- Thumos (Spiriti): Bagian jiwa yang emosional, yang memberikan semangat dan keberanian untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai moral.
- Epithumia (Nafsu): Bagian jiwa yang berkaitan dengan keinginan dan dorongan dasar, yang perlu dikendalikan agar tidak menguasai dua bagian jiwa lainnya.
 Keseimbangan ketiga bagian jiwa ini penting untuk mencapai kebajikan dan hidup yang bermakna.  Konsep ini kemudian dikaitkan dengan pendidikan anti-korupsi.  Seorang individu dengan jiwa yang seimbang, menurut Plato, akan mampu menolak korupsi bukan hanya karena takut hukuman, tetapi karena kesadaran akan nilai-nilai moral, rasa malu, dan kemampuan mengendalikan dorongan materialisme.
 Sedangkan tujuan utama dari Paideia Platon adalah sebagai berikut:
1. Membentuk jiwa yang adil, bukan sekadar memberi pengetahuan teknis. Â Pendidikan Paideia bertujuan untuk membentuk karakter moral yang baik, bukan hanya sekadar memberikan keahlian teknis.
2. Pendidikan sebagai proses membentuk karakter, kebijaksanaan, dan pengendalian diri. Â Pendidikan bukan hanya transfer pengetahuan, tetapi juga proses pembentukan karakter, kebijaksanaan, dan kemampuan mengendalikan diri.
3. Paideia adalah pembentukan manusia utuh: cerdas, bermoral, dan memiliki tanggung jawab sosial. Â Tujuan pendidikan adalah membentuk individu yang cerdas, bermoral, dan memiliki tanggung jawab sosial.
Ciri Khas Pendidikan Anti-Korupsi
Berdasarkan prinsip Paideia Platon, ada beberapa ciri khas pendidikan anti-korupsi, sebagai berikut:
1. Tidak sekedar memberikan hukuman
Platon berpendapat bahwa pendidikan anti korupsi tidak cukup hanya sekedar memberikan hukuman saja. Sebab, banyak pelaku korupsi yang sudah terjerat hukum pidana, namun tidak kapok dan kembali melakukan tindakan serakah tersebut.