Mohon tunggu...
Elfha Pranata
Elfha Pranata Mohon Tunggu... -

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kami untuk Pertanian Indonesia (Aksi Penuh Potensi Pelajar Muslim Tingkat SMA dalam Bidang Pertanian)

17 Oktober 2014   23:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:38 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam. Kalam Allah SWT ini adalah salah satu mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai sumber hukum dan pedoman hidup bagi umat Islam. Salah satu pokok ajaran dalam isi kandungan Al-Qur’an adalah isyarat bahkan perintah bagi umatnya untuk mendulang ilmu Allah termasuk berbagai pengetahuan dan teknologi yang terkandung di dalamnya.

Salah satu ilmu pengetahuan yang terdapat di dalam Al-Qur’an adalah tentang fase kehidupan makhluk hidup. Dimana dijelaskan bahwa kehidupan di dunia ini bagaikan sebatang pohon yang tumbuh, berkembang, berbuah, layu dan akhirnya mati kemudian musnah ditelan bumi. Manusia pun demikian adanya, dalam Al-Karim setidaknya melewati masa perjanjian, masa alam rahim, masa alam dunia, masa alam kubur dan masa akhirat. Di dalam ilmu pengetahuan tersebutlah manusia di alam dunia ini mengalami enam fase yakni prenatal, bayi, anak usia pra-sekolah, anak usia sekolah, remaja dan dewasa serta diakhiri dengan kematian dan ditelan bumi juga.

Di antara semua fase kehidupan manusia diasumsikan fase remaja adalah fase terberat, karena menurut Anna (2010:14) menuliskan bahwa: “Orang Muda dalan Proses Menjadi” yang dimaknai dengan masa remaja yaitu masa yang penuh dengan permasalahan. Selain itu masih dalam buku yang sama karya Anna, pada awal abad ke-20 Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall berpendapat bahwa: ”masa remaja merupakan masa badai dan tekanan.”

Kemudian fase terberat dijelaskan pula melalui keterangan bahwa fase remaja berada di antara usia 12 hingga 21 tahun. Di rentang usia tersebut terdapat dua bagian rentang usia, yaitu 12 hingga 17 tahun yang disebut faseremaja awal dan 18 hingga 21 tahun adalah fase remaja akhir. Demikian halnya jika ditinjau dari segi usia maka remaja termasuk golongan pemuda, dimana menurut UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan (Pasal 1 Ayat 1), batasan usia pemuda Indonesia yakni 16 sampai dengan 30 tahun. Dengan demikian maka jelaslah bahwasannya rentang usia tersebut adalah rentang usia pemuda, yaitu masa dimana segala potensi diperebutkan oleh kebaikan dan keburukan sehingga dapat disebut sebagai fase terberat.

Berdasarkan data dari BPS (Badan Pusat Statistik) Nasional Indonesia, jumlah pemuda di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 62,3 juta atau 26,23% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah pemuda yang berjenis kelamin laki-laki yang masih sekolah sebanyak 5,43 juta orang dan yang sudah tidak sekolah sebanyak 24,93 juta orang. Sedangkan jumlah pemuda yang berjenis kelamin perempuan yang masih sekolah sebanyak 5,15 juta orang dan yang sudah tidak sekolah sebanyak 25,14 juta orang.Jumlah pemuda yang belum pernah mengakses pendidikan formal sebanyak 1,2 juta orang (laki-laki 569,8 ribu orang, perempuan 626,4 ribu orang).

Data BPS tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah pemuda di Indonesia sangat besar sehingga Indonesia ditakuti oleh negara lain karena dianggap memiliki potensi yang besar untuk menjadi negara maju. Namun, patut disayangkan bahkan dikhawatirkan sehubungan dengan jumlah pemuda yang besar tadi ternyata menurut BPS belum pernah mengakses pendidikan formal dengan kriteria jumlah cukup besar. Hal ini berarti jumlah pemuda pengangguran cukup besar. Menurut data dari BPS pula ditahun 2010 ternyata sebagian besar pemuda yang menganggur adalah mereka yang berpendidikan tamat SMA/Sederajat (22,26%), kemudian tamat SMP/Sederajat (21,02%) dan tamat SD/Sederajat (18,29%). Dimana hal ini menunjukkan bahwa jumlah pemuda penganguran (unemployment) terbanyak adalah pemuda yang tamat sekolah menengah padahal pada usia tersebut pemuda dituntut sudah mampu mandiri dengan mencukupi kebutuhan hidup sendiri melalui bekerja atau berwirausaha. Kondisi seperti ini dapat memicu tarikan keburukan dalam hal ini sikap dan perilaku dalam fase terberat seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Seperti seringnya kita menyaksikan di televisi dan koran para pemuda melakukan tindak-tindakan kriminalitas (keburukan) seperti tawuran, geng motor, terlibat narkoba, mencopet, mencuri, merampok bahkan pelcehan seksual, dan keburukan lainnya baik di mata hukum negara maupun hukum Islam.

Lebih jelas lagi, pengangguran adalah pemicu pemuda untuk melakukan penyimpangan sosial. Di rentang usia pemuda ditandai dengan adanya keinginan untuk bergaul. Apabila tidak terbimbing dapat menjurus ke arah pergaulan yang negatif mengingat waktu yang tersedia pun cukup banyak karena tidak bekerja. Pergaulan negatif tersebut seperti bergaul dengan pecandu alkohol dan obat-obatan terlarang, pecandu rokok, geng motor, kelompok penjudi dan lain-lain. Tentu saja bangsa Indonesia tidak mengharapkan pemuda selaku harapan bangsa berperilaku buruk namun pada kenyataannya memang seperti itulah kondisi sebagian besar pemuda bangsa Indonesia, menganggur dan berperilaku negatif. Bisa di singkat bahwa pemuda akan berperilaku buruk pada saat pendidikannya rendah, tidak mampu mandiri atau menghidupi diri (pengangguran) sementara lingkungannya di rumah (keluarga) menekan, sedangkan hasutan atau ajakan datang dari teman se-pengangguran.

Di lain kondisi, Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian di bidang pertanian. Menurut data BPS pada tahun 2012 jumlah penduduk bermata pencaharian sebagai petani sebesar 39% dari jumlah penduduk Indonesia. Namun sebagian besar petani Indonesia hidupnya kurang berkecukupan. Hal ini berbanding terbalik dengan harga pangan dan sayuran yang relatif dianggap mahal oleh sebagain besar masyarakat. Jika harga sayuran mahal seharusnya petani dapat hidup berkecukupan akan tetapi pada kenyataannya malah sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena ulah para tengkulak dan kurangnya tindakan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Sepertinya, pemerintah hanya berbicara saja seperti memberikan imbauan kepada petani bahwa tengkulak berbahaya akan tetapi tidak melakukan tindakan tegas terhadap para tengkulak. Bahkan, Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai unit bantuan pemerintah terhadap para petani tidak mampu berbuat banyak atas kondisi ini malah terkadang mereka berperilaku seperti tengkulak.

Keterpurukan petani selain akibat para tengkulak yang membeli hasil pertanian semurah mungkin dari para petani atau kerjasama yang tidak saling menguntungkan. Juga, memang kebanyakan petani Indonesia adalah petani lahan kecil bahkan bisa dikatakan sekadar buruh tani. Dimana, secara perhitungan wirausaha atau agribisnis dengan lahan yang kecil atau kurang luasnya jelas akan mempengaruhi hasil panen yang belum tentu bahkan tidak berimbang dengan modalnya. Tidak seperti para petani Jepang yang katanya cenderung selalu meraih laba atau sejahtera dikarenakan mereka komitmen dengan luas lahan minimal bertani sesuai tanaman yang hendak dibudidayakan dan pola penjualannya di akomodir oleh koperasi petani itu sendiri. Perbandingan ini semata-mata untuk menunjukkan bahwa selain akibat ulah tengkulak juga salah satu keterpurukan petani di Indonesia akibat pendidikan pertanian kurang pada dirinya khususnya agribisnis.

Sudut pandangbahwa bertani adalah kegiatan atau budaya dari sejak nenek moyang untuk kepentingan keluarga, harus segera berubah sehubungan dengan kondisi sekarang adalah berbeda dimana kondisi selalu tidak lepas dari hukum-hukum iklim, ekonomi, keilmuan dan teknologi, dan lainnya yang saling mempengaruhi. Kini bertani adalah profesi yang didalamnya harus dibarengi dengan ilmu dan teknologi pendukung (profesional) yang pada akhirnya jika tidak mengikuti maka kondisi (petani) akan tetap merugi. Dengan demikian bertani itu bukan hanya bagi orang-orang yang tidak terpelajar justru kini tuntutannya para pelajar atau yang terpelajar harus mampu bertani dengan ilmu dan teknologi yang dimilikinya tersebut.

Kondisi lain, Indonesia mengimpor sayuran dan buah-buahan dalam jumlah yang besar padahal sayuran dan buah-buahan hasil petani Indonesia pun belum tentu terjual sepenuhnya bahkan banyak sayuran yang terbuang akibat harga jual dari petani yang sangat murah. Banyaknya sayuran impor apalagi dengan harga yang lebih murah dari sayuran lokal dapat menyebabkan sayuran lokal tidak laku terjual.Sebagai contoh, harga wortel impor Rp 7.000 per kg sedangkan harga wortel lokal mencapai Rp 10.000 per kg (Poskota News 20 Februari 2012). Tentu saja masyarakat akan lebih memilih membeli sayuran impor yang harganya lebih murah dibandingkan sayuran lokal yang harganya mahal. Selain mengimpor sayuran, Indonesia juga mengimpor beras.

Pada tahun 2013 Indonesia tercatat mengimpor beras dari lima negara diantaranya Thailand (194.633 ton), Vietnam (171.286 ton), India (107.538 ton), Pakistan (75.813 ton), Myanmar (18.450 ton). (Tempo.com 5 Februari 2014). Seharusnya pemerintah membatasi jumlah produk impor agar hasil pertanian para petani Indonesia dapat laku terjual. Jelaslah bahwa kondisi ekspor import hasil pertanian, sebagai bentuk kebijakan pemerintah terhadap para petani adalah tidak kondusif bahkan merugikan sekali petani Indonesia.

Kelalaian pihak pemerintah lainnya tentang kebijakan dalam pertanian adalah harga benih dan pupuk mahal. Dalam hal ini cenderung pemerintah tidak memberikan subsidi kepada para petani. Sehingga kondisi tersebut menyebabkan para petani kesulitan memperoleh benih dan pupuk yang terbaik.

Kemudian, ilmu dan teknologi pertanian terbarukan kurang memasyarakat. Sehingga para petani kurang bahkan tidak mampu menerapkan pengetahuan, ilmu dan teknologi pertanian terlebih agribisnis pada umumnya, meskipun pemerintah tidak bisa disalahkan sepenuhnya karena petani juga terkadang kurang terbuka menerima perkembangan ilmu dan teknologi pertanian baru. Memang petani lebih memilih menerapkan teknologi konvensional atau tradisional padahal kondisi geografis maupun iklim, budaya, ilmu dan teknologi kini sudah berbeda. Justru disini tantangannya bagi pemerintah untuk lebih proaktif terhadap para petani. Baiknya, melalui media atau (penyuluh pertanian) lebih giat lagi untuk mentransfer bahkan mengajak untuk berubah sesuai perkembangan ilmu dan teknologi pertanian yang muncul dan sesuai dengan karakteristik Indonesia yang tentunya hasil-hasil penelitian cendikiawan pertanian Indonesia baik di kalangan Kementrian Pertanian maupun dari universitas atau institut pertanian sepertihalnya IPB.

Indonesia adalah negeri yang kaya agama, suku, adat dan budaya. Terdapat 6 agama yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Buddha, Hindu dan Konghucu. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Sehingga bisa dikatakan penduduk bangsa Indonesia mayoritas menganut agama Islam. Demikian halnya dengan pemuda di Indonesia yang berarti mayoritas adalah pemuda Islam. Sehubungan dengan berdasarkan data dari BPS yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sebagian besar pemuda di Indonesia adalah pelajar SMA maka mayoritas pemuda Islam di Indonesia adalah pelajar SMA. Dengan demikian potensi besar Indonesiakarena kepemudaannya yang dimaksud adalah bisa jadi pemuda Islam pelajar (tingkat SMA). Seolah-olah pemuda muslim yang berperan aktif dalam pertanian Indonesia lebih diamanatkan pada awalnya kepada pelajar muslim SMA. Dimana kedepannya mereka adalah penerus bangsa, penerus cita-cita pertanian Indonesia. Sehingga muncul pertanyaan “Bagaimana seharusnya pelajar SMA sebagai pemuda muslim berperan dalam pertanian Indonesia?”

Pemuda Islam diharapkan memiliki akhlak yang baik. Tentunya, sesuai dengan tuntunan Qur’an dan hadits. Senantiasa mencontoh Rasulullah Muhammad SAW sebagai panutan. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surah Al-Ahzab : 21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Berdasarkan ayat tersebut, pemuda Islam harus mencontoh keteladanan Rasulullah SAW baik itu sikap maupun akhlak salah satunya dengan cara mengamalkan sunnah-sunnah beliau dalam kehidupan sehari-hari. Pemuda Islam diharapkan memiliki jasad, ruh dan akal yang seimbang dalam arti semuanya terawat baik jasad, ruh maupun akalnya dalam keadaan sehat.

Pertama, pemuda Islam yang mempunyai jasad yang sehat senantiasa berusaha memelihara kesehatan dengan berbagai cara seperti makan, istirahat dan olahraga yang teratur. Rasulullah SAW telah mengajarkan pola hidup yang sehat. Adab makan dan minum, adab ketika hendak tidur dan lain-lain semuanya telah terangkum dalam sunnah Rasulullah SAW. Selain memelihara kesehatan jasad, pemuda Islam juga diharapkan memelihara kesehatan ruh. Kedua, pemuda Islam yang mempunyai ruh yang sehat senantiasaberusaha mendekatkan diri kepada Allah misalnya dengan cara berdzikir, membaca Al-Qur’an, memperbanyak sedekah dan lain-lain.

Ketiga, untuk memelihara kesehatan akal pemuda Islam senantiasa berusaha menuntut ilmu. Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surah Al-Mujaadilah : 11 yang artinya : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” Berdasarkan potongan ayat tersebut maka pemuda Islam yang berakal sehat akan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebagai contoh, pemuda Islam yakni pelajar SMA akan bersungguh-sungguh dalam belajar dengan cara menyimak saat guru sedang mengajar, mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh dan bersikap jujur pada saat ulangan. Dengan meneladani sikap dan perilaku Rasulullah SAW serta berusaha merawat jasad, ruh dan akal dengan baik maka pemuda Islam yakni pelajar SMA mempunyai potensi yang besar untuk berperan dalam pertanian Indonesia.

Sejalan dengan pemikiran bahwa pemuda muslim yang dimaksud salah satunya (awal) adalah pelajar SMA maka dapat diterjemahkan peran yang dimaksud dalam pertanian Indonesia adalah hal yang dapat dilakukan pemuda Islam yang berstatus pelajar SMA dalam bidang pertanian. Seperti yang dapat dijelaskan beberapa hal peran di bawah ini:

1.Mempelajari dengan tekun berbagai mata pelajaran yang terintegrasi dengan bidang pertanian seperti biologi, kimia, fisika, geografi, Ekonomi, PKN (Pendidikan Kewarganegaraan) dan tentunya PAI (Pendidikan Agama Islam). Contoh kasus di dalam pelajaran biologi dipelajari tentang botani dan zoologi (ilmu tumbuhan dan ilmu hewan) yang tentunya sangat bersentuhan dengan Pertanian. Sedangkan pelajaran kimia mempelajari mengenai kandungan unsur hara (unsur kimia tanah dan tanaman), kimia pupuk buatan atau pupuk organik, dan lain sebagainya. Untuk pelajaran fisika mempelajari teknologi yang diterapkan di pertanian. Di dalam pelajaran geografi dipelajari iklim dan cuaca, jenis-jenis tanah dan karakteritiknya yang penting bagi pertanian. Ilmu ekonomi tentu saja diperlukan dalam hubungannya dengan agribisnis bahwa sanya hukum-hukum eknomi dan ilmu yang terkandung di dalamnya menjadi acuan berbisnis dalam bidang pertanian. Pendidikan kewarganegaraanmengajarkan untuk memupuk rasa nasionalisme dan ikut berperan dalam memajukan bangsa di semua bidang termasuk pertanian dan di dalam pelajaran PAI dipelajari bahwa di dalam menjalani kehidupan umat Islam mempunyai pedoman yaitu Al-Qur’an yang didalamnya terdapat berbagai ilmu pengetahuan termasuk ilmu pertanian.

2.Mendalami pertanian lebih khusus. Tentunya hal ini disesuaikan dengan karakteristik sekolah yang ditempati dan warga sekolahnya (Kepala sekolah, guru, siswa, pegawai lainnya). Dalam arti pendalaman melalui mata pelajaran praktis atau dalam ekstrakurikuler. Praktek kebun botani, berkebun tanaman obat di sekolah, vertikulture dimana seperti di SMAN 1 Majalengka menerapkan hal ini dalam integrasi dengan mata pelajaran Biologi, pendidikan lingkungan hidup, ekstrakurikuler Pramuka, Pencinta Alam dan Kelompok Ilmiah. Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan biasanya diwariskan secara turun-temurun. Contoh tanaman obat-obatan diantaranya kunyit untuk mengobati diare, lengkuas untuk mengobati panu, temulawak untuk mengatasi sembelit, daun sirih untuk mengobati batuk dan masih banyak jenis tanaman lain yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Kemudian memelihara kebun botani di sekolah dengan cara menanam berbagai jenis tumbuhan dan memberi keterangan nama serta informasi lainnya. Untuk vertikultur sayuran di SMAN 1 Majalengka sudah diterapkan bagi siswa kelas XI setiap semester pertama diwajibkan menanam sayuran seperti bawang daun dengan teknik vertikultur dan menggunakan pupuk kompos yang dibuat sendiri oleh siswa di sekolah.

3.Berperan serta dalam upaya mensosialisasikan atau transfer program-program, ilmu dan teknologi pertanian baik sebagai penerima maupun penyampai. Setidaknya beberapa diantaranya bisa dilakukan dengan cara: (a) Berkunjung ke Dinas Pertanian, ke lembaga penelitian bidang pertanian yang bisa dilakukan dalam bentuk study banding atau study tour untuk menambah pengetahuan, ilmu dan teknologi pertanian; (b) Dapatjuga dengan cara melakukan kunjungan secara langsung ke petani untuk survey, interview, berbagi dalam upaya untuk mengetahui proses bertani dengan berbagai kondisi aktual pertanian dari sisi petani secara langsung; (c) Berkunjung ke sekolah tinggi pertanian seperti IPB. Sebagai contoh, SMAN 1 Majalengka setiap tahun melakukan kunjungan ke IPB dalam rangka study tour juga dalam fungsi yang sama yaitu dalam upaya membenamkan dan mendidik untuk rasa cinta terhadap pertanian, menghargai pertanian bahkan membangkitkan minat dan bakat dalam bidang pertanian.

4.Terakhir yaitu setidaknya peran serta pemuda muslim setidaknya mampu mencintai dan menghargai hasil pertanian Indonesia. Hal ini bisa dilakukan melalui tidak menghambur-hamburkan makanan seperti sunnah Rasulullah SAW yaitu makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Maksudnya kita harus menghemat makanan agar tidak banyak makanan yang terbuang. Mungkin jika efektif dan efisien dalam mengkonsumsi hasil pertanian sendiri sebenarnya Indonesia mampu untuk tidak mengimpor pangan atau hasil pertanian yang pada akhirnya bisa mensejahterakan kaum tani terlebih kaum tani muslim. Rasa cinta produk pertanian Indonesia bisa dibuktikan dengan cara mengkonsumsi makanan yang berasal dari hasil pertanian para petani Indonesia seperti mengkonsumsi nasi, jagung, boled, kentang, singkong, sagu dibandingkan dengan mengkonsumsi roti, kue-kue, burger, sosis yang berbahan dasar gandum atau daging hasil impor dari luar negeri. Bahkan tempe tahu pun meski hasil karya Indonesia namun bahan dasarnya impor (kedelai impor) sudah jelas patut dikurangi bahkan jika mahal pun berani membeli tahu dan tempe yang berasal dari kedelai lokal (Indonesia).

Dengan demikian, Pelajar SMA muslim sebenarnya sosok potensial untuk awalan dalam membangun dan membina segala macam potensi termasuk minat dan bakatnya dalam bidang pertanian dengan senantiasa tetap bepijak pada Iman dan Islam. Mereka adalah tunas potensial untuk awal menghargai, mencintai bahkan meneruskan cita-cita pertanian Indonesia meskipun dalam peran serta sekecil apapun baik dalam bentuk praktis maupun non praktis yang disesuaikan dengan kemampuannya sebagai pelajar SMA. Yang tentunya kesemuanya ini dapat direalisasikan dengan peran serta dari pihak lain termasuk di dalamnya, lembaga pertanian (pemerintah/non pemerintah), petani, guru dan warga sekolah, serta masyarakat lainnya yang saling bekerjasama demi pertanian Indonesia. Kami (Pelajar Muslim tingkat SMA) bisa beraksi penuh potensi sebagai pelajar muslim tingkat SMA dalam bidang Pertanian demi kemajauan dan pencapaian cita-cita PERTANIAN INDONESIA.

Juara I Lomba Esai Munas IV IMMPERTI

9 Maret 2014

DAFTAR PUSTAKA

Anna WS. 2010. Orang Muda dalam Proses Menjadi. Jakarta: PT Perca

R.H.A Soenarjo. 1971.Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Yayasan penyelenggara penterjemah/pentafsir Al-Qur’an

Mahalnya harga sayuran lokal. Diunduh pada tanggal 27 Februari 2014

http://www.poskotanews.com/2012/02/20/mahalnya-harga-sayuran-lokal

Tahun lalu, Indonesia impor beras dari lima negara. Diunduh pada tanggal 27Februari 2014 http://www.tempo.co/read/news/2014/02/05/090551264/Tahun-lalu-Indonesia-Impor-Beras-dari-Lima-Negara

Hasil publikasi statistik pemuda tahun 2010. Diunduh pada tanggal 28 Februari 2014 http://www.bps.go.id/hasil_publikasi/stat_pemuda_2010/files

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun