Dari sudut pandang ekonomi politik internasional, kapitalisme platform mencerminkan ketimpangan relasi antara pemilik modal dan tenaga kerja. Ia tidak hanya berlangsung dalam konteks lokal, tapi juga terhubung dengan arus globalisasi dan ekspansi modal internasional. Gojek dan Shopee bukan sekadar perusahaan teknologi lokal; mereka mendapat pendanaan dari investor besar seperti Tencent atau Google, yang membawa ekspektasi pertumbuhan dan profitabilitas tinggi. Maka tidak heran jika strategi efisiensi dan tekanan kerja diterapkan secara masif, demi memenuhi target investor.
Dalam sistem seperti ini, pekerja bukan lagi bagian dari "perusahaan" yang memiliki rasa tanggung jawab sosial. Mereka sekadar titik dalam sistem algoritma. Hubungan manusiawi tergantikan oleh skor performa, jam aktif, dan rating pelanggan. Ini menciptakan realitas kerja yang serba mekanistik, di mana nilai manusia ditentukan oleh seberapa cepat ia bisa mengantarkan pesanan, bukan oleh seberapa layak hidupnya.
Adakah Jalan Lain?
Tentu saja, bukan berarti kita harus menolak semua bentuk teknologi atau digitalisasi. Platform seperti Gojek dan Shopee telah membantu jutaan orang memperoleh penghasilan, terutama di masa pandemi. Namun yang perlu dikritisi adalah struktur relasi kerjanya yang timpang dan model bisnisnya yang mengorbankan kesejahteraan tenaga kerja demi pertumbuhan semu.
Beberapa negara telah mulai mengambil langkah tegas. Di Spanyol, misalnya, pemerintah mengesahkan aturan yang mewajibkan perusahaan seperti Uber dan Glovo untuk mengakui pekerja mereka sebagai karyawan, bukan mitra. Di Indonesia, langkah serupa masih dalam proses perdebatan panjang. Pemerintah cenderung berhati-hati karena khawatir menghambat inovasi digital. Namun justru di sinilah peran negara dibutuhkan: bukan untuk menghambat, tapi untuk memastikan bahwa inovasi berjalan seiring dengan perlindungan sosial.
Kaum muda sebagai kelompok terbesar di sektor ini baik sebagai pengemudi, kurir, admin toko, atau freelancer digital perlu sadar bahwa fleksibilitas yang ditawarkan platform seringkali datang dengan harga yang mahal: tidak ada perlindungan, tidak ada stabilitas, dan tidak ada suara dalam pengambilan keputusan.
Kapitalisme platform menjanjikan fleksibilitas, tapi justru menciptakan bentuk baru dari keterikatan. Gojek dan Shopee bukan musuh; mereka adalah produk dari sistem yang lebih besar yakni sistem ekonomi global yang menjadikan tenaga kerja sebagai bagian dari rantai efisiensi yang terus dipangkas. Dalam dunia seperti ini, penting bagi kita untuk tidak hanya menjadi konsumen yang puas, tapi juga warga negara yang kritis.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI