Fakta bahwa manusia adalah makhluk sosial menjadikan manusia harus selalu melakukan interaksi kepada sesamanya yang didasari oleh adanya keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya dan menjadi satu dengan suasana alam di sekelilingnya (Soekanto, 1990). Hal ini menjadikan adaptasi diri dengan lingkungan kampus merupakan hal yang "wajib" bagi para mahasiswa baru. Perubahan lingkungan yang begitu drastis dari dunia sekolah dengan kampus membuat para mahasiswa baru harus mampu beradaptasi untuk dapat mengatasi tekanan lingkungan untuk bertahan hidup dengan dunia perkuliahan.
Menurut Tinto (dalam Olani, 2009) tahun pertama perkuliahan adalah periode transisi yang sangat penting, dimana masa ini adalah waktu bagi para mahasiswa baru untuk meletakkan pondasi yang selanjutnya akan mempengaruhi keberhasilan akademik mereka. Pergaulan yang terjadi antar mahasiswa juga akan menghasilkan pandangan-pandangan mengenai kebaikan dan keburukan yang kelak akan memengaruhi cara dan pola berpikir seseorang (Soekanto, 1990).
Dalam proses penyesuaian diri ini, masalah yang kerap kali dijumpai dapat berupa masalah akademik maupun non-akademik. Masalah akademik yang sering dialami oleh para mahasiswa baru umumnya terkait dengan proses pembelajaran yang berbeda di sekolah dengan di kampus, materi pelajar yang sulit, menurunnya nilai IPK, hingga perasaan "salah jurusan." Selain masalah akademik, masalah lainnya yang dialami selama proses penyesuaian yaitu masalah dengan lingkungan sosial di perguruan tinggi (Nurfitriana, 2016).
Dengan hal-hal baru yang terdapat di lingkungan yang berubah ini, diperlukan kesiapan psikologis maupun sosial agar para mahasiswa baru dapat menyesuaikan diri dengan baik. Penyesuaian diri ini menuntut kemampuan mahasiswa untuk dapat hidup dan bergaul secara wajar terhadap lingkungannya (Willis dan Sofyan, 2005). Apabila seorang remaja mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dari sekolah ke lingkungan kampus, hal ini dapat menghambat perkembangan sosial di lingkungannya. Hal tersebut bahkan dapat membuat mahasiswa baru menjadi putus sekolah karena ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri dan beradaptasi di perguruan tinggi (Mudhovozi, 2012).
Oleh karena itu, penelitian sosiologi yang kami lakukan mengusung tema yang berlandaskan permasalahan ini untuk mengetahui bagaimana para mahasiswa baru S1 FKM UI angkatan 2019 menghadapi perubahan lingkungan dan melakukan penyesuaian diri. Penelitian ini berfokus pada persepsi para mahasiswa baru terhadap lingkungan kampus, kendala yang mereka hadapi, hingga bagaimana cara mereka menghadapi berbagai kendala yang ada dan beradaptasi dengan lingkungan kampus.
Berdasarkan hasil dari 11 sampel yang kami dapatkan, umumnya para mahasiswa baru ini merasa senang dan tertantang dengan adanya berbagai perubahan di lingkungan baru di kampus ini. Namun ada pula yang merasa bingung dan sedikit kaget dengan budaya yang ada di dunia perkuliahan, khususnya FKM UI. Kendala yang dihadapi pun beragam dari kendala akademik seperti jadwal perkuliahan yang padat dan sistem pembelajaran yang berbeda, hingga kendala non akademik seperti perbedaan bahasa, keharusan untuk berinteraksi beradaptasi dengan banyak orang baru yang beragam, hingga kendala terkait lingkungan pertemanan sosial yang dianggap "berkubu" atau membentuk kelompok kecil yang dilatar belakangi oleh kesamaan asal daerah.
Namun kendala sosial ini diakui oleh para responden dapat diatasi dengan baik melalui komunikasi yang baik dengan frekuensi yang sering. Kendala bahasa tidak terlalu menjadi soal, karena para mahasiswa baru dapat berkomunikasi dengan baik dalam Bahasa Indonesia, meski berasal dari daerah yang berbeda-beda. Para mahasiswa pun mengaku sangat senang dengan respon teman-temannya yang sangat ramah dan welcome ketika berkomunikasi meski berasal dari daerah yang berbeda. Hal ini yang memacu para mahasiswa baru untuk terus berkomunikasi dengan sesamanya untuk membangun hubungan dan atau relasi yang baik serta mempelajari budaya dari berbagai daerah yang berbeda. Keberhasilan para responden dalam menangani masalah sosial ini juga didukung oleh pandangan responden yang menyatakan bahwa "Jika manusia tidak menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan lingkungan sekitar, maka akan muncul masalah sosial."
Dalam beradaptasi dengan lingkungan perkuliahan, para mahasiswa berusaha untuk lebih sering berkomunikasi dan bersikap terbuka dan kooperatif, serta menjalani dengan positif setiap hal yang terjadi. Ada juga mahasiswa yang bertanya dan meminta nasihat kepada kakak tingkat mengenai bagaimana cara agar dapat lebih cepat dan mudah beradaptasi dengan lingkungan kampus, dan ada pula mahasiswa yang berusaha untuk sebisa mungkin membantu banyak orang dan membangun relasi. Hal ini tentu sangat berhubungan dengan persepsi para mahasiswa baru terkait lingkungan FKM UI sebagai lingkungan yang sangat mendukung untuk dapat mengembangkan diri mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Para mahasiswa baru mengaku, lingkungan sosial di FKM UI berpengaruh positif terhadap motivasi belajar mereka. Salah satu alasan utamanya adalah teman-teman yang sangat suportif dan memotivasi, serta intensitas belajar berkelompok yang cukup tinggi. Faktor lainnya adalah rasa solidaritas yang tinggi serta saling membantu antar sesama mahasiswa baru sehingga tidak ada yang tertinggal dan merasa ditinggalkan. Hal-hal inilah yang juga membantu para mahasiswa baru untuk dapat lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial di universitas.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cara para mahasiswa baru menyesuaikan diri dalam kehidupan kampus adalah melalui interaksi sosial yang baik dan intens kepada teman-teman sebayanya maupun kepada kakak tingkat atau senior. Hal ini menjadi salah satu cara utama dalam mengatasi berbagai perbedaan-perbedaan yang dirasakan oleh para mahasiswa baru, seperti perbedaan budaya dan bahasa. Adanya interaksi sosial yang bersifat asosiatif berupa kerjasama dalam bentuk kooptasi, memungkinkan terjalinnya hubungan sosial yang baik antar para mahasiswa baru, sehingga proses penyesuaian diri dapat lebih mudah dilakukan.
Dalam penelitian ini, mahasiswa baru FKM UI memiliki caranya masing-masing untuk menyesuaikan diri. Tidak ada kendala berarti yang mereka hadapi dalam beradaptasi di lingkungan kampus. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa masa transisi dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi khususnya universitas merupakan masa yang penting dalam tahap perkembangan seorang individu. Menyandang sebutan sebagai mahasiswa memiliki dampak tersendiri bagi individu tersebut. Tuntutan dan juga harapan lingkungan sekitar akan apa yang seharusnya dilakukan dan dicapai oleh seorang mahasiswa merupakan salah satu tantangan terbesar yang membutuhkan penyesuaian diri di beberapa area. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa baru untuk melewati proses penyesuaian diri dengan baik.