Cinta itu kamu
Komitmen itu dia
Adalah pilihan yang sulit apabila antara cinta dan komitmen itu terpisah. Dan alangkah sangat beruntung jika cinta dan komitmen itu bersatu. Sebab tidak semua orang menikah karena dia mencintai pasangannya. Lebih banyak karena faktor yang lain. Faktor kemapanan, faktor usia, faktor perbedaan keyakinan, faktor beda budaya, dan sejuta alasan yang lain.
Ketika kita memutuskan akan memilih cinta atau komitmen, bagi kebanyakan orang akan memilih komitmen. Mengapa? Karena cinta hanya soal rasa, tapi komitmen tercatat rapi di buku nikah. Komitmen terlindungi di mata hukum.
Cinta itu kamu
Komitmen itu dia
===
Tentang dia
Aku bertemu dengannya enam tahun yang lalu. Di sebuah gang dekat tempat tinggalnya. Dia bukanlah lelaki tampan layaknya pangeran berkuda putih yang sering dimimpikan para wanita. Bahkan tak ada satupun wanita yang bisa dan mau mendekatinya. Karena sifatnya yang terlalu pendiam. Dia bukan juga lelaki romantis yang pandai merayu. Padahal banyak wanita yang lebih suka dirayu, bukan?
Yang menuntun ke arah komitmen itu adalah diriku, bukan dia. Aku yang menantangnya untuk menikahiku. Dan tanpa berpikir dua kali, dia mengiyakan ajakanku dan melamarku dua minggu sejak pertemuan pertama kali. Sebenarnya justru malah aku yang ingin mundur ketika dia mengiyakan pernikahan kami. Tapi apalah daya, aku tidak bisa menarik lagi perkataanku. Bukankah aku yang menantangnya saat itu. Lagipula dia lelaki yang baik. Walaupun mungkin bukan tipe lelaki yang biasa kutaksir.
Aku sempat bertanya, mengapa dia menjawab 'iya' saat aku menantangnya untuk menikahiku. Dia menjawab bahwa sebenarnya sudah sejak lama dia memperhatikanku. Sudah sejak dua tahun lalu dia merasa bahwa aku adalah jodohnya. Fine, alasan yang masuk akal. Karena saat pertemuan pertamaku dengannya aku juga merasa bahwa nantinya dia adalah suamiku. Itu hanyalah satu perasaan sesaat saat aku menatap matanya. Aku tahu suatu ketika dia akan selalu setia bersamaku.