Mohon tunggu...
Elly Suryani
Elly Suryani Mohon Tunggu... Human Resources - Dulu Pekerja Kantoran, sekarang manusia bebas yang terus berkaya

Membaca, menulis hasil merenung sambil ngopi itu makjleb, apalagi sambil menikmati sunrise dan sunset

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenangan ICD Yogyakarta, Pempek Kompal Laris Manis

17 Mei 2017   08:37 Diperbarui: 17 Mei 2017   17:40 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah dari mulut jalan menuju penginapan itu yang lumayan horor. Bus tidak bisa masuk ke jalan menuju penginapan sehingga harus berjalan kaki, saya kuatkan kaki saya yang bengkak itu untuk berjalan. Sampai  di penginapan pertama, ternyata bukan disana tempat kami ibu-ibu.  Saya dan rombongan berjalan kaki lagi menuju penginapan selanjutnya. Nah begitu sampai saya lihat semau teman-teman sibuk memilih kamar sehingga tersisa satu kamar lagi yang belum dipilih. Saya buka HP saya dan menunjukan foto kamar saya yang telah diatur panita bersama 2 teman lain. Ternyata kamar yang tersisa itu memang jatah kamar saya, hanya teman-teman yang seharusnya satu kamar dengan saya telah memilih kamar lain. Hanya tinggal saya, mba Etha dan Shanti. Ya baeiklah kami satu kamar. Begitu saya lihat kmar saya, kok lain dengan kamar ya. Cuma ada satu tepat tidur dengan 3 kasur yang bisa ditarik ke bawah dan kipas angin. Karena lelah dan bayangan bahwa saya tidak akan bisa melanjutkan pekerjaan saya, komplenlah saya.  Saya terbiasa ngomong di depan, saya komplen terus terang sama mba Yayat (Yah  emak-emakusia 51 tahun sedang  capek berat, kaki bengkak, tensi naik). Saya perhatikan mba Yayat juga kalo ngomong cetas-cetus aja dan nyablak (cetas-cetusnya bahkan sejak nyuruh lunas bayar penginapan pada tanggal 8 Mei, 4 hari sebelum berangkat).

“Kok kamar saya lain sendiri, gak ada apa-apa. ..narok peniti pun harus diletakkan di lantai... tau begini mending saya gak disini, pilih hotel lain”

Mba Yayat diam aja, tidak ada penjelasan apa-apa, tidak menawarkan solusi apa-apa, lalu mlipir meninggalkan saya.

Begitulah. Jika cerita di belakang itu berkembang pesat dan agak liar, wah saya heran juga kenapa. Bahkan katanya merangsek di banyak grup WA, subhanallah.

Maafkan saya jika komplen di depan itu dianggap gak genah dan tidak rendah hati. Saya berkerja di bagian perencanaan, karena perencanaan soal penginapan telah dilakukan dengan sangat tegas, saya kira hasilnya akan teratur. Kapasitas rumah 15 orang dan jumlah peserta yang namanya ada di roomlist lebih se dikit dibanding peserta yang ada di penginapan. Sebab sering ke Jogya dugaan saya homestay yang disiapkan ini tidak beda jauh kondisinya, rupanya lain. Saya juga minta maaf,saya terpaksa mencari penginapan lain karena saya butuh suasana sedikit nyaman untuk bekerja saat sore dan malam. Bukannya saya tidak ingin mengobrol dengan teman-teman lain. Sepanjang  siang sampe malam saya sudah ngobrol sambil bernyanyi-nyanyi diantara kaki saya yang bengkak. 

Berbaur dan ngobrol dengan siapa saja, apalagi blogger itu menyenangkan. Meski saya bukan blogger matre (saya ngeblog cuma untuk hiburan), ngeblog sejak tahun 2009 membuat saya kenal  dengan banyak blogger.  Sehari sebelumnya Anazkia  (blogger kawan lama yang sekarang berkerja di Indonesiana Tempo), menginap di rumah saya, kami sudah ngobrol panjang. Beberapa minggu sebelumnya juga sudah ketemu Mba Katerina, travel blogger Jakarta dan sudah ngobrol juga.  Sehari-hari saya sering ngobrol dengan Blogger keceh dari Palembang  Deddy Huang dan Haryadi Yansyah alias Omndutt baik face to face maupun di WA Kompal.

Saya kira rendah hati itu tidak berarti pasrah dengan kondisi yang ada padahal prioritasnya, urgent, kita membutuhkan kondisi lain. Maka, jika esok harinya saya meninggalkan homestay yang dipesan mba Yayat, maafkan saya,  tidak berarti saya tidak suka membaur atau tidak rendah hati. Saya butuh kamar dengan  suasana sedikit nyaman untuk saya bekerja saat sore dan malam. Sekali lagi maafkan saya. Sayapun mencari lagi penginapan lain dengan konsekwensi keluar duit lagi , tak apalah demi tanggung-jawab pekerjaan.  Semua ada hikmahnya, berkat kami yang keluar mungkin teman-teman yang tidak kebagian kamar jadi kebagian. Bahkan Pak Dues juga kehilangan jatah menginapnya dan untunglah beliau dicarikan temannya hotel.  

Kembali ke Jogya, ah...Semesta Jogya menyambut kami. Meski terseok-seok menyiapkan  apa yang kami akan sajikan di booth Kompal yang berbaur dengan Rumpies The Club (RTC), siap juga. Kami ke pasar mencari pernak -pernik dari staples sampe tisu.  Pak Dues dan mba Maria Etha ke pasar lagi mencari kalau-kalau ada gerobak gorengan yang bisa kami booking dan standby di samping  booth untuk menggoreng pempek. Tidak ada  gerobak gorengan, akhirnya Pak Dues dan mba Etha yang menggoreng sendiri meminjam kompor dan peralatan goreng pedagang cilok di pinggir lokasi ICD, hahaha. Kepala BRI Cabang Sibubuhan menggoreng pempek demi pengunjung booth Kompal di ICD. Dokter Posma yang selesai simposium tiba juga, membantu dokumentasi dll.

Booth Kompal rame dan sukses. Pempek ludes, hati senang. Selain itu bertemu dengan banyak Kompasiana dari penjuru Nusantara. Ketemu Pak Thamrin Sonata, mba Erni Berkata, mba Okti Li, bu Elisa Korag,  Mas Bain dan Mba Marul. Ketemu bu Maria G Soemitro. Ketemu pak Ouda Teda dll. Rasanya tak sia-sia saya nekat berangkat dari Palembang dengan pesawat pertama dan nyambung bus itu. Sebagai admin Kompal saya puas dan ikhlas. Semoga di lain waktu jika ada event lain kami akan ikut lagi dengan pengaturan mandiri kami. 

Sayang saya tidak bisa mengikuti semua rangkaian acara ICD, hanya sempat jalan-jalan sebentar mengelilingi Jogya bersama pak Dues dan mba Etha, sisanya ngendon di kamar menyelesaikan pekerjaan. Keesokkan harinya, agak siang saya menjenguk keponakan saya yang kuliah di UGM dan jalan sebentar ke Taman Sari, sore dan malamnya lanjut lagi dengan pekerjaan di kamar.  Suasana Jogya yang adem dan ramah membantu saya untuk fokus menyelesaikan pekerjaan saya. Selain itu Ongkos Gopay Cuma di kisaran 8-12 ribu, penduduknya yang ramah. Sebelum pulang dan menujui Bandara Adisutjipto, saya menyempatkan dolan ke hutan pinus dan jurang Tembelan di Kanigoro. Sejuk dan segar. Jogya yang menyenangkan. Betapa berkesan Jogya dan ICD ini.

[caption caption="Sumber:Dok.Kompal"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun