Sungguh miris melihat apa yang dipertontonkan segelintir anggota DPR ketika diumumkan tunjangan DPR naik, mereka berdiri dan berjoget-joget tanpa malu-malu.Â
Mereka tidak punya etika dan empati kepada masyarakat yang sekarang sedang kesulitan ekonomi. Namun mereka bersenang-senang, padahal gajinya berasal dari pajak dipungut dari semua elemen masyarakat. Â
Kondisi ekomomi masyarakat semakin melemah, di mana gelombang PHK semakin banyak, dan susah memperoleh pekerjaan. Ditambah lagi biaya pendidikan dan kesehatan naik, kebutuhan bahan pokok juga naik seperti beras, menambah beban masyarakat  dan semakin terpuruk. Â
Masyarakat sangat kecewa ketika kebijakan pemerintah akan menaikkan anggaran DPR Rp 50 juta untuk tunjangan rumah.Â
Meskipun diklarifikasi oleh salah satu Wakil Ketua DPR sempat menyatakan bahwa tunjangan ini hanya berlaku sampai Oktober 2025, hal itu tidak mampu meredakan kemarahan publik. Inilah yang memicu protes masyarakat demo di DPR.
Anggota dewan yang berjoget di gedung parlemen, sementara masyarakat sedang mengalami kesulitan ekonomi. "Joget-joget di DPR itu juga melanggar etik, di saat rakyat lagi susah," ujar Nazaruddin Dk Gam, Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI.
"Enggak ada di DPR untuk ini (joget), enggak ada itu yang kayak gitu. Akan saya tertibkan semua mereka," katanya dia.
Aksi joget-joget yang dilakukan Eko Patrio, Uya Kuya menjadi sorotan dan kritikan karena dianggap telah melukai dan menghina rakyat. Meskipun mereka telah minta maaf kepada masyarakat, namun masyarakat hatinya sudah terluka yang mendalam.Â
Mereka membuat tersinggung banyak orang, mengingat kondisi ekonomi masyarakat sedang sulit. Di sisi lain, mereka justru mendapat kemewahan dengan sejumlah tunjangan dan fasilitas negara dengan menjadi anggota DPR.Â
Tingkah laku anggota DPR tidak simpatik (etika buruk) ini telah memicu demo di DPR. Anggota DPR tidak lagi menyuarakan kegelisahan rakyat karena mereka hanya mementingkan kepentingan diri sendiri.Â