Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerkak | Hore, Rozik Pulang!

28 Februari 2018   08:59 Diperbarui: 28 Februari 2018   09:47 2491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : www.amcenteraz.com

Sore itu Rozik tidak berani pulang. Ia bersembunyi di sebuah gubuk tua yang terletak di tengah sawah. 

Seekor belalang yang berayun-ayun pada tangkai padi menyambutnya dengan gurauan,"lagi ngumpet, ya, Son?" 

"Diam!" Rozik melempar sepatu kanannya, tepat di dekat si belalang kurus itu. Belalang terkejut, lalu melompat tinggi, menjauh. 

Ya, Rozik kecil sedang bingung. Ia sedang tidak ingin diganggu. Ia banyak pikiran. Ia ingin menyendiri, menenangkan diri. 

"Apa yang terjadi padamu, Son?" seekor kecebong yang tengah belajar berenang ikut-ikutan bertanya. "Ayolah, Son. Jangan jadi seorang pecundang! Hadapi kenyataan. Ksatria sejati pantang bersembunyi di balik masalah."

"Diamlah! Dasar kecebong nyinyir!" Rozik melempar sepatu sebelah kirinya. Kecebong kecil itu terjengah. Buru-buru ia berenang melipir. 

***

Apa sebenarnya yang membuat Rozik takut pulang? Masih menjadi teka-teki. Bahkan Wewe Gombel yang sejak tadi duduk di sebelahnya, ikut dibuat bingung. Mahluk halus berambut  ruwe-ruwe  dengan dada terbuka itu gagal mengorek keterangan mengapa bocah yang masih mengenakan seragam putih biru, yang salah satu kaos kakinya tinggi sebelah itu duduk termenung sendiri di tengah sawah.

Sejak berjam-jam lalu Wewe Gombel termangu mengamati Rozik yang sebentar-sebentar melontarkan kata-kata tidak jelas.

Meski pikirannya dipenuhi tanda tanya, Wewe Gombel memilih diam. Duduk tenang.  Memedi  yang suka iseng menggondol bocah-bocah kecil untuk disekap di istananya itu berusaha menahan diri. Ia tahu bagaimana menghadapi sosok temperamen seperti Rozik ini. Harus banyak sabar. Tidak boleh  grusa-grusu. Itu kunci utamanya.

Mendadak kesunyian dipecahkan oleh suara tetabuhan yang dipukul bertalu-talu. Wewe Gombel membetulkan letak duduknya, mengamatkan pendengarannya. Hohoho, ia hafal betul. Itu musik tradisional yang dimainkan oleh serombongan ibu-ibu untuk mencari anak-anak mereka yang hilang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun