Mohon tunggu...
ekasyawaliawindiani
ekasyawaliawindiani Mohon Tunggu... Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga

Halo, saya Eka, mahasiswa 21 tahun yang suka membaca dan bernyanyi. Saya ingin berbagi pengalaman dan pengetahuan saya melalui tulisan-tulisan di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Ayam Lepas, Sayur Rusak, Warga Ngeyel

24 Juni 2025   08:49 Diperbarui: 24 Juni 2025   08:49 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kebun Rusak Sumber: Koleksi Pribadi

Saking kesalnya, beberapa kali saya berinisiatif menutup kebun dengan jaring atau pagar bambu seadanya. Tapi tetap saja, ayam-ayam itu pintar. Mereka lompat, terbang rendah, atau mencari celah sekecil apa pun. Kalau ada jalan, pasti masuk.

Pak Lurah pernah bilang, kalau warga masih ngeyel, akan diberlakukan sanksi berupa denda atau penertiban paksa. Tapi sampai sekarang sanksi itu belum benar-benar diterapkan, karena Pak Lurah masih berharap warga mau sadar sendiri tanpa harus diancam.

Saya pribadi merasa serba salah. Mau menegur terus, takut malah jadi ribut dengan tetangga. Mau dibiarkan, saya rugi waktu, tenaga, dan uang. Kalau begini terus, semangat saya untuk menanam bisa padam. Padahal, di saat harga sayur di pasar naik, sayur dari kebun sendiri sangat membantu dapur kami.

Sebenarnya saya tidak benci ayam. Saya juga paham, sebagian warga beternak ayam untuk tambahan penghasilan. Tapi rasanya tidak adil kalau cara beternaknya merugikan orang lain. Kalau memang ingin memelihara ayam, ya tanggung jawabnya harus penuh. Buat kandang yang layak, atau setidaknya dikandangkan saat tidak diawasi.

Beberapa warga yang taat aturan sudah melakukannya. Mereka membuat kandang di samping rumah, memberi makan ayam secara teratur supaya tidak kelaparan dan mencari makan di kebun orang. Saya salut dan sangat berterima kasih kepada mereka. Andai semua warga punya kesadaran yang sama, mungkin saya tidak akan perlu menulis keluhan panjang seperti ini.

Saya menulis ini bukan untuk mempermalukan siapa pun. Saya hanya ingin mengingatkan kembali, bahwa menjaga lingkungan itu tanggung jawab bersama. Kebun sayur kami ini bukan untuk mencari untung besar, tapi lebih ke swadaya agar keluarga punya asupan sayur yang sehat dan murah. Tapi kalau hasilnya habis terus dimakan ayam liar, untuk apa capek-capek menanam?

Lewat tulisan ini juga saya ingin menguatkan harapan saya: semoga Pak Lurah dan para Ketua RT benar-benar tegas menertibkan kebiasaan melepas ayam sembarangan. Kalau memang perlu sanksi, saya rasa itu langkah yang wajar, supaya warga yang masih ngeyel mau berubah.

Untuk sesama warga, saya mohon dengan sangat, mari saling menghargai. Kalau saya bisa meluangkan waktu merawat kebun, mestinya pemilik ayam juga bisa meluangkan waktu membuat kandang. Jangan sampai ayam peliharaan jadi pemicu pertengkaran di kampung sendiri.

Saya yakin kita semua ingin kampung ini tertib, bersih, hijau, dan damai. Mari kita jaga bersama. Jangan biarkan ayam lepas menghancurkan jerih payah orang lain.

Salam hangat dari saya, salah satu penanam sayur yang masih berharap kebunnya bisa panen tanpa harus berbagi gratis dengan ayam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun