Mohon tunggu...
Elang Salamina
Elang Salamina Mohon Tunggu... Petani - Serabutan

Ikuti kata hati. Itu saja...!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jujur, Kali Ini Salut dan Dua Jempol buat Anies! Risma Pasti Jiper

1 Februari 2021   20:33 Diperbarui: 1 Februari 2021   20:53 1698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


DI ANTARA sekian banyak kepala daerah di Indonesia, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan tak dipungkiri paling banyak menyita perhatian. Baik itu oleh awak media massa, maupun publik tanah air. 

Tentu saja, menyita perhatiannya Anies bukan tanpa alasan. Ada banyak faktor yang menjadi pemantiknya. Sebut saja, dia adalah sebagai kepala daerah ibu kota negara, yang tentu segala gerak-geriknya sangat mudah dipantau para kuli tinta. Akibatnya, publikasi tentang dirinya jauh lebih sering dibanding kepala daerah lain. 

Selain itu, gaya kepemimpinan Anies agak sedikit nyeleneh. Dia bukan tipikal pemimpin yang gampang manut terhadap kebijakan pemerintah pusat. Ada kalanya, kebijakan yang diambil bertolak belakang. Bahkan, tak jarang atas sikapnya itu membuat gaduh konstelasi politik tanah air. 

Terakhir, kinerja Anies Baswedan dinilai sebagian kalangan lebih banyak bermain pencitraan, dan hanya pintar menata kata. Maka, tak urung menjadi gunjingan, terutama oleh pihak-pihak yang selama ini tidak menyukainya. 

Kendati demikian, dalam dunia politik segala perhatian dan gunjingan tersebut tanpa disadari telah menguntungkan Anies. Dia mendapatkan iklan dan promosi gratis, hingga popularitasnya meningkat. 

Saya yakin, siapapun bakal tau siapa itu Anies Baswedan. Tapi, coba kalau ada yang nanya nama gubernur Sulawesi Barat, mungkin kita akan berpikir dulu sejenak. Atau bahkan tidak tahu sama sekali. 

Kembali ke Anies. Banyak pihak yang menganggap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini tidak cukup cakap menjadi seorang pemimpin ibu kota. 

Bahkan, ada pihak yang mengatakan, Anies ini dipaksakan untuk jadi gubernur, hanya kerena ada kelompok yang tidak senang dengan gubernur yang menjabat saat itu. Namun, mau bilang apa, inilah takdir. Anies gubernur DKI saat ini, tidak peduli apakah kita senang atau tidak, eksistensinya telah diakui oleh negara. 

Dari semenjak dilantik hingga hari ini, Anies identik dengan gubernur yang sangat pintar dalam menata kalimat. Pokoknya, dibanding kepala daerah lain, Anies itu unik. Cara dia ngeles, cara membalikkan pertanyaan, caranya membolak-balikan logika, saya akui cukup bagus. 

Ini sudah terlihat saat dia memilih istilah-istilah lain untuk kebijakannya, seperti naturalisasi sungai yang katanya beda dengan normalisasi sungai, rumah lapis yang katanya beda dengan rumah susun, rumah DP nol rupiah yang sempat beberapa kali mengalami revisi deskripsi dan judul. Meski begitu, kehebatan penataan kata ini tak berbanding lurus dengan kemampuannya menata kota. 

Dari sekian banyak narasi yang dilontarkan Anies, baru kali ini saya merasa salut dan sangat setuju dengan kata-katanya. Anies memang hebat. Top markotop. 

Mau tahu apa yang dikatakannya? Baiklah. Ini berawal saat Anies bercerita bahwa Jakarta sering diidentikkan dengan kota macet pada acara 'Launching Buku Potret Jakarta 2020: Kolaborasi Melawan Pandemi'. Dengan tegas, dia menolak anggapan tersebut. 

Dikutip dari Kompas.com, Anies mengatakan apabila tidak ingin terjebak macet di Ibu Kota, warga sebaiknya melakukan perjalanan pada pukul 02.00 dini hari. 

"Jakarta jam 2 pagi itu sepi, kalau mau bebas macet jalan lah jam 2 pagi, enggak ada kendaraan di situ," kata Anies dengan sedikit bercanda, Sabtu (30/1). 

Masih dikutip dari Kompas.com, Anies mengatakan, Jakarta seringkali diasosiasikan sebagai kota dengan tingkat kemacetan yang tinggi. Ruas jalan di Jakarta kerap diwarnai kemacetan. 

Namun kondisi berbeda tampak saat Jakarta menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk memutus rantai penularan Covid-19 pada April dan Mei 2020. 

Saya yakin dan percaya, pernyataan Anies tersebut hanya guyon. Namun, saya tidak pernah membayangkan jawaban seperti itu bakal meluncur deras dari seorang Anies Baswedan. 

Saya sendiri kalau ditanya, mungkin tidak akan terpikirkan jawaban seperti itu. Logis dan masuk akal. Memang kenyataannya semua kota pasti ada jam sepinya, biasanya tengah malam sampai menjelang subuh. 

Untuk itu, kenapa saya bilang salut dan kagum. Sungguh jawaban super cerdas. Sebab, Anies benar-benar pintar membelokkan anggapan Jakarta macet dengan balasan Jakarta bebas macet jam 2 pagi. 

Hanya saja, kemampuan ini sangat tidak pada tempatnya. Pantasnya, jawaban tersebut keluar dari warga sipil biasa yang sedang nongkrong di warung kopi. Terus, kalau orang sunda bilang sambil ngadu bako alias merokok tembakau yang dilinting pahpir. 

Jawaban cerdas Anies tersebut saya rasa sebagai wujud rasa bingung dan tidak tahu harus menjawab apa. Dia tidak memiliki solusi untuk atasi kemacetan. Maka, jalan satu-satunya dibelokkan ke arah candaan. 

Dengan bekal kecerdasan ini, boleh jadi ke depannya Anies telah siap dengan jawaban smart lain, bila ada pihak-pihak yang bertanya soal banjir. Kira-kira apa, ya? Oh, ya. Mungkin Anies akan mengatakan, "Jakarta tidak banjir, kok. Datang aja pas musim kemarau, pasti tidak banjir." Cerdas, bukan? 

Dalam mengolah kata-kata, Anies memang jagonya. Jujur, Mensos Tri Rismaharini yang katanya telah disiapkan PDI-P jadi Gubernur DKI Jakarta bakal jiper, dan pasti kalah melawannya. Sebab, mantan Wali Kota Surabaya hanya tahu bagaimana bekerja dengan aksi nyata. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun