Mohon tunggu...
Eko Halim Santoso
Eko Halim Santoso Mohon Tunggu... Plt Direktur Yayasan Peguruan 17 Agustus 1945 Surabaya

Saya adalah seorang profesional di bidang teknologi informasi yang telah berpengalaman lebih dari 10 tahun dalam pengembangan sistem, manajemen proyek digital, dan inovasi teknologi untuk institusi pendidikan dan dunia industri. Saat ini saya menjabat sebagai Direktur di Universal Informasi Teknologi serta plt Direktur di Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus 1945 Surabaya (YPTA 1945). Di luar aktivitas profesional, saya aktif menulis tentang transformasi digital, kepemimpinan teknologi, pengembangan sumber daya manusia, dan isu-isu strategis dalam dunia pendidikan. Saya percaya bahwa berbagi pengetahuan adalah salah satu bentuk kontribusi nyata untuk membangun ekosistem digital yang lebih baik di Indonesia. Melalui Kompasiana, saya berharap bisa berbagi sudut pandang, pengalaman, dan gagasan-gagasan yang mampu memberikan nilai tambah bagi pembaca, serta membuka ruang diskusi yang sehat dan membangun.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Juni, Bung Karno, dan Tantangan Kebangsaan di Era Digital

19 Juni 2025   07:00 Diperbarui: 18 Juni 2025   15:02 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Juni bukan bulan biasa. Bagi bangsa Indonesia, ini adalah bulan penuh sejarah: 1 Juni Hari Lahir Pancasila, 6 Juni hari lahir Bung Karno,

dan 21 Juni hari wafatnya sang proklamator. Semuanya berkaitan erat dengan fondasi kebangsaan Indonesia.

Namun di tahun 2025 ini, kita tak bisa hanya berhenti pada seremoni. Dunia sudah berubah. Kita hidup di era kecerdasan buatan, media

sosial, dan disrupsi digital. Pertanyaannya: bagaimana semangat kebangsaan bisa tetap hidup di tengah gelombang teknologi?

"Bangunlah Jiwanya, Baru Bangun Raganya"

Bung Karno sering mengingatkan:

"Bangunlah jiwanya, baru bangun raganya."

Dalam konteks hari ini, mungkin kalimat itu bisa dimaknai: sebelum membangun kecanggihan sistem, bangun dulu mentalitas dan karakter penggunanya.

Kita sedang membangun kota pintar, kampus digital, bahkan masyarakat 5.0. Tapi apakah kita sudah membangun manusia Indonesia yang merdeka dalam berpikir, beretika, dan bermedia?

Teknologi: Alat Kemajuan atau Alat Penjajahan Baru?

Di satu sisi, teknologi membuka banyak kemudahan. Informasi cepat, pekerjaan efisien, peluang usaha terbuka lebar. Tapi di sisi lain, kita dihadapkan pada tantangan baru: polarisasi media sosial, hoaks yang merajalela, budaya instan, hingga kecanduan layar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun