Mohon tunggu...
NurLaila Azkiyah
NurLaila Azkiyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Ella ello

PGMI-UIN Malang 2017

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Belajar antara Dulu dan Sekarang

7 Oktober 2017   19:25 Diperbarui: 7 Oktober 2017   21:12 2162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak perbedaan yang kita ketahui antara belajar jaman dulu dan sekarang. Dari banyak perbedaan tersesebut, kesempatan belajar dimasa lalu sangat sedikit sekali, yang bisa melanjutkan hanya sedikit (biasanya) anak-anak orang kaya dan penduduk kota. Adapun sekarang belajar menjadi hak bagi warga negara. Negara pun telah memberi kewajiban untuk sekolah 9 tahun (SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat). Maka sekarang jumlah murid semakin banyak, jumlah sekolah mulai menyebar di tempat-tempat. belajar saat ini bagaikan kata (bagai air dan udara) yang intinya sudah biasa.

Dulu mencari ilmu harus bepergian dari negeri satu ke negeri yang lainnya, dan mereka menempuh perjalanan panjang sehingga sangat melelahkan. Dulupun untuk bepergian mereka mengendarai unta untuk alat transportasi, lamanya bisa berhari-hari dan berbulan-bulan. Di saat ini, sekolah-sekolah dan universitas mulai banyak yang didirikan, kira-kira ada disetiap kota dan desa. Setidaknya saat ini murid pergi ke sekolah atau universitas menggunakan mobil atau berjalan kaki. Disisi lain, para murid juga bisa belajar melalui jaringan internet. 

Perbedaannya juga bisa dilihat bahwasannya dulu para guru tidak meminta upah untuk pekerjaannya, karena mereka hanya mencari upah dari Allah. Begitu juga tujuan murid hanya untuk mencari ilmu dan barokahnya ilmu. Berbeda perkara saat ini, para guru menuntut untuk meminta gaji yang banyak, dan murid menuntut ijazah sebelum belajar karena untuk perantara agar mendapat kerjaan.

Di sisi lain, pembelajaran jaman sekarang kurang adanya kerja sama antara guru dengan orang tua perihal mendidik anak. Kita bisa lihat contoh dari gambar diatas. Dulu, orang tua akan menyerahkan anak kepada guru untuk dibimbing menjadi lebih baik melalui proses belajar disekolah. Orang tua tidak selalu bisa mendidik anaknya belajar dirumah, sehingga mereka menitipkan anak pada guru atau pihak sekolah. Jika anak tersebut salah atau tidak melaksanakan kewajiban sebagai murid, guru boleh memberi pelajaran (hukuman) sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh murid. dan orang tua menerima, memang sudah kenyataan anak itu salah dan orang tua bisa menerima penjelasan dengan bijak. 

Tetapi dijaman sekarang semua terbalik. Banyak orang tua yang tidak bisa mengerti keadaan anak dalam waktu pembelajaran. guru memberi teladan yang baik untuk dicontoh murid malah dikira memberi contoh perilaku yang tidak benar. Guru memberi hukuman untuk murid yang tidak disiplin, malah dikatakan menganiaya murid tanpa sebab. Guru memukul murid yang nakal hanya untuk memberi pelajaran agar tidak terulang, malah dipukul balik hingga sampai dimasukkan dalam jeruji besi oleh orang tuanya. Orang tua tidak bisa bijak dalam mendengarkan penjelasan yang sebenarnya. entah karena anak yang terlalu dimanja, atau yang kurang komunikasi dengan guru atau pihak sekolah. sehingga keluhan yang diberikan anak belum tentu benar sudah dianggap benar dan menyakiti anaknya

Dulu seorang guru memukul muridnya itu hal yang wajar. orang tua malah menyuruh gurunya untuk memukul jika murid salah, karena mereka menyerahkan seluruh hak asuh kepada seorang guru. dengan harapan anak tersebut bisa mendapat barokah dan keikhlasan seorang guru, yang bisa bermanfaat untuk murid sendiri dimasa depan. coba sekarang kita lihat, adakah proses belajar yang sangat khidmad seperti dulu ? yang bisa dijamin lulusannya sukses dan bermanfaat bagi semua orang. mereka yang sukses dulunya juga mengalami pahitnya proses belajar. mulai dari dipaksa agar terbiasa, dihukum karena kurang dalam melakukan tanggung jawabnya, dan thawadu' kepada semua guru. 

maka dari itu, kita sebagai orang yang berpendidikan harus mengetahui bagaimana cara memandang dari sudut pandang yang berbeda. Bukan yang bisannya menyalahkan guru dengan kesalahan dalam mengajar. dan yang hanya bisa mencemooh lembaga pendidikan dengan doktrin-doktrin yang tidak benar. 

semoga bermanfaat.....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun