Mohon tunggu...
Elin Wahyuni
Elin Wahyuni Mohon Tunggu... Freelancer - 20 Years Old

I'm a dreamer

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

5 Sifat Mustahil Penulis Sejati

15 September 2019   21:39 Diperbarui: 15 September 2019   21:46 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Siapa yang tidak pernah mendengar novel terkenal sekelas Harry Potter? Atau Sherlock Holmes? Atau yang interlokal si Perahu Kertas? Bagi para pengagum kata dan dunia imajinasi, tentunya judul-judul novel di atas sudah sangat familiar. Tidak ada satupun pecinta fiksi yang melewatkan kisah para tokoh dari tiga buku fenomenal tersebut. 

Ya, mungkin yang ketiga tidak semendunia dua buku lainnya, namun tetap saja Perahu Kertas memiliki tempat spesial tersendiri bagi para penikmatnya dan tidak mungkin mudah dilupakan. 

Dan kenapa saya sandingkan 'ia' dengan dua novel kelas dunia lainnya? Karena dari segi kualitas cerita -meskipun berbeda genre- kita bisa dengan mudah jatuh cinta dengan kisahnya, bahkan sudah berhasil di angkat kelayar kaca dan sukses mengangkat nama penulisnya.

Tapi, bukan tentang buku-buku itu yang akan dibahas kali ini. Saya ingin mengajak kalian -para 'penyembah' sastra- untuk memahami apa saja sifat-sifat mustahil pada para penulis yang telah besar namanya, tak terkecuali juga para pemilik sah novel-novel di atas. Nah, baca dan pikirkan, apakah kalian selevel dengan 'penulis' atau kalian baru batas level 'pengkhayal'.

1. Malas Iqra'

Seperti yang kita tahu bahwa awal berbicara adalah mendengar, sementara awal menulis adalah membaca. Nah, bagi yang tidak mengikuti langkah pertama dari masing-masing skill, maka kamu akan sangat sulit untuk melakukan hal yang kedua. Seperti sudah menjadi hukum alam yang tidak bisa di ubah atau di balik menjadi "menulis dulu baru membaca". 

Maka, jika sudah begitu, tidak ada satu penulis pun yang memulai tulisannya tanpa membaca terlebih dahulu, pun kamu yang bermimpi ingin menjadi seperti mereka. 

Dengan membaca, seolah-olah kamu baru saja membuka sebuah gerbang menuju ladang pengetahuan dan ide-ide. Kalau kamu tidak banyak membaca, lalu hal yang kamu tulis itu berasal darimana? Sedangkan plagiator saja harus membaca dulu sebelum mereka mulai memplagiat. 

2. Malas Mencatat Ide

Satu hal lagi yang sama fatalnya selain malas membaca adalah malas mencatat ide-ide yang secara mendadak melintas di pikiran. Nah, para penulis sejati tidak akan mungkin melakukan ini. Sebagai seorang yang bekerja dengan mengandalkan rasa, imajinasi, dan kata, kemunculan sebuah ide itu bagaikan ditimpa harta karun dari langit. 

Ide bisa muncul kapan dan dimana saja, entah kamu sedang makan atau sedang bersantai. Bahkan kamu bisa mendapatkannya saat bangun dari tidur, entah itu dari potongan mimpi yang tertinggal diingatan atau dari sesuatu yang pernah terjadi dan secara spontan teringat kembali. Jangan pernah sepelekan ide yang tiba-tiba muncul, terkadang mereka memang seperti hantu, tapi jangan pernah di usir. 

Karena kemungkinan kalian akan mengingatnya itu cukup kecil, jika pun ingat, itu tidak akan se-briliant ide yang sebelumnya. Jadi, catatlah idemu sebelum menghilang.

3. Enggan dikomentari negatif

Tulisanmu adalah karyamu, sekalipun itu hanya sebaris kalimat. Banyak orang yang dikenal hanya dengan kalimatnya, bahkan hanya dengan satu kata saja. Selagi semua itu memiliki makna dan berpotensi untuk "meledak", maka akan meledak. Apapun itu, sebuah karya adalah identitas penciptanya -dalam hal ini penulisnya- dan tidak ada karya yang tidak dikomentari. 

Seorang penulis sejati akan selalu diterpa komentar tak sedap yang mengarah kepada tulisannya ataupun orang itu sendiri. Tapi jangan pernah jadikan semua itu sebagai alasan untuk berhenti menulis. Kamu tidak dapat menolak semua itu, bahkan kamu tidak bisa membalas mereka yang meghujat karyamu. 

Mereka berhak berkomentar, sekalipun pahit dan pedas. Kamu hanya perlu menyaringnya dan menyimpannya di dalam keranjang pikiranmu, lalu olah mereka di mesin penggiling di otak, kemudian serap semua sari yang berharga. 

Hanya dengan semua itulah kamu bisa tumbuh menjadi penulis yang lebih baik dari apa yang para haters katakan. Tapi jika kamu enggan di komentari begitu, maunya yang bagus-bagus saja, duuuh... mentalmu masih sebatas "tukang khayal".

4. Menikmati masa-masa writer-block

Selain tukang plagiat, writer-block adalah musuh besar para penulis. Writer-block adalah masa dimana seorang penulis kehabisan ide dan tidak bisa melanjutkan tulisannya. Butuh waktu untuk memulihkan keadaan imajinasi sang penulis, entah seharian, seminggu, bahkan ada yang berbulan-bulan. 

Tak jarang penulis yang terjangkit virus ini akan lupa dengan plot yang telah ia pikirkan atau bahkan lupa dengan rasa dan emosi yang ada di dalam cerita. 

Biasanya, seorang penulis sejati akan mati-matian mencari solusi untuk memulihkan kondisinya. Jadi, kalau kamu malah menikmati masa-masa tersebut, ketahuilah, kamu belum selevel dengan 'mereka'.

5. Menulis untuk menjadi terkenal

Seseorang yang memiliki karya dalam seni disebut sebagai Artis, maka dialah pelukis, pemeran, dan juga penulis. Seperti yang kita tahu bahwa pelukis hidup dengan lukisannya, pemeran hidup dengan peran yang dilakoninya, sementara penulis hidup dengan kata-kata yang ditulisnya. Semakin baik karya mereka, semakin cinta pula para penggemarnya. 

Mereka akan menjadi terkenal, dipuji dan dipuja. Bila nasib mereka beruntung, karya mereka akan bernilai sangat tinggi hingga membuat mereka hidup dalam kemakmuran. 

Nah, apakah itu tujuanmu? Itu bagus, kejarlah terus mimpimu agar kau bisa menggapainya. Namun, alangkah baiknya jika niatmu untuk menjadi seorang artis -dalam hal ini sebagai penulis- adalah bukan untuk menjadi terkenal dan tergiur akan pundi-pundinya. Karena semua itu akan merubah mindset-mu yang awalnya hanya untuk bahagia dengan berkarya, malah menjadi berkarya untuk kaya. 

Jangan, ambisi itu akan menodai tulisanmu. Rasa dan makna yang terkandung dalam ceritamu hanya akan penuh dengan emosi negatif tersebut. Sementara jika kamu menulis dengan tujuan untuk mengekspresikan diri, menyampaikan pesan, atauu menyuarakan hal yang positif, maka rasa yang kau salurkan saat menulisnya akan tersampaikan dengan sempurna kepada para pembaca. 

Percayalah, menulis tanpa keinginan untuk menjadi terkenal akan segera membawamu menjadi seorang bintang. Jadikan tulisanmu bermakna bagi siap saja.

Sudah dibaca, kan? Nah, bagaimana? Sudah kalian pikirkan di level manakah kalian berada? 

Saya tidak bermaksud untuk menghakimi kalian sebagai orang yang belum pantas di sebut penulis, karena sekurang apapun kualitas tulisan kalian, selama itu adalah ciptaan kalian, maka kalianlah Tuhannya. 

Namun, jika kalian ingin merubah diri menjadi penulis yang lebih layak lagi untuk di apresiasi, hindarilah sifat-sifat di atas. Semua hal yang kalian biasakan saat menulis akan tercermin pada kualitas karyamu. Semangatlah, menulislah, berkreasilah!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun