Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Inspirasi Nila Farm #3: Membaca Peluang Budidaya Nila

19 Januari 2022   15:23 Diperbarui: 19 Januari 2022   15:33 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inspirasi Nila Farm #3 dokpri Sam oke

Selamat datang pada Diskusi Ngobrol Perkara Ikan Bersama Sam Oke, inspirasi Nila Farm seri budidaya Bioflok #3 dengan Tema Membaca Peluang Budidaya Nila. Sebelum membaca, ikuti artikel saya sebelumnya di link berikut 
---------------------------------

Diantara sekian banyak peluang usaha disektor budidaya, ikan nila merupakan pilihan bijak dibanding budidaya ikan yang lain. Ikan nila, khususnya ikan nila merah jadi pilihan untuk dibudidayakan di kampung Nila Slilir, Kelurahan Bakalan Krajan Kota Malang.

Sebelum memutuskan apakah harus budidaya nila, gurami, lele, patin atau  udang, yang harus dipikirkan adalah hal hal sebagai berikut, karena ini adalah titik awal parameter sukses tidaknya sebuah usaha berbasis budidaya. Berikut  parameter sukses entrepreneur berbasis budidaya, selamat membaca, semoga menginspirasi

1. Tujuan Budidaya.

Kenapa tujuan ditanyakan, karena tujuan adalah parameter dasar dari sukses yang ingin dicapai. Jika dasarnya tidak punya tujuan, atau hanya ikut ikutan, ybs tidak akan pernah punya proyeksi kedepan mau seperti apa. Tidak ada kemauan belajar dan tidak ada kemauan meningkatkan kapasitas usahanya. 


Standar SOP yang sudah ditetapkan berdasarkan riset para ahli diabaikan, diganti tehnik budidaya eksperimen menurut kata orang dan cenderung suka suka gue. Pertanyaannya adalah, kapan sukses diraih, jika sepanjang hidup terus bereksperimen? Satu pengalaman baru, secara teknis belum menunjukan hasil, tapi sudah bereksperimen cara baru.

Jika ada trouble teknis budidaya, mereka komplin dan menyalahkan pihak lain tanpa mau introspeksi diri. Jika diberi tahu cara budidaya yang baik, mereka membantah dan bersikap seolah olah paling tahu. Mereka sulit diajak berubah menuju kemajuan. Orang orang ini akan mengganggu jika budidaya dikerjakan secara kelompok. Mereka tidak punya niat dan tujuan yang jelas untuk apa ikut ikutan berbudidaya.

Di kelompok kedua, tujuan budidaya adalah Hobby semata. Yang penting senang dan jadi arena rekreatif. Mereka tidak memperhitungkan cost yang dikeluarkan. Saat bosan, mereka berhenti berbudidaya nila, dan berganti ke Hobby yang mereka senangi. Mereka tidak menghitung masa budidaya, bobot ikan, FCR, jumlah pakan dan segala teknis lainnya. 

Mereka masih mau belajar meningkatkan kapasitas dengan meningkatkan nilai panen. Mereka adalah Segmen yang bisa ditingkatkan kapasitasnya menuju skala bisnis budidaya. Namun karena latar belakang mereka adalah Hobby dan dari segi finansial mereka sudah mumpuni dan mereka punya kesibukan di dunia bisnis yang lain, peluang bisnis di budidaya nila dianggap kurang prospektif. Namun dari para penghobby ikan inilah bisa ditingkatkan kapasitasnya, jika dia punya kemampuan membaca peluang.

Kelompok ketiga, adalah mereka yang berbudidaya untuk ketahanan pangan dan peningkatan gizi keluarga. Saat tak punya lauk, ikannya digoreng atau diolah jadi masakan, terutama untuk kepentingan gizi dan bahan pangan keluarga. Jika panen berlebih, hasil panen diberikan tetangga, kerabat dan saudara. Mereka punya proyeksi untuk menjual tapi dalam skala kecil dan tidak profesional, dalam arti masih ewuh pakewuh. 

Seolah bisnis ini barang tabu karena skala kecil, tentu keuntungannya juga tipis. Mereka menganggap Budidaya hanya dipandang dalam skala rumahan dengan pola pikiran sempit mau dijual ke mana dan tidak pernah berpikir ekspansi bisnis karena dianggap menambahi pekerjaan.

Kelompok ke empat, adalah kelompok pendidikan atau edukasi budidaya. Sekolah atau pondok pesantren yang mengenalkan seni budidaya pada murid atau santri, agar setelah lulus mengenal prospek wirausaha berbasis budidaya.

Dan kelompok terakhir adalah mereka yang bisa mengelola peluang menjadi wirausaha yang menguntungkan, bisa membuka lapangan kerja dan memperoleh penghasilan.

2. Pemetaan potensi pangsa pasar

Inti seorang entrepreneur itu harus bisa membaca potensi pasar. Semua orang pasti bisa berbudidaya hingga panen, sekalipun tidak efektif karena tidak tahu cara budidaya dan bagaimana teknis efisien cepat panen.

Kendalanya, saat panen, apakah mereka bisa menjual? Kepada siapa harus dijual? Para tengkulak? Atau bukak lapak sendiri dipasar? Banyak para pembudidaya bisa panen, ternyata tidak punya kemampuan menjual. 

Mereka memasrahkan panennya kepada tengkulak dengan harga murah. Yang penting panen dan laku, tanpa berpikir berapa ongkos pakan dan biaya lainnya selama masa budidaya. Jika dipikir logis cara tersebut sangat merugikan. Bagaimana usaha bisa berjelanjutan jika hasil panen dijual murah dibawah standar pasar dengan biaya operasional sangat tinggi.

3. Memilih Budidaya dan sistemnya Apa

Kita bisa memilih budidaya apa dengan melihat YouTube. Tapi sebelum memastikan,  kita harus bijak dengan mengukur kemampuan, potensi pasar dan cara budidayanya bagaimana. 

Di YouTube memang tersedia video tutorial, namun tak semua bisa kita adopsi alias kita telan mentah mentah. Ada banyak faktor yang harus diperhatikan, misal modal usaha, ketersediaan bibit, faktor alam seperti air dan suhu udara.

Beberapa teman memilih lele, karena bisa diberi makanan tambahan dan mudah didapat. Namun setelah panen, seluruh pasar lele dikuasai tengkulak dan harga jual mengikuti harga tengkulak. 

Kolam bioflok lele juga menimbulkan pencemaran udara, warga sekitar kolam banyak yang komplain, karena bau. Belum lagi kualitas daging lele yang dikasih makan sembarang, termasuk ayam tiren, secara kualitas dan higienis tidak bisa diterima oleh standar restoran, apalagi untuk tujuan eksport. Dan saat waktu panen lele tidak dipanen, praktis lele akan makan memakan, karena lele bersifat kanibal. 

Jika dihitung waktu, budidaya lele menyita banyak waktu, seperti memisah lele berdasarkan bobot dan hal teknis lainnya. Itulah kenapa di kampung Nila Slilir memilih budidaya nila bioflok. Kenapa harus nila merah bioflok? Karena kolam tidak berbau, hemat pakan full pelet sehingga kualitas daging nila higienis, fcr pakan bisa ditekan dibawah 1,1 artinya 1 kg pakan, menghasilkan 1 kg daging ikan. 

Sistem budidaya pembesarannya mudah dengan hasil panen dijamin tidak bau tanah. Disana fokus pada nila merah, karena pangsa pasar nila merah lebih berkelas dan lezat saat diolah. 

Hal hal seperti ini perlu diperhatikan oleh pembudidaya baru, karena output panen adalah kunci sukses budidaya. Kualitas harus dijaga agar harga product bisa menembus segmen pasar yang berkelas. 

Tujuannya para pembudidaya menghasilkan panen berkualitas dan higienis, tidak sembarang panen atau asal pokoke panen, tapi hasil panen tidak diterima direstoran dengan harga pantas dan akhirnya ditampung tengkulak dengan harga murah.

 Wirausaha harus sama sama untung dan memberikan kesejahteraan pada para pembudidaya. Budidaya apapun, termasuk nila atau lele pasti punya cara dan trik agar output akhir, tetap memberikan keuntungan sesuai tujuan. 

Banyak yang sukses budidaya lele dengan kapasitas eksport, tentu mereka menguasai maping pangsa pasar dan menjaga kualitas panennya. Untuk skala rumahan dengan lahan sempit dan modal terbatas, kolam terpal nila bioflok bisa jadi solusi. Apapun jenis budidaya anda, terserah pada keputusan akhir pilihan anda. 

Demikian tiga hal pertimbangan awal sebelum terjun secara profesional dalam dunia entrepreneur budidaya ikan. Semoga menginspirasi dan selamat membaca artikel Sam Oke selanjutnya.

Salam sukses.

Malang, 19 Januari 2022
Oleh Eko Irawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun