Juni bukan bulan biasa. Bagi bangsa Indonesia, ini adalah bulan penuh sejarah: 1 Juni Hari Lahir Pancasila, 6 Juni hari lahir Bung Karno,
dan 21 Juni hari wafatnya sang proklamator. Semuanya berkaitan erat dengan fondasi kebangsaan Indonesia.
Namun di tahun 2025 ini, kita tak bisa hanya berhenti pada seremoni. Dunia sudah berubah. Kita hidup di era kecerdasan buatan, media
sosial, dan disrupsi digital. Pertanyaannya: bagaimana semangat kebangsaan bisa tetap hidup di tengah gelombang teknologi?
"Bangunlah Jiwanya, Baru Bangun Raganya"
Bung Karno sering mengingatkan:
"Bangunlah jiwanya, baru bangun raganya."
Dalam konteks hari ini, mungkin kalimat itu bisa dimaknai: sebelum membangun kecanggihan sistem, bangun dulu mentalitas dan karakter penggunanya.
Kita sedang membangun kota pintar, kampus digital, bahkan masyarakat 5.0. Tapi apakah kita sudah membangun manusia Indonesia yang merdeka dalam berpikir, beretika, dan bermedia?
Teknologi: Alat Kemajuan atau Alat Penjajahan Baru?
Di satu sisi, teknologi membuka banyak kemudahan. Informasi cepat, pekerjaan efisien, peluang usaha terbuka lebar. Tapi di sisi lain, kita dihadapkan pada tantangan baru: polarisasi media sosial, hoaks yang merajalela, budaya instan, hingga kecanduan layar.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!