Mohon tunggu...
IDRIS ELRUMI
IDRIS ELRUMI Mohon Tunggu... Full Time Blogger - PENDIDIK

Belajar mengembangkan literasi dan menyalurkan hobi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenali Karakter Anak

8 Maret 2018   13:22 Diperbarui: 8 Maret 2018   13:25 474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karakter adalah salah satu sifat yang dimilki seseorang. Perkembangan karakter dapat di lihat dari sikap atau perilaku seseorang. Terbentuknya karakter karena adanya didikan dari orang tua atau dari guru di sekolah, karakter akan terbentuk dengan baik jika kita sebagai orang tua dan guru memberikan bimbingan dan pengajaran yang baik pula kepada anak-anaknya.

Untuk mengetahui perkembangan karakter anak-anak kita jauh lebih baik, alangkah baiknya kita kenali dulu tahapan-tahapan perkembangan karakter anak.

Pertama, tahap Penanaman Adab (usia 5--6 tahun). Adab atau tata krama terlihat pada tata cara seseorang bertutur sapa, berinteraksi, bersikap, dan mampu bersosialisasi. Pada usia ini, beberapa karakter yang ditanamkan pada anak, antara lain: kejujuran, keimanan, dan menghormati atau menghargai orang lain. Selain itu, seorang anak dapat dididik mengenai pentingnya proses, baik dalam belajar maupun dalam  mendapatkan sesuatu, sehingga terhindar dari kemanjaan. 

Kemanjaan sangat berbahaya bagi masa depan seorang anak. Oleh karena itu, seorang anak harus dibiasakan pada hal-hal yang konkret, jangan mengambil benda-benda yang bukan miliknya, memberikan tugas atau pekerjaan sesuai kemampuannya serta pantas untuk dirinya, menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Kedua, tahap Penanaman Tanggung Jawab (usia 7--8 tahun). Tanggung jawab adalah wujud dari niat dan tekad untuk melakukan tugas yang diembannya. Oleh karena itu, seorang anak  harus dibiasakan untuk melaporkan apa saja hasil dari setiap pekerjaan yang telah dilakukan, dan menyampaikan masalah-masalah yang dialami atau yang terjadi selama mengerjakan tugas yang diamanahkannya.

Ketiga, tahap Penanaman Kepedulian (usia 9-10 tahun). Kepedulian adalah empati orang lain yang diwujudkan dalam bentuk pemberian pertolongan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, anak harus dibiasakan menolong temannya baik di sekolah maupun di luar sekolah, mendengar dengan saksama pembicaraan orang lain.

Keempat, tahap Penanaman Kemandirian (usia 11-12 tahun). Mandiri adalah pola pikir dan sikap yang lahir dari semangat tinggi dalam memandang diri sendiri. Beberapa nilai dalam kemandirian antara lain tidak tergantung pada orang lain, percaya kepada kemampuan diri sendiri, tidak merepotkan dan merugikan orang lain, berusaha mencukupi kebutuhan sendiri dengan semangat bekerja dan mengembangkan diri. Oleh karena itu, anak dibiasakan bekerja secara mandiri, menentukan pilihan sendiri terhadap beberapa hal yang mungkin dipilihnya.

Kelima, tahap Penanaman Pentingnya Bermasyarakat (usia 13 tahun ke atas). Bermasyarakat adalah simbol kesediaan seseorang untuk bersosialisasi dan bersinergi dengan orang disekitarnya. Bermasyarakat berarti meluangkan sebagian waktu untuk kepentingan orang sekitarnya. Bermasyarakat sangat identik dengan bergaul, bekerjasama atau gotong royong. Perkembangan karakter yang dominan pada tahap ini adalah penalaran moral dan identitas moral (Adi, dkk., 2010: 21). 

Sejalan dengan hal tersebut, Soeprapto (2002: 31) menyatakan bahwa kehidupan sosial seseorang merupakan kehidupan bersama manusia dalam suatu pergaulan hidup sosial, Suatu kehidupan sosial ditandai dengan adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan yang pada akhirnya bergaul (berinteraksi) satu sama lain, bersama dalam waktu yang relatif lama serta membentuk kehidupan bersama. Oleh karena itu, anak dibiasakan menghadiri keramaian, bekerjasama dalam bermain, dan berpartisipasi pada kegiatan kerja bakti di lingkungan sekitar.

Dengan demikian, perkembangan karakter anak terlihat sesuai tahapan-tahapan yang disesuaikan oleh usia anak.

Anak adalah salah satu titipin Tuhan yang diberikan kepada manusia melalui rahim seorang ibu, kewajiban orang tua untuk menjaga dan mendidiknya dengan baik. Selain itu, anak juga sebagai aset dan investasi untuk orang tua kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun