Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dan Benci

12 Juni 2019   14:41 Diperbarui: 13 Juni 2019   10:44 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mata itu masih mata yang sama saat menatapku sepuluh tahun yang lalu.

Senyum itu pun masih sama.

Tawa lirihnya masih mampu membuatku terpesona.

Tapi entahlah dengan hatinya.

====

Sepuluh tahun yang lalu di Stasiun Pasar Turi, Surabaya.

Berkali-kali kulihat G-Shock di tangan kiriku. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan kurang lima menit. Tiket kereta api pun sudah berada di tanganku. Namun perempuan itu belum juga muncul. Terkadang aku berharap dirinya tidak pernah muncul kembali di hadapanku. Namun aku mesti harus bersikap professional. Sebagai ketua kelompok diriku harus memastikan semua anggota kelompokku datang dan bisa ke Jakarta dengan sehat dan selamat.

"Pak, tunggu ya...Teman saya masih belum datang" kataku pada petugas peron.

"Mendingan Masnya masuk kereta saja daripada terlambat" kata petugas peron tersebut.

Terdengar bunyi nyaring tanda kereta akan segera diberangkatkan.

Masih kutatap pintu masuk stasiun. Belum ada juga terlihat hidung pesek perempuan itu. Perempuan yang kukenal dua bulan yang lalu. Perempuan yang tiapkali menyindir cincin tunangan yang kupakai. Perempuan yang selalu membawa suasana menjadi ceria.

Dua menit lagi kereta akan diberangkatkan. Koper dan semua bawaanku sudah berada di gerbong. Ada delapan teman lagi yang menunggu kami di gerbong nomer lima. Masih juga dia....

"Ganes" teriakku.

Perempuan yang membawa ransel dan sebuah koper tampak berlarian ke arahku.

"Maaf Mas di jalan macet banget" katanya.

"HP dimana?"

"Di dalam tas"

Kusahut tas ransel dan koper yang dibawanya, "Ayo, kita gerbong lima"

Petugas peron nampaknya mempersilakan penumpang terakhir kereta melewatinya tanpa pemeriksaan KTP. Kereta mulai bergerak, namun cukup lambat hingga akhirnya kami memasuki gerbong nomer tiga dan berjalan di dalam kereta hingga ke gerbong nomer lima.

====

Senja masih bergelayut manja. Aku dan Ganesha kini berada di kafe yang sama, kafe yang berada tak jauh dari kantor.

Kuseruput kopi hitam yang ada di hadapanku. Sementara Ganesha masih mengaduk-aduk teh manis di hadapannya.

"Maaf" katanya.

"Apa yang harus dimaafkan?"

Perempuan itu sejenak menatapku. Mata yang sama seperti sepuluh tahun yang lalu.

"Maaf karena aku pernah mengabaikan perasaan Mas Arjuna dan maaf juga jika aku..." sejenak Ganesha menghentikan ucapannya, "Maaf jika aku masih menyukai Mas Arjuna"

Aku tertawa pelan. Lebih tepatnya menertawai kebodohanku. Bagaimana bisa aku mengiyakan pertemuan ini. Ganesha saat ini sudah berstatus sebagai ibu dari dua anak. Suaminya adalah seniorku di tempat kerja.

"Bagaimana kabarmu?" tanyaku seraya menghentikan tawaku.

"Aku baik"

"Bahagia?"

Kulihat perempuan tertegun.

"Aku selalu mendoakan kebahagiaanmu. Maaf jika dulu aku tidak segera melamarmu. Maaf jika hingga saat ini aku masih menyukaimu"

Perempuan itu menatapku. Mata yang telah membuatku memutuskan hubungan pertunanganku. Mata yang membuat aku jatuh di dalam pusaran waktu. Mengutuk segala kebodohan yang telah kuperbuat.

Senja ini, setelah sepuluh tahun berlalu. Seolah ingin kuhentikan sang waktu, menatapnya dan duduk berdua bersamanya.

Senja ini, menjadi saksi rapuhnya rumah tanggaku dan rumah tangganya.

Senja ini, menjadi saksi bahwa masih ada cinta terpendam diantara kami berdua.

Cinta yang entah kapan bisa pudar, atau bahkan berganti benci.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun