Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kamar 206

27 Oktober 2017   09:50 Diperbarui: 27 Oktober 2017   09:53 1488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : My Progress-Wordpress.com/livelikeanolympian.wordpress.com

Benar. Tidak dijumpainya penginapan bernama Zen Hotel. Ia nyaris setuju dengan pendapat kakaknya, ketika tiba-tiba matanya tertumbuk pada sebuah bangunan yang bagian depannya sudah ambruk tak berbentuk.

"Turunkan aku di sini. Aku hanya ingin meyakinkan---bahwa instingku benar," Violet siap membuka pintu mobil. Dan Inspektur Ando tidak punya alasan untuk menolak permintaan adik kesayangannya itu. Laki-laki setengah umur itu memutar mobil perlahan, lalu mencari tempat parkir yang nyaman di area bangunan tak bernama itu.

Sekitar lima menit Violet meninggalkan mobil. Kemudian ia berbalik lagi dan melongokkan wajah dengan senyum riang.

"Kakak boleh menungguku di sini. Jika lebih dari tiga puluh menit aku belum kembali, Kakak boleh menyusulku."

Inspektur Ando baru saja hendak menyahut, tapi adik kesayangannya itu sudah melesat pergi.

***

Violet mempercepat langkah, melewati puing-puing bangunan yang berlumut. Ia tersenyum. Benar dugaannya. Orang itu sengaja memilih tempat tersembunyi di sini, di hotel yang dari luar tampak sangat buruk dan tidak terawat.

Ia berbelok ke arah kiri. Sebuah pintu kaca yang sudah memburam terbuka secara otomatis. Tak ada seorang pun yang menyambut kedatangannya. Sepi. Matanya mencari-cari. Ia segera masuk dan mendekati meja resepsionis yang kosong. Hanya ada lembaran kertas-kertas yang bertumpuk.

Ia menunggu beberapa menit. Yakin tidak ada orang yang bisa menjadi tempatnya bertanya, Violet memutuskan untuk naik ke lantai dua. Berharap menemukan kamar bernomor 206.

Ia harus menapaki anak tangga yang memutar. Bunyi langkahnya menggema di sepanjang ruangan yang sunyi. Saat ia tiba di lantai dua, mata gadis itu terbelalak. Ia disuguhi suasana yang amat menakjubkan. Beberapa lukisan mahal menempel, terpajang rapi pada dinding. Patung-patung bernilai seni tinggi diletakkan sedemikian artistik menghiasi ruangan yang bernuansa lembut. Pada langit-langit hotel menggantung dua buah lampu kristal yang cahayanya memantul melalui cermin besar--- cermin yang sengaja di pasang di salah satu sudut untuk memberi kesan agar ruangan hotel terkesan lapang dan luas.

Violet mengamati sekeliling. Matanya beralih ke sana-kemari, sibuk mencari-cari. Ia menarik napas lega ketika menemukan deretan kamar yang saling berhadapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun