Mohon tunggu...
elpittrr
elpittrr Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis adalah salah satu bentuk refleksi saya terhadap kejadian disekitar saya.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Mau Kerja di Ibukota dan Sekitarnya? Baca Ini Dulu!

22 November 2023   00:43 Diperbarui: 22 November 2023   00:46 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ibukota Jakarta adalah salah satu kota yang dijadikan sebagai tempat perantauan, tempat peruntungan, mengadu nasib demi mendapatkan hidup yang lebih layak. Banyak sekali para anak sekolah yang baru lulus, yang berasa dari daerah, mencoba merantau ke Jakarta. Dengan harapan, mereka dapat merubah ekonomi keluarga.

Sepengalaman di kampung, jika mendengar anak atau sanak saudara yang merantau ke Jakarta atau sekitarnya seperti Bekasi, Tangerang, Karawang, sekiranya akan menjadi orang yang sukses, mempunyai pekerjaan bagus, mentereng dan keberuntungan lainnya. Namun, hal ini justru sangat sulit didapatkan.

Bekerja di Ibukota dan sekitarnya tidak semudah yang dipikirkan. Apalagi hanya berijazah sekolah menengah atas saja. Meskipun mempunyai kemampuan yang mumpuni, tidak adanya relasi menjadi salah satu faktor sulitnya mendapat pekerjaan di Kota ini. Banyak dari perusahaan yang hanya membuat loker sebagai formalitas saja, mereka membuat pamflet yang mengumumkan mencari seorang kandidat untuk posisi tertentu, dengan upah yang sangat menarik dan tak lupa tunjangan yang tak kalah menggiurkan. Ada satu pengalaman seperti ini,  setelah mengirim email cuup lama, dipanggil untuk wawancara di satu perusahaan PMA Jepang yang bisa dibilang cukup kesohor. Ada 5 kandidat saat itu, tapi pada saat interview, pertanyaan yang diajukan sama sekali tidak ada kaitannya dengan posisi yang akan diisi. Alhasil berdasarkan rekan yang bekerja di perusahaan tersebut dan beberapa kabar lainnya, Perusahaan sebetulnya telah mempunyai satu orang dimana orang tersebut masuk lewat jalur relasi atau lebih dikenal dengan istilah, orang dalam. Proses rekrutmen hanya sebatas formalitas saja, cukup menarik bukan?

Adapula ormas yang menjadi calo, menjanjikan akan membantu untuk mendapatkan pekerjaan, tentunya masih diiming-iming oleh upah yang menarik dan kontrak kerja yang panjang. Namun hal ini harus dibarengi dengan memberi "uang jajan" dengan nominal yang hampir sama dengan UMK setempat. Pergerakan calo ini marak terjadi. Tidak hanya seharga dengan UMK, melainkan seharga sepeda motor matic terbaru, mengejutkan bukan? Hanya untuk mendapat sebuah posisi yang tetap saja dikontrak dan tidak pasti. Banyak juga para calon pekerja yang terkena tipu oleh para calo ini. Lapor kepada pihak berwajib tentu saja, namun apakah hal ini tidak dijadikan lelucon? Mau kerja untuk mendapatkan uang malah mengeluarkan banyak uang. Belum lagi mereka yang kena tipu calo secara transfer bank. Sudah hilang sejumlah uang, membuat laporan pembekuan rekening cukup rumit, dan masih mengeluarkan biaya untuk mengurusnya.

Banyak juga dari calo ini menggunakan kedok yayasan atau alih daya untuk perusahaan. Melakukan formalitas tes seperti psikotes, matematika dasar dan tes lainnya. Namun para pekerja tidak akan dilihat hasil tes nya, melainkan "uang jajan" yang diberikan kepada oknum tersebut. Belum lagi email perusahaan palsu banyak bertebaran di internet, begitu dapat panggilan, ternyata ke sebuah ruko, lalu bukannya tes kerja, melainkan diperas dan dimintai sejumlah uang, dan sudah pasti tidak akan dimasukkan kerja. Hal ini sudah sering terjadi.

Perusahaan juga kerap memberikan kualifikasi yang tidak sesuai dengan jobdesc nya kelak. Dari sekian banyaknya faktor, tetap saja, masih banyak orang yang ingin mencari peruntungan di Ibukota. Apakah dinas ketenagakerjaan setempat sudah melakukan yang terbaik untuk para calon pekerja?(el)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun