Di tengah kabut pagi yang menyelimuti pegunungan Papua, sebuah pesawat kecil milik Mission Aviation Fellowship (MAF) mendarat di wilayah Klasis Nalca pada tanggal 15 September 2025. Di dalamnya, rombongan kecil yang membawa harapan besar: Panitia Tim Penerjemahan Alkitab Bahasa Nalca-Mek, para fasilitator, dan Ketua Departemen Penerjemahan BPP GIDI Alkitab Nalca. Mereka datang bukan sekadar membawa naskah, tetapi membawa Firman Tuhan yang telah diterjemahkan dengan penuh kasih dan ketekunan selama bertahun-tahun.
Selama empat hari penuh, mereka bergabung dengan para penutur asli Bahasa Nalca tokoh masyarakat, gembala sidang, pemuda, dan ibu-ibu jemaat. untuk menguji secara langsung hasil terjemahan Alkitab yang telah disusun. Kegiatan ini bukan sekadar akademik atau linguistik, melainkan sebuah peristiwa rohani yang menyentuh hati banyak orang. Di sebuah ruang kayu sederhana yang disulap menjadi aula pertemuan, layar proyektor menampilkan ayat-ayat yang telah diterjemahkan. Para peserta menyimak, membaca, dan berdiskusi dengan penuh semangat.
Terlihat  lantang dari layar, dan seorang  ketua Depertemen Penerjemahan  menunjuk kata demi kata, meminta masukan dari peserta. Beberapa tersenyum, beberapa mengangguk, dan beberapa mengangkat tangan untuk memberi saran. Bahasa Nalca bukan hanya alat komunikasi---ia adalah identitas, warisan, dan jendela jiwa. Maka ketika Firman Tuhan hadir dalam bahasa ibu, maknanya menjadi jauh lebih dalam dan personal.

Ketua Departemen Penerjemahan menyampaikan bahwa proses ini adalah bagian penting dari memastikan bahwa setiap kata, frasa, dan makna benar-benar sesuai dengan konteks budaya dan pemahaman lokal. "tim ini tidak hanya menerjemahkan kata-kata, tetapi menerjemahkan kasih Tuhan agar bisa dirasakan secara utuh oleh setiap orang Nalca-Mek," ujarnya.
Di sela-sela sesi, terdengar tawa, nyanyian rohani, dan doa bersama. Â orang tua, menyimak dengan rasa ingin tahu. Para lansia memberi testimoni tentang bagaimana mereka merasa lebih dekat dengan Tuhan ketika membaca Alkitab dalam bahasa yang mereka pahami sejak kecil.
Uji publik ini bukanlah akhir, melainkan langkah penting menuju peluncuran resmi Alkitab Bahasa Nalca-Mek. Namun bagi banyak orang yang hadir, momen ini sudah menjadi sejarah. Sebuah titik terang bahwa Injil tidak hanya datang dari jauh, tetapi kini berbicara langsung dari dalam hati mereka.
Empat hari berlalu dengan penuh berkat. Ketika tim penerjemah kembali ke Sentani, mereka membawa lebih dari sekadar catatan revisi. Mereka membawa cerita, semangat, dan keyakinan bahwa Firman Tuhan telah menemukan rumahnya di dalam bahasa Nalca
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI