Mohon tunggu...
Elisa Koraag
Elisa Koraag Mohon Tunggu... Freelancer - Akun Kompasiana ke dua

Perempuan yang suka berkawan

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Bersyukur Manifestasi Berserah dan Pasrah

12 Maret 2024   22:54 Diperbarui: 12 Maret 2024   22:56 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Elisa Koraag

Sejujurnya agak sulit saya menuliskan tema "Bersyukur". Bukan saya tidak memahami makna kata bersyukur secara bahasa maupun secara kejiwaan. Saya baru 9 hari ditinggal suami yang menghadap Illahi 3 Maret 2024, karena sakit. Haruskah saya bersyukur karena ditinggal suami menghadap Ilahi? 

Saya menemukan makna bersyukur.pada masa perenungan, dalam kesendirian. Ternyata bersyukur adalah manifestasi dari berserah dan pasrah. Ketika saya mengikuti tantangan Program #RamadanBercerita2024 dari Kompasiana karena saya mau berbagi. 

Tema Bersyukur pada #Ramadanbercerita2024hari1, menjadi topik yang menggelitik untuk saya tulis. Saya menerima banyak ucapan dukacita. Baik dari telepon langsung, pesan japri di WA maupun di media sosial. Ucapan dukacita  yang menguatkan karena saya jadi tahu saya memilik kawan yang peduli dan perhatian 

 Ucapan dukacita rata-rata diikuti kata penghiburan, "Bersyukurlah Suamimu sudah lepas dari penderitaannya. Bersyukurlah, kamu sudah dibebaskan dari kerepotan merawatnya. Bersyukurlah karena suamimu sedang menyiapkan rumah di Surga untukmu dan anak-anakmu". Dan banyak lagi kalimat-kalimat penghiburan yang barangkali emang ada benarnya. Dan lumayan menguatkan saya.

Sehari setelah meninggalnya almarhum, saya tinggal bersama kedua anak. Ketika  saya terjaga ke esokan hari. Dalam diri terasa dingin dan kosong. Ketika kaki menjejak lantai dan saya melangkah ke ruang keluaraga, foto almarhum tersenyum dalam bingkai. Dada ini mau meledak. Ada rasa sakit yang sulit saya terangkan dalam kata-kata. 

Apakah saya nggak ikhlas? Apa saya nggak bersyukur? Kalau saya ikhlas apakah otomatis artinya saya bersyukur? Pantaskah saya bersyukur atas  meninggalnya almarhum? Kok sadis amat?. Saya sakit, saya sedih, saya kehilangan. Lelaki yang bersama saya sejak masa kuliah dan diberkatkan dalam pernikahan (Juli tahun ini ke 28) total 36 tahun. Bagaimana bisa saya mensyukuri? 

Saya baru menyadari ketika orang mengucapkan turut berdukacita sebagai bentuk simpati, sesungguhnya yang mengetahui apa yang saya rasa, ya cuma mereka yang pernah mengalami hal sama. Ditinggal meninggal orang terkasihnya. 

Saya percaya Tuhan punya rencana baik untuk saya dan anak-anak. Hari-hari sepeninggal almarhum karena hati belum siap bertemu banyak orang, saya masih menghabiskan waktu di rumah dengan merenung. Eh menangis juga sih. Maksudnya, saya mengizinkan diri saya untuk bersedih dan menangis. Bukankah Tuhan menciptakan airmata, salah satunya untuk mengurangi sesak di dada? 

Hari-hari pertama, saya masih menyangkal, sudah tidak ada suami.  Selanjutnya dalam kepala ini,  banyak slide video yang di putar. 36 tahun, berisi jutaan video. Tepat 7 hari Almarhum berpulang, saya mendatangi pemakamannya. Hujan membuat tanah becek. Segunduk tanah becek dengan kayu nisan sementara berbentuk salib. Tertulis RIP. Frisch Young Monoarfa. Lahir Bogor, 23 Des 2964. Wafat, Jakarta 3 Maret 2024. Usia yang terbilang muda. Belum menyentuh angka 60 tahun.

Dalam perjalan pulang, hati kecil saya bertanya dalam  berbisik, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun