Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan di Teknik Mesin, Bukanlah Istimewa Lagi

5 Oktober 2018   10:24 Diperbarui: 5 Oktober 2018   10:49 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini diriku membaca sebuah artikel dimana ada perempuan  lulusan Teknik Mesin di satu perguruan tinggi. Di situ tertulis betapa istimewanya sosok tersebut karena jarang sekali ada perempuan yang memilih untuk kuliah di jurusan Teknik  Mesin.Ya, memang jurusan Teknik Mesin ini identik dengan laki-laki.

Entah mengapa artikel itu mengingatkanku pada peristiwa berpuluh tahun silam. Tepatnya pada September 2004 saya resmi terdaftar menjadi mahasiswi Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Melalui serangkaian pengkaderan yang ditutup dengan CAMP di daerah Coban Rondho, saya pun resmi diangkat menjadi anggota Serikat Merah Rakyat Mesin.

Saya terdampar di jurusan yang berlogo "M" dan warna Merah ini karena program PMDK (Penelusuran Minat dan Bakat). Saat itu diambil lima belas orang dari seluruh pelosok Indonesia untuk mendapatkan PMDK Prestasi dari ITS. Saya, adalah salah satunya. Persyaratan pendaftaran PMDK sangat mudah, hanya menggunakan raport semasa SMA saja.

Waktu itu ternyata ada delapan perempuan  lain yang mendaftar di jurusan ini, beberapa dari PMDK Kemitraan dan lainnya dari SMPB. Yang saya herankan bagaimana ada perempuan yang mau masuk jurusan Teknik Mesin lewat tes lagi. Tapi mereka memang perempuan-perempuan yang tangguh dan memiliki kemauan kuat.

Tahun 2004 ini merupakan tahun pertama ITS membuka PMDK Prestasi khusus perempuan untuk jurusan Teknik Mesin. Hal ini dikarenakan data yang ada menunjukkan bahwa lulusan Teknik Mesin ITS menjalani kuliah dengan kurun waktu rata-rata diatas lima tahun. Diharapkan dengan adanya mahasiswi yang berkuliah disini akan menjadi katalisator sehingga angka masa studi bisa berada rata-rata dibawah lima tahun.

Jadilah saya dan 22 perempuan lainnya sebagai tonggak berhasil tidaknya tujuan teknik Mesin ITS membuat PMDK Keputrian. Waktu itu kami satu angkatan jumlahnya 146 orang, 22 putri, sisanya laki-laki.

Kalau ditanya bagaimana perasaan saya? Wah, rasanya campur aduk. Saya memang penyuka warna merah dari kecil dan teman-teman bermain saya adalah laki-laki. Tapi tidak pernah terbesit sekalipun akan melanjutkan pendidikan di jurusan Teknik Mesin. Jadi perasaan saya saat itu antara senang dan sedih. Senang karena tidak perlu capek-capek mengikuti tes SMPB langsung bisa diterima di ITS. Sedih karena banyak teman-teman SMA yang tidak mendukung langkah saya.

Saya harus mengorbankan banyak hal ketika memilih langkah untuk menerima berkuliah di jurusan Teknik Mesin ini, termasuk urusan asmara. Siapa juga laki-laki yang mau dekat dengan perempuan aneh yang kuliah di kampus laki-laki.

Setelah mengalami kegalauan yang luar biasa, akhirnya saya menetapkan dalam hati saya. Saya akan menjadi dosen Teknik Mesin. Toh itu sangat wajar karena ada beberapa mata kuliah teknik Mesin yang dosennya adalah wanita.

Ternyata memang kuliah di jurusan Teknik Mesin ini tidak menyeramkan seperti yang pernah dibayangkan. Materinya kebanyakan adalah fisika. Dan ilmunya juga banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Empat setengah tahun saya berkuliah di sini. Tepatnya Maret 2009 saya diwisuda. Dan akhirnya di usia saya yang ke dua puluh dua tahun, saya resmi lulus Strata satu Teknik Mesin ITS. 

Bangga dan khawatir bercampur di dalam otak saya. Bangga karena ternyata saya bisa mendapat nilai yang cukup baik dan sepanjang kuliah selalu mendapatkan beasiswa. Khawatir karena saya tidak tahu langkah apa yang akan saya ambil setelah ini. Karena untuk menjadi dosen masih ada S2 dan S3 yang harus ditempuh.

koleksi pribadi
koleksi pribadi
Saat ini, tahun 2018,  saya sudah sembilan tahun saya bergabung dengan salah satu perusahaan milik Negara yang banyak membutuhkan lulusan teknik.

Saat ini juga sudah banyak mahasiswi di jurusan Teknik Mesin ITS. Jika dibandingkan dengan universitas lain yang memiliki jurusan Teknik Mesin, memang ITS paling banyak memiliki mahasiswa dan  mencetak alumni berjenis kelamin perempuan.

Apakah perempuan di jurusan Teknik Mesin masih istimewa???

Kalau di ITS sih sudah biasa....

(diceritakan kembali oleh Eka Sulistiyowati, sudah mendapatkan ijin pemilik cerita)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun