Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cermin | Anakku, Jagalah Baik-baik Pernikahanmu

20 Juli 2018   06:11 Diperbarui: 22 Juli 2018   18:33 2836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SumberLwww.renaissancemiami.com

Anakku... Jika pagi ini Ibumu menyempatkan diri bertutur untukmu, bukan berarti hendak mengguruimu. Ibumu yang bukan siapa-siapa ini hanya sekadar ingin mengingatkan. Karena kebetulan Ibumu lebih dulu dilahirkan dan telah mengenyam banyak pengalaman, baik manis maupun pahit dari sekolah bernama kehidupan.

Jagalah Pernikahanmu Selayak Engkau Menjaga Auratnu

Mengapa Ibumu ini mengibaratkan pernikahan serupa aurat? Benar sekali, Nduk.  Aurat merupakan bagian tubuh manusia paling vital yang harus benar-benar dijaga dengan primpen keberadaannya. 

Sesekali kita bisa membiarkan kaki tidak beralas atau membebaskan kepala tidak bertudung. Tapi kita tidak mungkin membiarkan aurat terbuka begitu saja tanpa menutupinya dengan sehelai benang pun. Alangkah amat memalukan jika hal itu sampai terjadi. Bisa jadi kita dianggap sebagai manusia yang telah putus urat sahwatnya.

Begitu juga halnya dengan pernikahan. Jangan sekali-sekali mengumbar kehidupan pribadi keluargamu kepada orang lain. Karena itu sama artinya dengan menelanjangi diri sendiri di depan umum.

Jika Tidak Bisa Menahan Diri, Maka Diamlah!

Jangan pernah jengah jika Ibumu yang tidak seberapa pintar ini kerap mengingatkan kepadamu. Ketika timbul percik api di dalam istana mungilmu, atau salah satu di antara kalian tidak bisa lagi menahan diri, maka diam adalah pilihan terbaik. Jangan menuruti hawa nafsu. Sebab nafsu itu mainan yang paling digemari oleh setan. Nafsu kadang membuat bibir bicara mendahului hati dan pikiran. Nafsu sering kali membawa kita terjerumus ke dalam jurang penyesalan. 

Jadi jangan beri kesempatan nafsu menguasaimu. Ingatlah akan satu hal. Menikah itu termasuk ke dalam peristiwa besar yakni Mitsaqan Ghaliza (perjanjian yang kokoh) di mana Allah Swt sendiri turun sebagai saksi atas ijab kabul yang diikrarkan oleh suamimu. Dan para malaikat ikut hadir mengamini.

Jadi sekali lagi, anakku. Jangan main-main dengan pernikahanmu. Jagalah hati, jaga pula perkataan agar Allah senantiasa ridho terhadap setiap langkah yang kau tempuh bersama Imammu.

Saling Menjaga Perasaan Pasangan dan Saling Menghargai

Salah satu kunci kebahagiaan pernikahan adalah saling menjaga perasaan dan saling menghargai. Jika hal tersebut diterapkan, maka segala persoalan yang timbul insya Allah akan mendapat jalan dan dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. 

Saling menjaga perasaan berarti kita mampu menghadirkan rasa nyaman di hati pasangan masing-masing. Tidak ada lagi rasa direndahkan atau saling merendahkan. Sedang saling menghargai artinya meletakkan posisi diri sesuai dengan kodratnya. Sebab menikah itu bukanlah sebuah ajang atau kompetisi yang harus memunculkan salah satu sebagai pemenang. Menikah adalah menyelaraskan dua hati. Menikah itu menyeimbangkan perbedaan yang ada agar bisa berjalan seia sekata menuju cita-cita mulia yaitu membangun mahligai rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warahmah.

Jangan Biarkan Orang Lain Mengetahui Rahasia Dapurmu

Anakku, yang menjalani pernikahan itu engkau dan pasanganmu. Yang berhak menentukan keputusan terbaik dalam setiap permasalahan keluarga adalah kalian berdua. Jadi jangan biarkan orang lain ikut campur alias cawe-cawe di lingkar keluargamu. Apalagi sampai ikut sibuk mengurusi perihal pribadi rumah tanggamu. Tidak seorang pun berhak, Nduk. Tak terkecuali Ibumu yang melahirkanmu ini.

Maka ketika biduk yang kau tumpangi bersama suami ditimpa masalah, janganlah engkau atau suamimu mengadu kepadaku. Mengadulah kepadaNya, Nak. Kepada Tuhan yang telah memberi kesaksian atas pernikahan kalian. Sebab jika engkau mengadu kepadaku--Ibumu ini khawatir akan bertindak tidak semestinya, tidak bisa berlaku adil alias berat sebelah. Bukankah hal yang demikian tidak bakal menyelesaikan masalah? Bisa jadi malah semakin menambah masalah. 

Sekali lagi mengadulah hanya kepada Allah semata--sang pemilik rencana kehidupan. Tetaplah berserah diri dan yakin bahwa di setiap ujian, apapun bentuknya Allah pasti akan memberi kunci jawaban.

Selamat menjalani bahtera rumah tangga yang penuh liku ini, anakku. Kayuhlah bidukmu dengan penuh semangat dan bahagia.

Doa terbaik Ibunda tak pernah putus mengiringi langkahmu.

***

Malang, 20 Juli 2018

Lilik Fatimah Azzahra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun