Mohon tunggu...
Ekin Njotoatmodjo
Ekin Njotoatmodjo Mohon Tunggu... Lainnya - A Current Student, A Budding Diplomat

University of Washington, Seattle (2019-2023) Hubungan Internasional dan Bisnis Administrasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hagia Sophia dalam Perang Dagang Kuno

17 Juli 2020   17:16 Diperbarui: 17 Juli 2020   17:14 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaligrafi Lafadz Allah dan Gambar Bunda Maria bersama Yesus Kristus dalam Kubah Hagia Sophia. (flickr)

Saat Kesultanan Ottoman dibubarkan dan digantikan oleh Republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk pada tahun 1934 mengubah fungsi Hagia Sophia menjadi Museum cagar budaya. 

Apakah konflik agama ada dalam kisah diatas? Ya. Apakah konflik agama yang mendasari itu semua? Tidak. Kesultanan Ottoman memang pada saat itu melakukan embargo kepada Bangsa Eropa yang melarang perdagangan ke Konstantinopel; sebuah keputusan yang banyak dimaknai sebagai perseteruan antar agama. 

Tetapi bila kita berpikir secara kritis, semua kembali pada hitung-hitungan bisnis dan ekonomi. Apakah rasional bila mereka ingin menguasai perdagangan dunia, di sisi lain tetap menjadi "murah hati" terhadap bangsa Eropa, yang notabene merupakan satu-satunya entitas yang menghuni takhta perekonomian dunia? Dalam hal ini, "konflik" antara Kekristenan Eropa dan Keislaman Ottoman hanyalah apa yang ada dan terlihat di permukaan. 

Permasalahan inti yang ada di balik layar adalah kompetisi ekonomi antar dua kutub kekuatan dunia kala itu. Hagia Sophia dalam ribuan tahun keberadaanya pernah menjadi gereja dan masjid, dan saya percaya semata bukan hanya murni untuk memberitakan agama tersebut. 

Dinamika itu adalah tanda retorika yang dilakukan untuk mendeklarasikan pada dunia tentang sebuah kedaulatan pemerintahan: Kekaisaran Romawi dalam usahanya menjadi kekuatan utama dunia; Kesultanan Ottoman untuk menandai awal kekuasaannya dan keruntuhan ribuan tahun hegemoni Romawi. 

Bahkan, Kesultanan Ottoman tidak pernah dalam sejarah melarang Kekristenan; mereka hanya memindah Katedral dari Hagia Sophia ke Gereja Rasul Suci, bangunan ibadah terbesar kedua setelah Hagia Sophia di Istanbul. 

Problematika Hagia Sophia hanya salah satu dari sekian banyak kejadian yang mencatut agama dalam dinamika yang lebih tepat disebut Perang Dagang daripada Perang Agama. 

Secara personal, saya percaya bahwa agama apapun di dunia akan mengajarkan pemeluknya untuk mencintai perdamaian dan kemanusiaan. Poin utama yang dapat dipetik adalah konflik agama yang berlangsung sepanjang sejarah manusia sejatinya tidak pernah murni soal ajaran dan ideologi agama tertentu.

Jika kita ingin kritis untuk mengurai benang kusut permasalahan-permasalahan tersebut, pasti dapat kita temukan faktor-faktor lain baik itu secara politis, ekonomis, dan sosial, menunggangi dan memperparah konflik antar agama. 

Terlepas dari statusnya kini, baik sebagai Gereja, Masjid, ataupun Museum, Hagia Sophia akan selalu menjadi bagian yang tidak akan lekang dari masing-masing agama tersebut. Ia adalah perwujudan kekayaan warisan dunia, dan bukti bahwa dua keyakinan yang berbeda dapat disatukan dalam keindahan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun