Mohon tunggu...
Lukman Hakim
Lukman Hakim Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di Dzakarta, n hidup di tengah kaum dhua'afa. Ingin menjadi Inpirite for Dhua'fa Communities. Bercita2 mjd Bpk asuh dari anak2 cerdas yg gak mampu, menyuarakan aspirasi mereka Yuuk kita BERCINTA. cinta kelg, anak2, ortu,.... cinta remaja, n'..hmmmm dlm KLINIK CINTA milik elha

Selanjutnya

Tutup

Money

MAU TAHU AGAR TIDAK BOROS DI BULAN RAMADHAN (1 of 2)

29 Juli 2010   07:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:30 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Heran juga ya, Kenapa ketika jatah makan berkurang, jatah minum juga sama, eehhhh pengeluaran semakin tinggi setiap bulan Ramadhan..???

Mau tahu jawabannya…? Mau tahu mensiasatinya..??

---oooOooo---

Kami tiba di pasar tradisional rawasari sekitar Pk. 07 pagi. Suasana masih sepi. Mungkin sebagian besar orang masih tertidur selepas sholat shubuh. Atau bahkan tidur sebelum azan shubuh....hehehehe...

Saat itu adalah pekan pertama bulan Ramadhan 1429 H, atau bertepatan dengan bulan Desember 2008.

Ibadah sahur kadang memang masih dipandang sebagai beban. Masih dianggap sebagai pengurang waktu tidur. Padahal bangun pagi, khususnya pada sepertiga malam akan membantu membangikitkan semangat baru. Karena menurur penelitian, siklus hormnal berpindah dari pasif ke aktif trjadi pada pergantian gelap dan terang, atau sekitar pukul 04-05 Pagi. Waktu yang persis sama denga anjuran untuk bersahur..

Isteriku terperangah ketika Rp. 150.000,- hanya mendapat sebagian saja dari belanja pada hari diluar Ramadhan.

“Kok Cuma dapet begini doang” kata isteriku seraya menunjukkan belanjaan yang memang lebih sedikit dari biasanya.

Kemudian dia menggelengkan kepalanya. Terlihat jelas guratan kekecewaan di wajahnya. Ku coba ber-empati dan menggandengnya dengan penuh kemesraan.

“Sudahlah mi, mau gimana lagi lagi. Emang semua udah pada naik” Hiburku kala itu

“Iya sih bi, tapi naiknya gak kira-kira. Masak ayam yang biasanya Cuma 18 – 20 ribu, sekarang 25 ribu. Daging kemarin masih 55 ribu, sekarang 65 ribu.” kata isteriku sambil menahan nafas panjang

Yayaya….semua menjerit. Ramadhan yang penuh berkah mengapa menjadi berubah..siapa yang salah…?

Menurut Rasulullah, Ramadhan adalah bulan berkah. Bulan penuh keagungan. Keikhlasan dan amal ibadah. Namun keberkahan dan keikhlasan seringkali dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk menimbun rizki, menangguk keuntungan yang diragukan kehalalannya. Bahkan mungkin cenderung haram. Mereka, para spekulan, berupaya menaikkan harga sembako setinggi mungkin, karena sebagian ummat Muslim terjebak dalam ‘ritual makanan berbuka’ sehingga memborong sembako demi menyambut bulan penuh hikmah ini.

Alhasil, Ramadhan, seringkali diisi oleh ‘gerutuan’ kaum ibu. Tak terkecuali para praktisi pasar sulit mendeteksi teori ekonomi mikronya di bulan ini.

Sebenarnya permasalahan in isangat sederhana. Semua berawal dari kita yang memberi peluang kepada para spekulan untuk mempermainkan harga. Mengambil kesempatan dari ‘kewajiban’ yang memang cenderung dipaksakan. ‘kewajiban’ menyiapkan makanan berbuka yang melimpah. ’kewajiban’ menyiapkan sahur yang cenderung berlebih.

Bukankah dalam bulan Ramadhan kita diwajibkan berpuasa sebulan penuh. Bukankah di bulan ini juga kita menunaikan ibadah qiyamul lail, yang nota bene juga mengurangi aktifitas makan/nyemil di malam hari.

Alih – alih ada penghematan, justru pengeluaran bertambah boros. dan Hasrat hati mendapatkan hasil diet, yang terjadi malah ada penambahan berat badan.

Ber-Hemat di Bulan Ramadhan

Tidak ada jalan lain untuk menghindari ‘pemborosan’ di bulan Ramadhan, selain kembali kepada Sunnah Rasulullah SAW. Kembali kepada fitrah dan tuntunan hakiki. Karena akar ‘Membengkaknya pengeluaran’ di bulan Ramadhan berawal dari berpalingnya kita dari anjuran Rasulullah.

1. Menyegerakan Berbuka dengan makanan yang manis atau air hangat.

Dr Hardinsyah MS, Ahli gizi IPB, , Direktur Klinik Konsultasi Gizi dan Klub Diet IPB ini mengatakan bahwa kurma mengandung zat gizi yang nyaris lengkap dengan komposisi yang seimbang, meskipun dalam jumlah yang serba sedikit (sumber http://www.litbang.deptan.go.id/tahukah-anda/?p=10)

Zat-zat berikut Gula (campuran glukosa, sukrosa, dan fruktosa), protein, lemak, serat, vitamin A, B1, B2, B3, potasium, kalsium, besi, klorin, tembaga, magnesium, sulfur, fosfor, dan beberapa enzim.

Kebiasaan Nabi mengonsumsi kurma segar dan kurma tidak segar (kering) saat berbuka, lanjut Hardinsyah, memberikan manfaat yang optimal.

Ini sesuai dengan anjuran Rasulillah, seperti di riwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah

Dari Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu berkata,

"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam biasa berbuka dengan ruthab (kurma muda) sebelum shalat, jika tidak ada ruthab, maka beliau berbuka dengan kurma, jika tidak ada kurma, beliau minum dengan satu tegukan air." (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah).

Rasulullah SAW menyegerakan berbuka sebelum shalat Maghrib. Karena menyegerakan berbuka termasuk akhlaknya para nabi.

Hadits Nabi SAW, dari Abu Darda ra

Tiga perkara yang merupakan akhlak para nabi : menyegerakan berbuka, mengakhirkan sahur dan meletakkan tangan di atas tangan kiri dalam shalat

Menyegerakan berbuka dengan makanan yang manies. Rasulullah berbuka dengan tiga butir buah kurma. Jika tidak ada kurma cukup dengan air. Ini tuntunannya. Mengapa? Dengan memberi sesuatu yang manis (kurma) pada perut yang kosong, maka tubuh akan lebih siap menerima dan mendapatkan manfaatnya, terutama tubuh yang sehat, akan bertambah kuat dengannya

Dan bahwasanya puasa itu menghasilkan keringnya tubuh, maka air akan membasahinya, hingga sempurnalah manfaat makanan. Dan ketahuilah, bahwa kurma itu memiliki barakah dan kekhususan -demikian pula air- memiliki efek yang positif terhadap hati dan mensucikannya, tiada yang mengetahuinya, kecuali orang-orang yang ittiba' / mengikuti.


Menyegerakan berbuka berarti kita menyemai fitrah kita sebagai manusia. Fithrah untuk mengganti serat dan cairan yang hilang. Namun istirahatnya organ-organ tubuh selama satu hari juga perlu disikapi secara bijak. Makanan yang manis dan air di-indikasikan mampu menjadi ‘porsneling’ awal dalam menggerakan kembali perputaran argan tubuh kita secara bertahap. Selain itu, kewajiban berikutnya sudah ada di depan mata, yaitu Sholat Maghrib yang waktunya relatif pendek.

Bayangkan bila kita melampiaskan emosi kita dengan menyantap makanan berat dalam porsi yang besar, maka kondisi tubuh yang belum siap 100% akan ‘meronta’ dengan effect yang lain, misalnya sembelit, ‘begah’, sesak nafas (karena ruang udara diisi dengan makanan) dan ‘gerak duduk’. Selain itu, kewajiban berikutnya, yaitu Sholat Mahgrib bisa terlupakan, atau setidaknya ‘hilang konsentrasi’ dan tidak khusyu’.

---> Bila dianalogikan, mungkin mirip dengan mobil yang seharian tidak dijalankan. Apakah kita akan langsung mengendarainya dengan ‘porsneling’ 3 atau 4. Atau mesin mobil itu kita panaskan terlebih dahulu sebelum dijalankan....?

Bagaimana praktek Ummat Islam saat ini?

Sebagian besar Ummat masih belum bisa meredam ‘gejolak dendam’. Kita masih memandang puasa kita sebagai sebuah kewajiban, kebutuhan atau bahkan mungkin beban. Sehingga Waktu Maghrib adalah saat yang sangat ditunggu dengan perasaan berdebar. Adzan Maghrib adalah saat yang tepat untuk melampiaskan ‘emosi dahaga’. Tak heran bila hidangan berbuka sebgian besar Ummat terdiri dari beragam menu, beragam rasa dan beragam pola.

Bersambung

Semoga bermanfaat. Wallahu’alambishowab
 

slm ukhwah

elha / KLINIK CINTA

http://jangankedip.blogspot.com/

tipstricks

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun