Hai sobat Kang_Eko yang berbahagia, apakah sobat pernah mencicipi makanan khas dan unik bernama "gemblong"? Di daerah Jawa Tengah khususnya di daerah Kabupaten Tegal, gemblong ini berbahan dasar singkong yang gurih dan manis. Namun, dibalik kenikmatan gemblong singkong yang gurih-manis, tersimpan pelajaran berharga tentang kerja sama, kesabaran, dan rasa syukur. Yuk, simak bagaimana kue tradisional ini bisa menjadi alat ampuh untuk pendidikan karakter di sekolah dasar.
Sobat,
Gemblong singkong adalah salah satu kue tradisional Indonesia yang terbuat dari singkong parut, kelapa, dan gula merah. Kue ini memiliki tekstur garing di luar dan lembut di dalam, dengan rasa manis yang khas. Pembuatan gemblong singkong melibatkan beberapa tahap, mulai dari mengupas dan memarut singkong, mencampur adonan, menggoreng, hingga melapisi dengan gula merah. Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sekolah dasar, karena melibatkan proses kreatif dan kerja kelompok. Dalam konteks pendidikan karakter, siswa belajar nilai kedisiplinan dengan mengikuti langkah-langkah pembuatan secara runtut, serta tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Â
Sobat,
Selain aspek keterampilan, pembuatan gemblong singkong juga mengajarkan siswa tentang kesabaran dan ketekunan. Proses menguleni adonan hingga menggorengnya membutuhkan waktu dan ketelitian, sehingga siswa belajar untuk tidak terburu-buru dan menghargai proses. Guru dapat memanfaatkan momen ini untuk menanamkan nilai kehati-hatian, terutama saat menggunakan kompor atau minyak panas. Selain itu, ketika siswa bekerja dalam kelompok, mereka secara tidak langsung melatih kerja sama dan komunikasi, seperti membagi tugas, saling membantu, dan menghargai pendapat teman. Hal ini sejalan dengan penguatan Pendidikan Pancasila, khususnya nilai gotong royong dan toleransi. Â
Sobat,
Kegiatan memasak gemblong singkong di sekolah juga dapat menjadi sarana untuk mengajarkan hidup sederhana dan bersyukur atas apa yang Tuhan Maha Esa berikan. Siswa diajak mengenal bahan-bahan lokal yang mudah ditemui, sehingga mereka belajar menghargai kekayaan alam Indonesia. Setelah kue selesai dibuat, guru dapat mengajak siswa berdiskusi tentang pentingnya berbagi, misalnya dengan membagikan hasil karya mereka kepada teman atau guru. Dengan demikian, pembelajaran tidak hanya berfokus pada produk akhir, tetapi juga pada pembentukan karakter seperti empati, kemandirian, dan rasa syukur. Integrasi antara pembelajaran prakarya dan nilai-nilai kehidupan ini membuat pendidikan karakter lebih bermakna dan aplikatif bagi siswa sekolah dasar. Itulah beberapa informasi yang dapat Kang_Eko rangkum dan sampaikan. Semoga menambah khazanah keilmuan dan bermanfaat bagi semuanya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI