Mengapa Biaya Transportasi Masih Mahal di Kota?
Oleh: Eko Setyo Budi
Biaya transportasi di kota besar menjadi berita menarik di awal Agustus 2025. Sampai kini masih menjadi bahan perbincangan di media eletrorik maupun media sosial. Pemerintah melalui Kementerian Pehubungan menyebutkan 10 daftar kota dengan biaya transpotasi termahal se Indonesia. Pernyataan ini disampaikan ke publik setelah memperoleh data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jawaranya adalah Kota Bekasi.
Masyarakat Bekasi menghabiskan biaya transportasi mencapai Rp 1,9 juta per orang per bulan (14,02% dari total pendapatan) posisi tersebut menjadikan Bekasi sebagai kota dengan biaya transportasi termahal di Indonesia. Surabaya menduduki peringkat ketiga, kota tetangga tempat domisili saya di Sidoarjo pengeluaran biaya transportasi sebesar Rp 1.629.219,- Â atau 13,61% dari total pendapatan. Sementara itu, Jakarta meduduki posisi keempat sebagai kota terbesar di Indonesia dengan pengeluaran paling sebesar Rp1,59 juta per orang per bulan. Peringkat kesepuluh Palembang Rp 918.485,- Â atau 11,08% dari total pendapatan di urutan ke sepuluh.
Menurut  World Bank menetapkan bahwa idealnya porsi pengeluaran transportasi tidak boleh mencapai lebih dari 10% dari total pendapatan.
Bila kita hitung berdasarkan daftar UMK Jawa Timur 2025, Kota Surabaya masih menempati posisi tertinggi dengan Rp 4.961.753,- dan pengeluaran biaya transportasinya tertinggi ke tiga di Indonesia. Berapakah sisa pendapatan diterima, apakah mencukupi kebutuhan sehari-hari? Sementara daerah terendah adalah Kabupaten Situbondo sebesar Rp 2.335.209,-. Kita kalkulasi sederhana seorang pekerja dengan upah minimum di Surabaya Rp 4.961.753,- dikurang dengan biaya transportasi di Surabaya Rp 1.629.219,- maka sisa gaji yang diterima sebesar Rp 3.332.534,-. Sisa uang tersebut akan  terkuras habis untuk keperluan biaya pendidikan anak, kesehatan, bayar listrik, beli air bersih, belanja dapur, biaya sosial, dll. Apakah bisa menabung dengan sisa uang itu?
Salah satu faktor yang mempengaruhi biaya transportasi menjadi mahal adalah aksesbilitas untuk mendapatkan angkutan umum tidak memadai. Misalkan seorang pegawai kantor berangkat dari rumah menuju ke tempat kerja perlu akses yang mudah didapat dan cepat. Â Aksesibilitas yang ideal adalah dua kali perpindahan moda. Lebih dua kali (misal tiga kali) perpindahan maka biaya transportasi bertambah akan menjadi beban pengguna transportasi. Selain beban biaya bertambah juga memperpanjang waktu perjalanan (journey time).
Faktor berikutnya tarif penumpang apakah berpihak kepada masyarakat berpendapatan rendah. Dulu sempat ada wacana pengenaan tarif commuter line dihubungkan dengan pendapatan masyarakat, namun masih ada pro dan kontra. Kebijakan/skema tarif tersebut yang tidak popular akhirnya hilang dengan sendirinya.
 Aksesbilitas Transportasi Masih TerbatasÂ
Menuju akseslibitas transportasi yang baik tidaklah mudah, membutuhkan waktu lama karena berkaitan dengan infrastruktur dan penggunaan moda transportasi sesuai dengan sistem transportasi yang dikembangkan. Di negara-negara maju seperti Inggris, Swedia, Belanda, Jepang, dll dibilang sistem transportasi terbaik, dan sistem transportasi baik merupakan ciri peradaban yang maju suatu bangsa. Aksesbilitas transportasi merupakan bagian sistem transportasi yang perlu mendapatkan perhatian ekstra bagi pemerintah kota besar menjadikan transportasi yang adil dan berkesinambungan. Sistem transportasi yang baik indikatornya adalah perpindahan orang/barang dari suatu tempat ke tempat lain berjalan tertib, teratur dan aman, serta efisien dan efektif.