Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ternyata, 13 Dokter Indonesia Meninggal Akibat Covid-19

2 April 2020   21:56 Diperbarui: 2 April 2020   22:26 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DALAM kondisi mewabahnya virus corona (covid-19) peranan dokter atau tenaga medis di negara manapun menjadi teramat penting. Mereka adalah pejuang garda terdepan dalam memerangi penyebaran virus yang sudah layaknya malaikat pencabut nyawa ini.

Sengaja penulis menggambarkan virus asal Wuhan, Provinsi Hubei, China ini sebagai malaikat pencabut nyawa, sebab nyatanya sejak awal ditemukan pada penghujung bulan Desember 2019 lalu, hingga hari ini Kamis (2/4/20) seperti dilansir Kompas.com, korban meninggal akibat virus ini mencapai 19, 47.303 orang, tersebar di seluruh dunia.

Kembali pada dokter dan petugas medis, dipastikan dengan adanya pandemi virus corona ini menjadikan tugas mereka penuh dengan resiko. Karena, tugasnya yang selalu berdekatan dengan pasien-pasien positif, kemungkinan tertular menjadi sangat besar.

Tidak hanya tertular, resiko yang harus dihadapi para dokter dan tenaga medis lainnya ini adalah kematian. Dan ini sudah terbukti diberbagai negara. Bahkan, orang yang dianggap pertama kali menemukan virus corona, Dokter Li Wen Liang pun tak luput dari korbannya.

Lalu, bagaimana dengan para dokter.dan tenaga medis di Indonesia?

Setali tiga uang dengan nasib para dokter dan tenaga medis lainnya, di tanah air pun tidak kalah tragis.

Setidaknya, hingga hari ini Kamis (2/4/20) sudah ada 13 dokter yang dinyatakan telah meninggal dunia. Ini jelas sangat menyedihkan sekaligus mengarukan. Demi menjalankan  tugas dan profesionalitasnya mereka rela mengiorbankan nyawanya.

Seperti dilansir Kompas.com, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng M Faqih, ada dua hal yang mengakibatkan seorang dokter atau tenaga medis dapat terinfeksi virus corona.

Pertama, tenaga medis tersebut tertular pasien yang tidak mengetahui bahwa pasien yang ditangani positif Covid-19, sehingga mereka menjadi kurang waspada. Sedangkan yang kedua diakibatkan minimnya alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar dan memadai untuk digunakan tenaga medis selama menangani pasien.

Masih dilansir Kompas.com,  Daeng berharap pemerintah dapat lebih terbuka terkait data pasien.

"Kedua, kontinuitas penyediaan APD," ujarnya.

Ironis memang, di saat para dokter dan tenaga medis lainnya sedang benar-benar dibutuhkan tenaga dan kehadirannya, justru tidak mendapatkan perlindungan yang memadai.

Jelas, peristiwa tragis ini jangan sampai terjadi lagi terhadap para dokter di tanah air maupun di dunia. Sebab merekalah yang kita harapkan untuk menangani pasien-pasien yang jumlah globalnya sudah mendekati angkat satu juta jiwa.

Sementara di Indonesia sendiri, menurut rilis data pemerintah yang disampikan Juru Bicara Khusus penanganan virus corona, Achmad Yurianto, jumlah kasus positif covid-19 hingga Kamis (2/4/20) sebanyak 1.790 orang dengan 170 diantaranya meninggal dunia dan 112 orang telah dinyatakan sembuh.

Stigma Buruk di Masyarakat

Kisah sedih dan mengharukan yang terjadi pada para dokter dan tenaga medis ini tidak hanya terjadi hahya karena sudah meninggal dunia saja. Tapi juga terjadi terhadap dokter dan tenaga medis yang saat ini tengah berjuang keras menangani pasien positif covid-19.

Beberapa waktu lalu sempat viral tentang perlakuan tidak sepatutnya dari masyarakat terhadap perawat dan dokter yang menangani pasien positif virus corona.

Ya, dalam hal ini para perawat dan dokter ini diusir oleh masyarakat di rumah kosnya dengan alasan takut terpapar virus lalu menularkannya di lingkungan sekitar.

Di satu sisi kita tidak bisa menyalahkan masyarakat karena mungkin mereka juga ketakutan dan khawatir. Hanya saja caranya tidak elok dan tidak berprikemanusiaan. Padahal para tenaga medis ini telah mendarmakan dirinya dengan penuh resiko.

Hamdalah, peristiwa ini direspon positif oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Dia menyediakan hotel milik BUMD Jakarta sebagai tempat penginapan sementara para tenaga medis yang merawat pasien covid-19.

Tentu saja dengan adanya bantuan ini diharapkan bisa sedikit meringankan bebannya. Setidaknya mereka bisa melepaskan penatnya dengan tenang.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun