Mohon tunggu...
Eleksio Pattiasina
Eleksio Pattiasina Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Life is Short

Berbagi selama hidup di dunia dan berkarya selama masih bisa menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bule Mengais Sampah, di Mana Hatimu Hai Manusia?

23 Oktober 2018   15:41 Diperbarui: 28 Oktober 2018   12:56 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bule juga manusia. Sebagai orang timur terkadang kita menganggap bahwa orang Eropa atau Barat selalu identik dengan kemewahan, sebaliknya orang Asia atau Timur identik dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. 

Apa yang menyebabkan kita mempunyai paradigma demikian? Suatu paradigma terbentuk ketika alam bawah sadar kita dibentuk oleh kebiasaan-kebiasaan masa lampau, bahkan dipengaruhi oleh sejarah kehidupan orang tua bahkan moyang kita yang mengalaminya. 

Mereka mengalami dan menuturkan kepada anak-anak dan keturunannya, dan itulah yang disebut sebagai memori kolektif dalam suatu masyarakat terbentuk. Dari situlah kebiasaan tutur kata, perilaku, gaya hidup, dan etos kerja terbentuk.

Sebagai orang Asia atau Timur, khususnya sebagai orang Indonesia kita mengalami banyak proses internalisasi budaya. Ketika penjajah datang, yakni Portugis, Spanyol, Belanda, Perancis, Inggris dan Jepang, maka perlahan-lahan banyak nilai-nilai yang tergerus dalam masyarakat. 

Terutama tentang status sosial dalam masyarakat yang kita tahu bahwa pada zaman lampau penjajah datang dengan segala kekuasaan dan kemewahannya, sehingga menyebabkan perasaan minder dalam kehidupan masyarakat. 

Perasaan itu tinggal dalam alam bawah sadar masyarakat, dan menjadi satu paradigma bahwa Londo (Belanda atau orang Barat) itu orang kaya sedangkan kita orang miskin.

Hal ini yang viral sekarang di media sosial ketika ada seorang bule yang terekam video sedang mengais sampah untuk mencari makan di pantai Sanur Bali. Mengapa bisa menjadi viral? 

Saya melihat dari sudut pandang lain, yakni bahwa rasa solidaritas sebagian orang Indonesia sekarang semakin rendah dibandingkan pada masa lampau. Mungkin ada yang menganggap bahwa ternyata bule zaman sekarang banyak yang miskin, dan sepatutnya dibiarkan seperti itu.

Kita sebagai orang Indonesia yang menjadi tuan rumah dalam menyambut tamu-tamu dari luar (turis) seharusnya mempunyai kepekaan terhadap manusia yang sedang kesusahan. Hal ini tidak lagi memandang apakah dia Bule atau bukan, karena ini sudah pasti melibatkan sisi kemanusiaan kita.


Andaikan saja ada saudara kita yang berada di luar negeri kemudian ditelantarkan karena dia adalah orang Asia atau Timur, bagaimana perasaan kita? Pasti kecewa dan marah pada orang-orang yang hanya ingin eksis dan viral di dunia maya, tanpa ada perasaan welas asih (baca: berbelas kasih, simpati, dan empati).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun