Mohon tunggu...
Eleksio Pattiasina
Eleksio Pattiasina Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Life is Short

Berbagi selama hidup di dunia dan berkarya selama masih bisa menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Viral! Negara Tidak Perlu Mengatur Sekolah Minggu dan Katekisasi

26 Oktober 2018   13:53 Diperbarui: 26 Oktober 2018   14:00 2032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah minggu dan katekisasi tidak bisa disamakan dengan pendidikan non-formal lainnya, karena kedua hal ini berisi tentang ibadah dan upaya menumbuh kembangkan spiritualitas anak, remaja, dan pemuda. 

Ibadah adalah hak setiap warga negara, dan tata cara beribadah setiap agama itu tidak boleh diatur oleh pemerintah, seakan-akan pemerintah mau menghalangi kebebasan setiap warga negara untuk menjalankan agamanya masing-masing.

Dalam Pasal 69 ayat (1) RUU (Rancangan Undang-undang) Pesantren dan Pendidikan Keagamaan menyatakan bahwa sekolah minggu dan katekisasi merupakan bentuk pendidikan non-formal agama Kristen. 

Pada ayat 3 pasal 69 RUU tersebut menjelaskan bahwa jumlah peserta didik dalam pendidikan non-formal agama Kristen paling sedikit 15 orang. Hal yang semakin membuat kontroversi adalah ayat 4 yang menyatakan bahwa pelaksanaan sekolah minggu harus mendapat izin dari pemerintah kabupaten atau kota.

Banyak gereja yang memiliki anak-anak sekolah minggu, namun jumlahnya kurang dari 10 orang dan ada juga yang kurang dari 5 orang. Itu merupakan fakta yang tak terbantahkan, karena gereja-gereja bertumbuh dan berkembang tidak hanya di daerah perkotaan yang memiliki banyak anak-anak. 

Sangat banyak gereja-gereja kecil dan berada di pelosok negeri memiliki anak-anak yang sedikit, namun tetap membuka  sekolah minggu. Hal ini bukan soal tentang sedikit banyaknya jumlah anak yang mengikuti sekolah minggu dan katekisasi, tetapi lebih pada persoalan bahwa ibadah setiap warga negara  tidak perlu diatur oleh pemerintah.

Sejarah sekolah minggu dimulai ketika seorang wartawan surat kabar di Inggris, Robert Raikes, dan sekitar abad 18 ia melihat banyak anak-anak yang kerja sebagai buruh pabrik, mulai hari senin hingga hari sabtu. 

Namun, sungguh miris ketika ia melihat anak-anak itu pada hari minggu hidup menghabiskan uang, berjudi dan bermabuk-mabukan. Singkat cerita, Raikes membuka kelas sekolah pada hari minggu untuk mengumpulkan anak-anak tersebut, sehingga tidak hidup berantakan seperti sebelumnya, dan dia mengajarkan mereka tentang kekristenan.

Sekolah minggu dilaksanakan karena ada kebutuhan mendalam bagi gereja untuk memperkuat iman anak-anak sejak kecil, dan kegiatan sekolah minggu sama sekali tidak dipungut biaya! Karena itu merupakan ibadah bagi mereka.  Sekolah minggu merupakan fondasi utama gereja, karena pemahaman bahwa masa depan gereja ada di tangan anak-anak.

Begitu juga dengan katekisasi yang merupakan wadah pembelajaran tentang iman kristiani kepada setiap orang Kristen sebelum ia mengaku percaya maupun dibaptis. Dalam proses ini mereka diperlengkapi untuk menghayati imannya hingga dapat sampai pada level praktis untuk dilakukan dalam kehidupan setiap hari, baik dalam keluarga, bermasyarakat dan bernegara.

Sekolah minggu dan katekisasi  dilaksanakan oleh gereja sebagai bentuk tanggung jawab dalam memelihara iman mereka, sehingga mereka bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang berkualitas dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun