Mohon tunggu...
Elias Sumardi Dabur
Elias Sumardi Dabur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Profile Singkat

Konsultan hukum dan advokat. Founder Akuity Law Firm. Owner dan host kanal youtube.com/EliasDaburNote. Memperoleh pendidikan Bahasa Perancis dari UGM, dan Ilmu Hukum dari Univ. Suryadharma, Jakarta. Punya minat besar dlm menulis perihal politik, kisah inspiratif, pengembangan kepemimpinan, dan spiritual. Lama berkecimpung dlm organisasi kemahasiswaan intra dan ekstra kampus (Sekjen PP PMKRI 2005-2006). Pernah bekerja sbg Tenaga Ahli salah satu Anggota DPR dan Legal Officer PT. Griya Apsari Persada. Selain itu, sempat merintis usaha penulisan/penerbitan buku-buku: pengembangan diri, Kisah inspiratif/motivasional dan hubungan ketuhanan. Buku pertama yang diterbitkan atas nama sendiri; BE A LEADER. Investasikan Kepemimpinan Anda! Seiring perjalanan hidup, saya memberi nama atau julukan baru bagi diri saya; " SANG PEMBELA" untuk menunjukan diri sebagai pejuang keadilan dan kebebasan. Keterlibatan saya dalam gerakan politik, minat saya dalam mendorong, memotivasi semata-mata expresi kelimpahan cinta. Karena Saya tumbuh dan besar sebagai pribadi yang kelimpahan cinta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jam yang Paling Sepi

9 Maret 2020   08:19 Diperbarui: 9 Maret 2020   09:03 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurun waktu tertentu di tahun 1995-1997, saya merasakan kesepian yang terasa mencekam, sepi-sunyi yang menekan, menusuk dan menyesakkan.

Rasa ini biasanya datang menghampiri saya pada jam 6 sore setiap hari. Lebih lagi di pekan pada Hari sabtu. 

Saat bada Magrib bergema, saya merasakan suasana hening, sepi seketika. Kalau pada sabtu sore, suasana bertambah sepi karena teman-teman kos ada yang ke Masjid, ada yang sudah jalan bareng pacar dan ada yang pulang  ke rumah. 

Pertanyaan yang seringkali menyesakkan dada pada saat-saat seperti itu adalah "ngga dolan mas, ngga keluar Mas. Malam Minggu ko di rumah saja.?" 

Pertanyaan-pertanyaan biasanya tiba dari ibu dekat kos. Pertanyaan Yang menambah luka. 

Masa itu kiriman uang dari rumah tidak selalu rutin. Uang kiriman kebanyakan masih lewat wesel Pos. Bagaimana mau jalan, keluar Malam mingguan? Untuk makan sehari-hari saja lebih sering utang di warung atau non di abang tukang bakso atau mie ayam. Untuk ini, selamanya saya berutang syukur kepada mereka. 

Saya mulai merasa gembira lagi kalau masuk Jam 9 atau 10 malam. Teman-teman yang malam mingguan sudah pada pulang. Suasana kos kembali ramai, Ada nyawanya. 

Suasana sepi mencekam begitu terus terus terasa selama 2 tahun. Ada waktu tertentu menghadiri acara bareng teman atau jalan ke Parangtritis atau Kaliurang kalau Ada pesta syukuran wisuda. 

Di akhir 1997, saya ke Italia bekerja di Kapal Pesiar Perancis MS Mermoz yang sedang dog di Genoa, Italia. Suasana mencekam tidak lagi terasa. 

Note: catatan receh sambil nunggu giliran urus Kartu Keluarga di Kelurahan Ujung Menteng. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun