Mohon tunggu...
Eka Pranata Putra Zai
Eka Pranata Putra Zai Mohon Tunggu... Penulis

write when you are anxious about the world your journey will become history someday

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Hastag "Kabur Aja Dulu": Bentuk Keresahan Generasi Muda Indonesia?

24 Agustus 2025   23:59 Diperbarui: 24 Agustus 2025   23:59 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Kabur aja dulu (Sumber: AI/DALL*E)

Di lini masa media sosial, terutama Twitter dan TikTok, satu frasa belakangan ini makin sering muncul "Kabur Aja Dulu." Awalnya terdengar seperti guyonan, tetapi istilah ini berkembang menjadi sebuah fenomena sosial yang serius. Ia mencerminkan kegelisahan generasi muda Indonesia terhadap masa depan di negeri sendiri.

Alih-alih sibuk bermimpi membangun karier atau mengabdi pada bangsa, semakin banyak anak muda justru sibuk mencari cara untuk "keluar dulu" dari Indonesia, entah lewat beasiswa, visa kerja, atau pekerjaan apa saja di luar negeri. Bagi mereka, merantau bukan lagi pilihan tambahan, melainkan jalan utama untuk bisa merasakan masa depan yang lebih layak.

Fenomena ini lahir dari akumulasi kekecewaan. Banyak anak muda merasa politik dan birokrasi di Indonesia terlalu sarat dengan praktik korupsi serta susahnya mencari kerja, dan terlebih lagi upah minimum yang dianggap sangat kecil. Kepercayaan pada institusi melemah karena perubahan dianggap mustahil atau terlalu lambat. Di sisi lain, kesempatan kerja yang layak dan sepadan dengan kompetensi masih terbatas. Ribuan lulusan perguruan tinggi bersaing ketat untuk posisi yang jumlahnya tidak sebanding, dan ketika akhirnya diterima pun seringkali gajinya minim serta tidak sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

Ketidakadilan sosial memperparah situasi. Ada perasaan bahwa pintu kesempatan hanya terbuka bagi mereka yang punya koneksi atau modal besar. Bagi yang tidak memiliki keduanya, jalur mobilitas sosial terasa sempit. Di luar itu semua, kualitas hidup di perkotaan juga memunculkan tanda tanya besar: polusi udara, banjir yang berulang, kemacetan parah, hingga minimnya ruang publik membuat banyak anak muda merasa tidak yakin apakah hidup di Indonesia bisa dijalani dengan layak dalam jangka panjang.

Karena itu, tidak heran jika hastag "Kabur Aja Dulu" tidak berhenti di ruang digital. Ia berubah menjadi rencana nyata. Kursus bahasa asing makin ramai peminat. Program beasiswa luar negeri menjadi incaran utama. Permohonan visa kerja dan migrasi ke negara tetangga melonjak. Apa yang dulunya hanya wacana kini benar-benar dijalankan.

Dampaknya tentu tidak kecil. Di satu sisi, ada risiko brain drain: anak-anak muda yang punya potensi besar justru menetap di luar negeri, melemahkan daya saing Indonesia dalam jangka panjang. Namun, ada juga sisi lain yang tidak bisa diabaikan. Mereka yang berhasil di luar negeri bisa membentuk komunitas diaspora yang kuat, mengirim remitansi, atau bahkan suatu saat kembali membawa pengetahuan dan jejaring baru yang bermanfaat bagi tanah air.

Uniknya, istilah yang dipakai bukan sekadar merantau atau mencari pengalaman, melainkan "kabur." Kata ini menyiratkan rasa sarkastik dan pesimisme, seolah-olah masalah di dalam negeri sudah terlalu berat untuk dihadapi. Ada rasa tidak berdaya yang terkandung di baliknya, seakan-akan jalan keluar satu-satunya adalah pergi dulu, baru nanti dipikirkan langkah selanjutnya.

Fenomena ini tidak bisa dipandang enteng. Ia adalah cermin keresahan generasi muda Indonesia. Jika dibiarkan, Indonesia bisa kehilangan banyak talenta terbaik. Tetapi di sisi lain, ini juga merupakan alarm sekaligus panggilan untuk perubahan. Pertanyaannya kini sederhana tapi krusial: apakah pemerintah berani menjawab keresahan ini dengan reformasi nyata, ataukah "Kabur Aja Dulu" akan terus menjadi pilihan yang paling masuk akal bagi generasi muda?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun