Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Senja, Jalan Panjang Menuju Cinta (2)

24 November 2020   05:03 Diperbarui: 24 November 2020   05:19 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest.com

"Rawat ia baik-baik, Yun. Soal biaya biarlah menjadi tanggunganku," ucap Bang Rahman kala itu. Mbak Yun mengangguk. Ia tiba-tiba saja merasa telah menjadi seorang Ibu. Meski bayi mungil yang berada dalam pelukannya saat itu bukanlah darah dagingnya sendiri.

"Kukira ia tidak saja membutuhkanku, Bang..." Mbak Yun berbisik setengah tersipu. Bang Rahman, ia seorang lelaki dewasa. Ia segera tanggap ke mana arah pembicaraan perempuan bernama lengkap Sri Wahyuni itu.

"Baiklah, Yun, aku melamarmu hari ini juga. Besok kita segera resmi menikah," Bang Rahman tersenyum ke arah Mbak Yun. Wajah Mbak Yun semakin memerah dadu.

Dan, esoknya. Mereka benar-benar melaksanakan pernikahan atas izin dan kehendak Tuhan.

Mereka orang-orang pinggiran. Bang Rahman hanyalah seorang pekerja kasar, buruh bangunan. Ia memutuskan berhenti sebagai penjaga gudang sejak bersitegang dengan juragannya berkenaan dengan biaya pengobatan Ryan, sahabatnya yang terluka waktu itu.

Sedang Mbak Yun, tetap sebagai penjual sayur keliling. Perempuan sederhana itu selalu bangun pagi-pagi untuk kulakan di pasar. Tentu saja ia telah mempercayakan tugas menjaga Ryanti kepada saminya manakala dirinya sibuk berkeliling menjajakan dagangan dari kampung ke kampung.

Akan halnya Astuti, perempan malang itu menjadi penghuni tetap sebuah Rumah Sakit Jiwa. Peristiwa senja itu, di mana ia dipisahkan dari Ryan oleh Ibu mertuanya, membuat jiwanya sangat terguncang.

Bagaimana dengan Ryan? Menurut kabar angin, Ryan diboyong Ibunya ke luar negeri untuk menjalani pengobatan yang lebih baik. Entah di luar negeri  mana. Yang pasti kepergian diam-diam itu membuat Rahman kehilangan kontak dengan sahabatnya.

Setelah dua puluh dua tahun kehilangan jejak, Tuhan mempertemukan mereka  kembali, dua teman baik di rumah makan ketika Ryanti baru saja menjalani wisuda kelulusan.

"Jadi kedua orang tua kandungmu masih hidup, Ry?" Arsyad memotong cerita Ryanti. Gadis itu mengangguk.

"Dulu ketika masih bayi, Ibu Yuni sering mengajak aku berkunjung ke RSJ menemui Ibu. Tapi kondisi Ibu sangat memprihatinkan. Depresinya semakin berat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun