"Angka tak pernah berbohong." Tapi manusia di balik angka bisa menyulapnya sesuka hati.
Sebagai seorang praktisi statistik dan konsultan riset, saya sering mendapati dilema yang barangkali dirasakan juga oleh banyak peneliti lain: data kuesioner yang tak sesuai harapan. Skor terlalu jauh, hasil regresi tak signifikan, atau distribusi tak normal. Lantas, muncul lah berbagai "trik" yang sering jadi rahasia umum dalam dunia olah data.
Beberapa Trik Populer (dan Berbahaya) di Balik Angka
Saya pernah mendengar (dan bahkan pernah mencoba, secara sadar maupun tidak) beberapa trik seperti:
Merapatkan gap antar skor kuesioner agar korelasi antar item terlihat valid.
Mengatur ulang jawaban total responden, agar regresi menjadi signifikan.
Menambah atau mengurangi sedikit nilai jawaban, agar data tampak normal.
Semua ini seolah sah-sah saja, karena "tidak mengubah realitas terlalu banyak". Tapi justru di situlah letak bahayanya: manipulasi kecil yang sistemik, bisa menciptakan kesimpulan besar yang salah arah.
Mengapa Ini Berbahaya?
Bayangkan sebuah penelitian kebijakan yang hasilnya dibuat "signifikan" dengan trik manipulasi angka. Maka keputusan yang lahir darinya bisa menyesatkan publik, merugikan kelompok tertentu, bahkan merusak kredibilitas ilmu pengetahuan itu sendiri.
Di sinilah kita perlu kembali merenungi: apakah kita mengabdi pada kebenaran, atau hanya ingin membuat hasil terlihat "cantik" di mata klien, dosen, atau reviewer jurnal?