Mohon tunggu...
Eka Sulistiyowati
Eka Sulistiyowati Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan

aku tahu rezekiku takkan diambil orang lain, karenanya hatiku tenang. aku tahu amal-amalku takkan dikerjakan orang lain, karenanya kusibukkan diri dengan beramal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antara Cinta dan Komitmen

14 September 2018   10:01 Diperbarui: 14 September 2018   15:25 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta itu kamu

Komitmen itu dia

Adalah pilihan yang sulit apabila antara cinta dan komitmen itu terpisah. Dan alangkah sangat beruntung jika cinta dan komitmen itu bersatu. Sebab tidak semua orang menikah karena dia mencintai pasangannya. Lebih banyak karena faktor yang lain. Faktor kemapanan, faktor usia, faktor perbedaan keyakinan, faktor beda budaya, dan sejuta alasan yang lain.

Ketika kita memutuskan akan memilih cinta atau komitmen, bagi kebanyakan orang akan memilih komitmen. Mengapa? Karena cinta hanya soal rasa, tapi komitmen tercatat rapi di buku nikah. Komitmen terlindungi di mata hukum.

Cinta itu kamu

Komitmen itu dia

===

Tentang dia

Aku bertemu dengannya enam tahun yang lalu. Di sebuah gang dekat tempat tinggalnya. Dia bukanlah lelaki tampan layaknya pangeran berkuda putih yang sering dimimpikan para wanita. Bahkan tak ada satupun wanita yang bisa dan mau mendekatinya. Karena sifatnya yang terlalu pendiam. Dia bukan juga lelaki romantis yang pandai merayu. Padahal banyak wanita yang lebih suka dirayu, bukan?

Yang menuntun ke arah komitmen itu adalah diriku, bukan dia. Aku yang menantangnya untuk menikahiku. Dan tanpa berpikir dua kali, dia mengiyakan ajakanku dan melamarku dua minggu sejak pertemuan pertama kali. Sebenarnya justru malah aku yang ingin mundur ketika dia mengiyakan pernikahan kami. Tapi apalah daya, aku tidak bisa menarik lagi perkataanku. Bukankah aku yang menantangnya saat itu. Lagipula dia lelaki yang baik. Walaupun mungkin bukan tipe lelaki yang biasa kutaksir.

Aku sempat bertanya, mengapa dia menjawab 'iya' saat aku menantangnya untuk menikahiku. Dia menjawab bahwa sebenarnya sudah sejak lama dia memperhatikanku. Sudah sejak dua tahun lalu dia merasa bahwa aku adalah jodohnya. Fine, alasan yang masuk akal. Karena saat pertemuan pertamaku dengannya aku juga merasa bahwa nantinya dia adalah suamiku. Itu hanyalah satu perasaan sesaat saat aku menatap matanya. Aku tahu suatu ketika dia akan selalu setia bersamaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun