Mohon tunggu...
Elis Nvs
Elis Nvs Mohon Tunggu... lainnya -

Penulis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sang Tamu Terakhir

6 Mei 2013   07:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:02 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1367800697468291487

Beberapa hari ini kita dikejutkan dengan kabar wafatnya salah seorang ustaz kondang, Uje. Berbagai media mulai dari media massa sampai media elektronik, gencar mengabarkan berita terkait beliau. Sontak, hal ini tentunya menjadi pengingat untuk kita semua tentang satu takdir yang bernama kematian.

“Sesungguhnya kami milik Allah dan hanya kepada-Nyalah kami kembali”, seperti itulah satu ayat yang tertulis jelas dan tegas di dalam kitab suci umat Islam, Al quran surat Al Baqoroh 156. Satu takdir yang tak bisa lagi ditawar-tawar dan menjadi misteri tersendiri bagi kita, manusia.

Mengulas tentang kematian, sedikit banyak kita diingatkan pada rentetan peristiswa yang kerap melanda negeri ini. Kebakaran hutan, gempa bumi, longsor, banjir bandang, hingga kecelakaan maut yang tidak jarang memakan korban di dalamnya. Seperti yang dilansir oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana, data sementara kejadian bencana selama 2013, dengan total sebanyak 356 bencana. Dampak dari bencana tersebut tercatat ada 297 orang meninggal, 412.391 jiwa mengungsi, 27.762 rumah rusak, dan ratusan fasilitas umum rusak. Hakikatnya kejadian tersebut merupakan salah satu cara Tuhan mengingatkan kita tentang satu hal, yakni ketidakabadian hidup di dunia.

Berlimpahnya harta tak menjadi jaminan agar kita bisa terbebas dari yang namanya kematian. Pun dengan pangkat jabatan, nama besar, gelar yang disandang, yang tidak jarang menjadi kebanggaan bagi sebagian orang di sekitar kita. Itu semua bukanlah jaminan atas kemerdekaan kita untuk menangkis datangnya sang tamu terakhir, malaikat maut.

Sayangnya esensi makna kematian tersebut, (bisa jadi) tampak cacat di mata para koruptor. (Mungkin) mata mereka sudah dibutakan oleh pundi-pundi rupiah, yang menurutnya bisa membuat dirinya leluasa, bermain-main di dunia dengan segala kepentingan yang ada. Tidak menutup kemungkinan hal tersebut pulalah yang menjadikannya lupa, bahwa itu semua tidak bisa menjadi bekal dan kawan, saat tubuh sudah terbujur kaku di liang kubur kelak.

Membahas sekilas kasus korupsi yang kian akut di tanah Indonesia, mengingatkan kita pada data yang dilaporkan Transparency International, melalui penerbitan Coruption Perception Index (CPI) tahun 2012. Berdasarkan data tersebut menyebutkan Indonesia menduduki peringkat 118 dalam urusan transparansi dan bebas korupsi. Lalu pertanyaannya, apakah harta, jabatan, dan kekayaan lainnya yang mereka timbun dan kejar itu bisa menjamin kehidupan setelah mati?

Tiga Rahasia Kematian

Ada satu cerita yang maknanya sarat dengan hakikat kematian. Cerita ini berawal dari didatanginya Nabi Ibrahim (kekasih Allah) oleh Malaikat Maut (Izrail). Tujuan malaikat maut ini tidak lain untuk mencabut nyawa Ibrahim. Ibrahim lantas bertanya kepada Sang Tamu Terakhirnya,”Hai Malaikat Maut, pernahkah kamu melihat ada kekasih mencabut nyawa kekasihnya sendiri?

Izrail lalu naik ke langit untuk mengadukan pertanyaan tersebut kepada Allah. Lalu Allah berfirman menyuruh Izrail bertanya kepada Ibrahim, “Apakah kamu pernah melihat seorang kekasih yang tidak suka bertemu dengan kekasihnya?”. Mendapat jawaban tersebut, Malaikat Maut pun kembali menemui Ibrahim untuk menyampaikan pesan itu. Setelah mendengarkan penjelasan dari Izrail, akhirnya Ibrahim berkata,”Cabutlah nyawaku, saat ini juga!

Dari kisah di atas, tidak lain menyiratkan makna kepada kita tentang bagaimana kita memandang kematian. Hayyan Al-Aswad mengatakan bahwa kematian adalah sebuah jembatan yang menghubungkan pertemuan dua kekasih. Meskipun demikian, ada sebagian orang yang memandang kematian sebagai satu hal yang menakutkan. Padahal di satu sisi, kita tahu bahwa konsekuensi kehidupan ini adalah sebuah kematian. Bukankah setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati?

Adapun rahasia kematian itu mutlak milik Tuhan. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu tokoh agama kita, Abdullah Gymnastiar, menyebutkan ada tiga rahasia kematian: waktu, tempat, dan cara. Tuhan merahasiakan (ketiganya itu) agar kita selalu siap setiap saat. Tidak menunda-nunda untuk beramal ibadah, tobat, dan juga tidak mendekati maksiat. Pun dengan setiap tindakan kita tidak akan lepas dari perhitungan kelak. Bukankah sudah ditegaskan: barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya? Perbaikan kualitas diri menjadi hal yang terpenting, karena Sang Tamu Terakhir datang tanpa perlu permisi, semuanya misteri. Bahkan satu detik ke ke depan pun masih menjadi sebuah misteri untuk kita.

(Elis Nvs/Penulis Lepas. Dimuat di Harian Inilah Koran edisi Jumat, 3 Mei 2013)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun