Mohon tunggu...
Elisabet Sari
Elisabet Sari Mohon Tunggu... Guru - Bagaimana aku memandang dari kaca mataku?

Kebebasan Menulis

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Membelah Pedesaan Baduy

27 Juli 2022   20:59 Diperbarui: 27 Juli 2022   21:11 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbeda dengan padi sawah pada umumnya, pedesaan Baduy dipenuhi ladang yang membentang. Karakteristik tumbuhan padinya pun berbeda dari padi sawah. Masa tanan sampai masa panen pun terbilang cukup lama, yakni sekitar tiga bulan.

20220528-151724-62e141c03555e42bc65b7e92.jpg
20220528-151724-62e141c03555e42bc65b7e92.jpg

Doc: Pribadi -menganyam atap-
Kekayaan yang Sama

Rumah yang sama dari setiap keluarga dari segi bentuk dan bahan bangunan. Siapa pun yang melihatnya tentu merasa unik dan sulit mencari perbedaan. Tidak adil rasanya jika menyebutnya rumah sederhana. Kita sebut sebagai rumah tradisional yang memang asli dari suku Baduy.

Bagi masyarakat suku Baduy kekayaan yang sesungguhnya adalah hati yang luas. Bukan dinilai seberapa banyak uang yang dimiliki. Bahkan, menyandingkan dengan pakaian atau rumah yang dimiliki rasanya tidak tepat. Melalui perjumpaan dua hari, aku merasa memang kekayaan terbesar yang dimiliki suku Baduy terletak pada hati masyarakatnya. Tulus dan tidak pernah mendapati mereka menaruh rasa curiga terhadap orang baru.

Spirituality Journey

img-20220529-wa0093-62e143663555e47c4c31db12.jpg
img-20220529-wa0093-62e143663555e47c4c31db12.jpg

Doc: PribadiTotal desa yang grup kami lewati 5 desa di Baduy luar dan Baduy dalam. Kami start pukul 14.00 WIB dan mengakhiri perjalanan berangkat pukul 19.00 WIB. Aku tidak membayangkan menempuh perjalanan selama lima jam. Aku mengawali denga napas berat dan berjalan paling akhir. Teman seperjalananku melihatku begitu kelelahan menyarankan menghebuskan napas melalui mulut.

Aku berusaha menikmati perjalanan dengan meresapi apa yang aku lihat dan dengar. Terasa menyenangkan ketika aku tidak lagi terfokus pada pemikiran “sepertinya aku tidak akan mampu”. Berjalan dari yang terbelakang menjadi di tengah rombongan. Aku berusaha menyapa masyarakat suku Baduy luar dengan senyuman. Aku ditemani Kang Aldi (salah satu masyarakat suku Baduy dalam) untuk berbincang-bincang seputar Baduy.

Dua jalur tersulit yang aku lalui ketika melewati dua desa terakhir untuk menuju Baduy dalam. Dua desa ini memiliki karakteristik medan berbukit terjal. Aku hanya bisa melihat kiri dan kanan adalah jurang. Jalan yang aku lewati hanya bisa memberi ruang untuk dua kakiku. Teman-temanku ada yang di depan dan di belakang. Mereka terlampau jauh dariku. 

Pertengahan perjalanan melewati bukit itu aku berhenti sejenak. Aku berteriak “Tuhan aku tidak sanggup,”. Aku merengek dan mengeraskan hembusan napasku. Salah satu teman seperjalanaku, yakni salah satu masyarakat suku Baduy dalam yang menemaniku di belakang. Ia mengatakan “Ayo kak bisa, tinggal bukit ini.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun