,

"Atas nama seluruh warga Selandia Baru, kita berduka bersama. Kita satu. Mereka adalah kita",

Kata-kata yang ia tuliskan  saat penandatangan Buku Belasungkawa Nasional Selandia Baru atas serangan teror terhadap jamaah masjid di Cristchurch.

Selandia Baru negara yang di benak saya adalah negara indah dan damai di sebelah selatan negeri kita. Betapa sering saya terpesona melihat gambar suasana di Selandia Baru yang indah romantis dari bidikan dan upload beberapa teman di akun sosial media mereka. Saking nampak nyaman dan damainya kondisi disana sampai saya bergumam, he, pengen bingits kesana, wew.  

Keinginan manusiawi. Bahkan menurut Global Peace Indeks (GPI) Tahun 2018 yang dirilis oleh Intitute for Economic and Peace, Selandia Baru menempati peringkat kedua Negara Paling Damai di Dunia setelah Islandia dan menempati lima peringkat teratas Negara teraman di Dunia. Sayangnya, citra keren itu tercoreng oleh aksi teror di atas.

Ya, tidak semua orang memiliki pikiran biasa. Ada saja satu dua atau lebih  yang kita sebut oknum mempunyai pikiran dan aksinya menyimpang dari hal yang kita sepakati sebagai hidup yang cinta damai. 

Beberapa kelompok, tak terhindarkan melenceng dari kondisi adem tentrem yang biasa. Mereka yang kita sebut ultra kiri atau kanan. Hal yang terjadi karena banyak sebab. Antara lain karena pemahaman yang salah, karena  tidak belajar memandang sesuatu secara utuh dan hakiki dan lain sebagainya. Katanya begitu. 

Tak pelak, terjadilah aksi teror di atas. Konon karena kebencian terhadap imigran dan supremasi yang berlebihan atas kaum kulit putih (Hadeuh, yang asli bingit kan cuma orang Maori dan kulit putih disana kan imigran juga dulunya). 

Jika tahun lalu angka kematian akibat serangan terorisme telah menurun 27% menurut Indeks Terorisme Global 2018 yang dikeluarkan oleh Institut Ekonomi dan Perdamaian, kelihatannya angka tersebut akan meningkat kembali. Salah satunya karena kejadian Teror Cristchurh di selandia baru tersebut.

Terorisme oh terorisme. Terorisme dengan banyak wajah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun