Mohon tunggu...
Elisa Nur Azizah
Elisa Nur Azizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Hai! this is Elisa Nur Azizah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibnu Kholdun dan Historiografi Islam dalam Karya Al'ibar

16 Juni 2023   10:47 Diperbarui: 16 Juni 2023   11:07 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin. Nama-nama seperti Abdurrahman dan Abu Zaid lebih umum digunakan, tetapi Ibnu Khaldun adalah nama yang lebih umum dikenal. Nama Ibnu Khaldun sendiri terkait dengan kakek bernama Khalid bin Usman. Ibnu Khaldun lahir di Tunis pada tanggal 27 Mei 1332, atau sekitar awal Ramadan 732 H. Ia berasal dari keluarga Andalusia tunggal yang berasal dari wilayah Selatan Mesir. Ibnu Khaldun adalah seorang Muslim yang memiliki akses ke pendidikan Islam tradisional, seperti yang ditemukan di lingkungan tempat tinggalnya. Ibnu Khaldun lahir dan dibesarkan dalam komunitas Islam, dan ia mencapai prestasinya dalam bidang ilmu pengetahuan yang kurang diperhatikan di kalangan dunia Islam pada waktu itu.

Seperti biasanya di negara-negara Muslim, Ibnu Khaldun mempelajari Al-Qur'an dan ajarannya selama hidup singkatnya. Masjid pada waktu itu merupakan lingkungan belajar yang efektif. Ibnu Khaldun mempelajari Al-Qur'an di sekitarnya serta ilmu-ilmu pengetahuan lainnya dari gurunya. Masjid Al-Quba adalah masjid yang sering digunakan oleh Ibnu Khaldun ketika mengajarkan orang-orang untuk bersembahyang. Selain belajar dengan ayahnya sendiri, Ibnu Khaldun juga belajar dengan beberapa guru lainnya, di antaranya Abu Abdillah Muhammad Ibn al-Arabi al-Hahayiri, Abu al-Abbas Ahmad ibn al-Qushsar, dan Abu Abdillah Muhammad ibn Bahr. Sebaliknya, Ibnu Khaldun belajar di bawah bimbingan Syamsuddin Abu Abdillah al-Wadiyasyi untuk mempelajari hadis. Ibnu Khaldun mempelajari fiqh di bawah banyak guru yang berbeda, termasuk Yalah Abu Abdillah Muhammad al-Jiyani dan Abu al-Qosim Muhammad al-Qashir. Ibnu Khaldun juga menyatakan kekagumannya terhadap mentornya, Abu Abdillah Muhammad ibn Ibrahim al-Abili, dengan mengajarkannya tentang rasionalisme atau filsafat, yang mencakup astronomi, teologi, dan logika.

Ibnu Khaldun mulai menulis Kitab Al-Ibar pada tahun pertama 776 H dan menyelesaikannya pada tahun kedua 780 H. Sebagai hasilnya, kitab tersebut diterbitkan secara keseluruhan setelah delapan tahun. Kami memahami bahwa penulisan Muqaddimah berakhir pada bulan keempat kalender lunar tahun 779 H. Awalnya, Ibnu Khaldun menyelesaikan penulisan Kitab Muqaddimah setelah menyelesaikan bab-bab sejarah dalam Kitab Al-Ibarnya.

Karya pertama Ibnu Khaldun itu adalah kitab Al-Ibar wa Diwan al-Mubtada wa al-Khabar fi Ayyam al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man-Asharahum min Dzawi al-Sulthan al-Akbar. yang memiliki arti: Kitab Pelajaran dan Arsip Sejarah Zaman Permulaan dan Zaman Akhir, Mencakup Peristiwa Politik Mengenai Orang-orang Arab, Non Arab, dan bangsa Barbar, serta Raja-raja Besar yang semasa Zaman Permulaan dan Zaman Akhir.

Karya terbesar ini terdiri dari satu jilid, diterbitkan di Bulak Kairo pada tahun 1868 M. Bab pertama dari Kitab Ibar-nya berjudul Kitab Muqaddimah, yang secara khusus membahas gejala sosial dan politik. "Enam Jilid" adalah sebuah ungkapan yang mengacu pada studi tentang bahasa Semesta.

Ibnu Khaldun membagi Kitab Al-Ibar menjadi sebuah pendahuluan dan tiga bagian kitab. Dalam pendahuluan tersebut, Ibnu Khaldun membahas pentingnya studi agama pada masa itu, serta aliran-aliran dan kesalahan yang dilakukan oleh para sarjana dalam konteks studi agama. Sementara itu, topik utama kitab ini mencakup ras manusia secara keseluruhan, karakteristik para raja, sultan, mata pencaharian, kehidupan, industri, ilmu pengetahuan, dan penyebab-penyebab penderitaan. Pendahuluan ini, bersama dengan Muqaddimah, dan pembuka kata, semuanya dijadikan satu jilid khusus yang dikenal sebagai Muqaddimah sekarang ini. Sementara itu, bagian kedua dan ketiga kitab memberikan informasi tentang sejarah secara objektif.

Al-Muqaddimah umumnya adalah sebuah buku untuk pengetahuan umum tentang ilmu pengetahuan dengan judul al-Ibar wa Diwan al-Mubtada wa al-Khabar fi Ayyam al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man-Asharahum min Dzawi al-Sulthan al-Akbar, atau yang biasa disebut kitab Ibar. Namun, keyakinan Ibnu Khaldun didasarkan pada Al-Muqaddimah, bukan Kitab al-Ibar; hal ini karena semua teori Ibnu Khaldun mengenai ilmu sosial, kebudayaan, dan pengetahuan agama berlandaskan pada Al-Muqaddimah. Kitab al-Ibar adalah sebuah sejarah empiris dari teori yang telah dikembangkan oleh sang penulis.

Metode yang digunakan oleh Ibnu Khaldun dalam bukunya Al-Ibar berbeda dari metode yang digunakan dalam banyak buku sebelumnya tentang subjek yang sama karena, sebaliknya, Ibnu Khaldun menggunakan metode yang lebih ketat. Sebelumnya, sebagian besar buku tentang Islam ditulis dalam bentuk kronologi peristiwa penting yang terjadi dalam kurun waktu satu tahun. Ibnu Khaldun mengajarkan bahasa dan sejarah dinasti setiap bangsa secara detail dari awal hingga akhir, sehingga memudahkan pemahaman tentang cara melaksanakan misi. Selain itu, sebelum Ibnu Khaldun mengkritiknya, metode tersebut telah diserang dengan kritik ilmiah terhadap kebenaran berita yang ada dalam karya-karya sejarawan sebelumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun